Sekalian menanggapi komentara soal google earth, Alhamdulillah klo google
earth aja
sih saya juga tahu.. :-) Yang saya maksud pemetaan, bukan cuma yang terlihat
di atas
permukaan seperti itu.. Yang bisa dilihat di google-earth kan apa yang
terlihat di permukaan
bumi saja toh..

Maksudnya, pemindaian area yang lebih dalam dan detil (mis: pemetaan bawah
laut) dari
jarak yang lebih dekat; dari halaman kita langsung.. ibaratnya orang yang
tadinya mengintai
diam" - atau ilegal(?) dan jarak jauh lewat satelit atau apalah, namun kali
ini dapat melakukan
secara 'legal' karena sudah ada ijin dari orang no-1-nya; dengan hasil yang
pastinya lebih
akurat.. Kalau pinjam istilahnya Pak Loekyh, nyolong yang (akhirnya menjadi)
legal.. :-(

"..
Kapal AS yang datang dilengkapi teknologi pemetaan bawah laut serta sonar
untuk
mendeteksi keberadaan logam di laut.
.."

Katanya cuplikan berita di MetroTV, mereka (Singapura) punya alat pemindaian
infra merah
dan yang canggih" gitu deh; dan ruangannya (dalam pesawat fokker mereka
dirahasiakan)..
Makanya saya bilang, klo sudah rahasia seperti itu, tidak ada jaminan yang
mereka lakukan
itu cuma sekedar mencari pesawat Adam Air yang hilang saja..

Balik lagi ke laptop eh topik di atas, imbalan untuk bantuan amrik apa?
Imbalan untuk Singapore
apa? :-) Adakah kaitannya dengan apa yang disampaikan Mbak Yuli di bawah?

"..
Yuliati Soebeno  <yuliati_soeb%40yahoo.com>wrote:

Mas Irwan,

Saya juga agak was-was bahwa para relawan untuk mencari Adam Air ini, hanya
ingin
memasuki udara dan kelautan Indonesia tanpa meminta persetujuan dulu, karena
sudah
ada kata "monggo" dari Presiden sendiri.

Bayangkan Singapore kan memberikan tempat "naval base" untuk angakatan laut
(marine)
nya Amrik. Jangan-jangan kapal selam mereka saja sudah berseliweran dibawah
laut kita,
tanpa kita sadari.

Karena sewaktu saya pernah mendengarkan workshop menegnai kelautan
Indonesia,
yang lagi-lagi pembicaranya dari Washington (Marine), dikatakan oleh
pembicara tersebut,
bahwa diantara pulau Kalimantan dan Sulawesi itu ada "celah" yang kata
pembicara tersebut
adalah "laut bebas" atau "Wilayah Laut Internasional", yang artinya
kapal-kapal Internasional
boleh berlayar melewati "Makassar Strait" tanpa ada ijin dari Indonesia.
BAYANGKAN!!
Dulu sewaktu presiden Suharto berkuasa, naval base Indonesia di dekat Lombok
amat kuat ya?
Apa sekarang juga masih sekuat dulu?

Celah-celah yang mereka katakan "wilayah laut International" di Indonesia
itu tidak hanya
di Makassar Strait saja lho, tetapi ada beberapa lagi diantara pulau-pulau
di Indonesia ini.
Kalau enggak salah ada tiga area lagi. Mengerikan, ya? Negara kita mudah
sekali dicuri
hasil kelautan-nya; padahal mutiara dilaut sekitar Makassar Strait sangat
bagus-bagus.
Tidak hanya itu katanya, ada suatu jenis "shell" yang tidak akan meleleh
walaupun dipanaskan
diatas 2000 derajat Celcius.
Nah, shell-shell ini bisa untuk menutupi badan pesawat ulang-alik NASA,
katanya biar kalau
sedang launching enggak mudah meleleh. Dan harga per 100 gram-nya jauh lebih
mahal
dari emas putih.

Lucunya lagi, katanya shell-shell ini banyak ditemukan-nya dibawah laut
diujung Sumatra
(kenapa terjadi Tsunami? Tanya kenapa? Epicenter dideka Aceh!)
Kenapa "Diving Center" di Indonesia kebanyakan dikelola oleh orang asing??!
Seperti yang
saya katakan di FPK ini dulu, di pulau Bidadari (dekat pulau Komodo - milik
orang Inggris);
di pulau Sangalaki (dekat pulau Derawan di Kalimantan Timur - juga milik
ornag asing).

Apa semua berita diatas itu benar, Wallahuallam. Tolong beritahu saya kalau
ada yang juga
pernah mendengar berita tersebut.

Ah....udah deh....saya sering sesak bernafas kalau memikirkan "negaraku yang
tercinta" ini
habis dicuri-in harta kekayan-nya untuk kepentingan negara lain, ataupun
oleh kepentingan
pribadi dari bangsa sendiri.

Salam,
Yuli
.."

IMHO, ini bukan soal positif thinking atau bukan.. husnudzon atau su'udzon..

waspada/alert dengan negatif thinking itu kan cuma beda penyebutan saja..
yang satu dianggap lumrah dan yang lain dianggap hal yang buruk..

Saya paling enek klo ada yang dikit" berusaha 'menghentikan'
diskusi/pembahasan/debat
dengan kalimat jangan berprasangka jelek, positif thinking dll.. Mirip
dengan gaya orang
yang sedang membahas kecelakaan semata" sebagai taqdir Allah.. tanpa
berusaha melihat
aspek" lahiriah dan kausalitas sejauh mungkin terlebih dahulu..

Jadinya pemahaman publik dibuat mandek.. gak ada pembelajaran.. Ah itu kan
sudah taqdir
Allah.. mau di pesawat keq.. di jalan raya keq.. di tempat tidur keq.. kalau
waktunya mati ya mati..
jadi buat apa dibahas lagi.. :-P positif thinking saja soal bantuan asing,
dll.. :-(

Huh.. capek deh.. :-P
CMIIW..

Wassalam,

Irwan.K

On 1/8/07, Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>   http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0701/08/utama/3222756.htm
> ====================
>
> Makassar, Kompas - Kapal United State Naval Ship Mary Sears, dengan
> nomor registrasi TAGS 65, akan membantu dalam pencarian hilangnya
> pesawat AdamAir KI 574 dalam penerbangan dari Surabaya menuju Manado.
> Kapal tersebut akan membantu melakukan pemetaan bawah laut.
>
> Komandan Pangkalan Udara Hasanuddin Makassar Marsekal Pertama Eddy
> Suyanto, Minggu (7/1), mengatakan, kapal tersebut akan sampai di
> Makassar hari Selasa. "Atase Pertahanan (Kedutaan Besar) Amerika
> Serikat juga datang, tapi Atase Pertahanan datang untuk
> mengoordinasikan kedatangan kapal," kata Eddy, yang juga Ketua Tim
> Pencari AdamAir. Pesawat King Air dari AS mendarat di Lanud
> Hasanuddin untuk menginformasikan kedatangan kapal AS.
>
> Pengoperasian kapal sipil itu akan dikoordinasikan lebih lanjut
> dengan TNI AL. Kapal AS yang datang dilengkapi teknologi pemetaan
> bawah laut serta sonar untuk mendeteksi keberadaan logam di laut.
> Kapal tersebut merupakan salah satu dari tujuh kapal Oceanografic
> Survey milik Pemerintah AS. Panjang kapal 349 kaki (106,37 meter) dan
> kecepatan 16 knot (29,63 kilometer per jam).
>
> Sebelumnya, tim investigasi AS membantu melacak jejak pesawat AdamAir
> yang hilang sejak tanggal 1 Januari lalu. Tim itu terdiri dari Robert
> Benson dan Clinton Crok Shank dari National Transportation Safety
> Board, TR Proven dari Federal Aviation Administration, Rickey Howes
> dan Lauri Anglin dari Boeing, serta Leslie McVey dari General
> Electric. Tim investigasi itu berada di Makassar selama tujuh hari
> sejak Sabtu lalu.
>
> Pencarian dilakukan di darat dan laut. Setelah kedatangan tim AS,
> pencarian lebih fokus ke arah perairan Selat Makassar. Kapal AS
> melengkapi kapal Indonesia yang beroperasi di radius 120 mil laut
> (222,24 kilometer) dari titik hilangnya kontak terakhir AdamAir dari
> menara Air Traffic Control Makassar.
>
> Pencarian di Selat Makassar dilakukan TNI AL sejak hari ketiga
> pascahilangnya AdamAir, yaitu dengan melibatkan KRI Fatahillah, KRI
> Pulau Rupat, KRI Ajak, dan KRI Teluk Rengat. Kapal-kapal itu
> melakukan patroli dan pencarian di sepanjang Selat Makassar, terutama
> di sekitar perairan Majene, Mamuju, dan Teluk Mandar di Polewali Mandar.
>
> Anggota tim investigasi Komite Nasional Keselamatan Kerja, Soeryanto
> Cahyono, mengatakan, kerja sama investigasi dengan tim investigasi AS
> merekomendasikan pencarian di dasar laut. "Hampir sebagian yang
> direkomendasikan mereka sudah dijalankan tim pencari pesawat," ujar
> Soeryanto.
>
> Kemarin, tim pencari dari Singapore Air Force fokus di perairan Selat
> Makassar. Menggunakan pesawat Fokker 50 yang dilengkapi teknologi
> radar dan inframerah, tentara Singapura menyusuri perairan laut di
> gugusan Kepulauan Balangan, yang lebih dekat dengan Kalimantan.
> Selama dua jam pesawat itu memantau di perairan kepulauan dengan
> ketinggian 1.000-1.500 kaki (304,8-457,2 meter). Ketinggian terbang
> pesawat bisa lebih direndahkan ketika radar ataupun inframerah yang
> dimiliki pesawat tersebut menemukan obyek yang dilacak.
>
> Minggu pagi udara cerah, sebagaimana disaksikan Kompas yang ikut
> dalam pemantauan itu, cukup membantu pencarian secara manual.
> Perairan tampak tenang, sejumlah kapal terlihat melintasi perairan.
> Namun, semakin siang semakin terbentuk gumpalan awan yang kian tebal
> sehingga pandangan pun terhalangi.
>
> Namun, dengan pencarian total empat jam terbang, tidak ditemukan
> jejak pesawat yang dicari. Dua awak pesawat yang selalu memantau di
> sisi jendela tak menemukan obyek yang dicari. Begitu juga teknologi
> inframerah belum memberikan petunjuk ke arah itu. Memang teknologi
> itu lebih mencari obyek yang berada di permukaan laut atau daratan.
> Obyek di dalam laut tidak bisa dipantau teknologi tersebut.
>
> Kemarin, tim pencari kembali melakukan penerbangan sebanyak sembilan
> kali. Selain pesawat Fokker 50, juga Cassa dan Nomad milik TNI AL,
> Boeing 7373-200 Intai milik TNI AU, dan helikopter milik kepolisian,
> terus mengudara menyusuri kawasan yang dicurigai tempat hilangnya
> pesawat AdamAir. Fokus pencarian tetap dilakukan di perairan Selat
> Makassar.
>
> Sementara pencarian di darat difokuskan di Mamuju, Sulawesi Barat,
> dan Tanatoraja, Sulawesi Selatan, yang sejak Sabtu lalu dijadikan
> posko. Selama ini pencarian dilakukan di hampir semua wilayah di
> Polewali Mandar, Mamasa, Majene, Mamuju, Tanatoraja, bahkan hingga ke
> Palu bagian selatan, Sulawesi Tengah, serta Kabupaten Bolaang
> Mongondow, Sulawesi Utara.
>
> Pelacakan melalui telepon seluler telah dihentikan karena hasilnya
> nihil.
>
> Sementara itu, Sekretaris Perusahaan PT Angkasa Pura I Kuntadi
> Budianto menegaskan, fasilitas radar PT Angkasa Pura I masih
> berfungsi dengan baik. Sebelum menghilang, pesawat AdamAir KI 574
> tertangkap dan terdeteksi jelas oleh radar di Bandara
> Makassar. "Radar berfungsi mendeteksi pesawat bukan menangkap
> pancaran ELBA (Emergency Locator Beacon Aircraft)," ujar Kuntadi.
>
> Di Jakarta, Fraksi Partai Amanat Nasional DPR dalam pernyataan
> sikapnya menyatakan agar dilakukan investigasi menyeluruh atas
> musibah hilangnya pesawat AdamAir.
>
> Ekspedisi Baruna Jaya
>
> Masih dalam upaya menolong korban, pencarian Kapal Motor Senopati
> Nusantara dan pesawat AdamAir, pada 20 hari ke depan akan dilakukan
> dengan menggunakan kapal riset yang memiliki sarana deteksi lebih
> lengkap, yaitu Baruna Jaya IV.
>
> Sistem operasi pencarian dengan kapal Baruna Jaya ini, menurut Kepala
> Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan
> Indroyono Susilo, Minggu, dilakukan sama seperti mencari pesawat Silk
> Air yang tenggelam di Sungai Musi, Palembang, pada Desember 1997.
> Kapal yang dikelola Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi itu
> berangkat ke Sulawesi membawa 25 ilmuwan. (OTW/AMR/SSD/JOS/YUN)
>


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke