Saya yakin banyak di antara kita yang melihat (berulang kali) iklan rokok
soal 'banjir'..
Waktu itu saya sempet tergelak.. iklan ini 'gila'.. berani betul dia
'nyindir' PEMDA DKI..
Favorit saya pas kalimat: Perhatian-perhatian, banjir sudah datang..

Kemudian (saat itu - sebelum banjir datang) tawa saya menjadi getir, karena
saya
bertanya dalam hati, jangan" yang disindir TIDAK MERASA APA-APA.. KARENA
HANYA
DISINDIR.. Toh bagi sebagian kalangan, sindiran gak berarti apa".. lah wong
klo ada
kritik saja selalu minta solusinya sekalian.. JADI, MAU BERKUASA TAPI MALAS
BERPIKIR
DAN MENCARI SOLUSI SENDIRI.. MAUNYA DISUAPIN ORANG LAIN!!!

Jadi, masih efektifkah cara sindiran, eufemisme untuk mengingatkan? Atau
segala sesuatu
harus disampaikan dengan bahasa yang lembut dan bijaksana.. tidak boleh
bicara/berpikir
yang negatif..  Itu kan yang dimau (penguasa) yang bermental feodal.. :-(
CMIIW..

Wassalam,

Irwan.K

On 2/4/07, Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>   http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0702/04/kontak/3289588.htm
> =====================
>
> Jangan dikira, hidup di apartemen bertingkat Jakarta orang lalu
> terbebas dari derita banjir. Sejak pagi-pagi dini hari Jumat (2/2),
> puluhan penghuni dua menara apartemen Permata Eksekutif di Pos
> Pengumben, Jakarta Barat, dibangunkan petugas satpam dan harus
> berebut memindah parkir di tempat yang lebih aman. Seluruh tempat
> parkir mobil di tiga lantai bawah tanah ("basement") harus
> dikosongkan.
>
> Maklumlah, Jalan Raya Pos Pengumben di depan apartemen sudah terendam
> air hampir setinggi dada orang dewasa. Sebentar lagi, aliran air Kali
> Pesanggrahan yang coklat pekat itu melimbah melewati tembok pagar
> apartemen yang tingginya tinggal beberapa sentimeter saja dari
> permukaan banjir.
>
> Dan benar. Tengah hari, halaman parkir di depan apartemen yang
> sebenarnya jauh lebih tinggi dari jalan raya itu mulai terendam air
> setinggi ban mobil. Bagai aliran kali, air pun mengarus ke bawah
> basement. Setidaknya lima mobil (satu di antaranya dikerudungi karena
> ditinggal pemiliknya ke luar kota) habis terendam air, termasuk
> sebuah mobil besar Toyota Land Cruiser dan sejumlah motor "tak
> bertuan".
>
> Belum selesai dari kepanikan soal rebutan parkir, eh, para penghuni
> sudah dibikin panik lagi lantaran asap hitam mengepul dari lantai
> 15. "Kebakaran! Kebakaran!" Ada penghuni yang keasyikan menyaksikan
> banjir di bawah lupa mematikan lilin yang menyala di kamarnya.
> Sejumlah barang di kamar pun habis terbakar.
>
> Kontan, warga yang masih berada di kamar apartemen buru-buru turun,
> dengan hanya membawa tas berisi benda berharga, serta map-map berisi
> surat-surat penting. Yang di bawah ikut panik berlarian menaiki
> belasan tangga apartemen untuk mengamankan benda berharga mereka.
> Umumnya mereka hanya bercelana pendek, atau bahkan masih pakai baju
> daster.
>
> Selama dua hari, Jumat dan Sabtu itu, penghuni apartemen di Pos
> Pengumben tersebut juga harus menerima kenyataan: hidup tanpa aliran
> listrik dan air minum. Sehingga pada waktu malam, dua menara
> berlantai 19 itu gelap gulita, dengan satu-dua apartemen berkerlip
> lilin sebagai penerangan kamar. Mau buang hajat di WC apartemen mewah
> pun tanpa air.
>
> Mau mandi pagi? Silakan membawa ember dan gayung, lalu "menimba" air
> dari kolam renang di lantai 2 apartemen. Dan memang, sejumlah
> penghuni cuek saja mandi dengan air kolam renang. Ada yang membawa
> ember air ke kamar, atau mandi saja di kamar mandi kolam renang
> dengan ember-gayung sendiri.
>
> Hiburannya? Ya ikut melihat hiruk-pikuk gerobak sampah yang hilir
> mudik di depan jalan apartemen, mengangkut motor ataupun manusia yang
> mau menyeberangi banjir. Tak murah lho biayanya. Tarif naik gerobak
> sampah, per kepala Rp 10.000. Kalau sepeda motor Rp 30.000.
>
> Dalam kepahitan dan derita banjir, warga apartemen masih bisa
> terkekeh-kekeh melihat orang-orang yang mau gagah-gagahan
> menyeberangi banjir dengan mobil jip ataupun motor trail. Sudah
> dilarang-larang, mereka tetap nekat. Aksi sok yakin itu lalu
> membuahkan sorak-sorai dan suit-suit cemooh ketika mobil atau motor
> yang dikendarai pengemudi nekat itu lalu mogok di tengah jalan karena
> tak tahan dibentur derasnya banjir. Belagu sih.... (sha)
>


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke