Judulnya agak misleading sih, tapi intinya bener kan ya?
Komentarnya donk para pakar dan bukar ekonomi.. :-)

Wassalam,

Irwan.K

=======

 *Rekan-rekan,*

*Berikut pers release dari KAU.*







*Press Statement*

**

*Contact: Kusfiardi, Koordinator Nasional*

*Hp: **+62811837389 ** *

*Email to; [EMAIL PROTECTED]<http://us.f545.mail.yahoo.com/ym/[EMAIL PROTECTED]>
*

*cc: [EMAIL PROTECTED]
<http://us.f545.mail.yahoo.com/ym/[EMAIL PROTECTED]>*

Jakarta, 16 April 2006





Presiden Bank Dunia Paul Wolfowitz; *menjerumuskan Indonesia kedalam jerat
utang*



P





enilaian Presiden Bank Dunia Paul Wolfowitz yang disampaikan dalam
kunjungannya ke Indonesia minggu lalu bahwa Indonesia memenuhi syarat untuk
mengajukan pinjaman maksimal senilai 1,4 miliar dollar AS kepada Bank Dunia
adalah perangkap bagi kebijakan ekonomi dan sosial Indonesia yang masih
dirundung krisis. Penilaian tersebut hanya melegitimasi penawaran utang baru
pada pemerintah Indonesia dan bank-bank swasta.

Pada kenyataannya pemerintah hanya mampu menyerap pinjaman dibawah tawaran
dari Bank Dunia. Pada tahun 2006 ini pemerintah memperkirakan hanya mampu
menyerap pinjaman sejumlah 900 juta dollar AS.

Rendahnya serapan utang ini karena banyak masalah teknis yang memengaruhinya
di lapangan. Masalah yang terjadi di lapangan dalam melaksanakan berbagai
proyek yang dibiayai pinjaman Bank Dunia. yang paling mencolok adalah
pencairan bantuan Bank Dunia yang lambat. Akibat dari pencairan pinjaman
yang lambat itu membuat pemerintah harus menanggung beban biaya komitmen.

Tawaran Presiden Bank Dunia Paul Wolfowitz ini mengindikasikan adanya usaha
sistematis menjerumuskan Indonesia kedalam jerat utang yang tak
berkesudahan. Sampai dengan akhir tahun 2005 lalu saja komitmen utang luar
negeri Indonesia sudah mencapai 365.883.070.000 dolar AS. Dari komitmen
tersebut yang sudah dicairkan baru sejumlah 162.129.673.000 dolar AS dan
kewajiban untuk melunasi utang luar negeri yang masih tersisa berjumlah
61.815.110.000 dolar AS (selengkapnya lihat Tabel Posisi Utang Luar Negeri
Indonesia sampai dengan 2005).

*Tabel *

*Posisi Utang Luar Negeri Indonesia sampai dengan 2005*



*dalam Dolar AS*

*dalam Rp*

*Kurs 9.000/Dolar AS*

*Komitmen Utang*

365.883.070.000

3.292.947.630.000.000

*Jumlah Utang yang dicairkan*

162.129.673.000

1.459.167.057.000.000

*Jumlah Utang yang belum dicairkan*

203.753.398.000

1.833.780.582.000.000

*Jumlah Utang yang sudah dibayar kembali*

100.314.563.000

902.831.067.000.000

*Jumlah Utang yang belum dibayar kembali (OUTSTANDING)*

61.815.110.000

556.335.990.000.000

Sumber: Depkeu

Posisi utang tersebut akan membebani anggaran negara sampai dengan 2009
tidak kurang dari kisaran 7.780.117.000 - 8.123.923.000 dolar AS (*lihat
Tabel Proyeksi Pembayaran Utang Luar Negeri Indonesia*).

Beban itu akan berdampak langsung pada pemenuhan hak anak-anak usia
pendidikan dasar untuk bersekolah dan menyelesaikan sembilan tahun
pendidikan dasar.  Kemudian juga akan menghambat pemenuhan hak untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan, terutama bagi ibu-ibu yang melahirkan,
termasuk anak-anak. Dampak berikutnya adalah meningkatkan proporsi penduduk
dibawah garis kemiskinan nasional karena terbatasnya lapangan kerja dan
meningkatnya angka pengangguran.

*Tabel *

*Proyeksi Pembayaran Utang Luar Negeri Indonesia*

*Tahun*

*TOTAL*

*Dalam Dolar AS*

*dalam Rp*

*Kurs 9.000/Dolar AS *

*2005*

7.893.097.000

71.037.873.000.000

*2006*

7.908.982.000

71.180.838.000.000

*2007*

8.123.923.000

73.115.307.000.000

*2008*

7.925.861.000

71.332.749.000.000

*2009*

7.780.117.000

70.021.053.000.000

Sumber: Depkeu





Agar tidak terperangkap dalam jebakan utang, Koalisi Anti Utang (KAU)
Indonesia mendesak pemerintah untuk tidak menambah utang baru, termasuk yang
ditawarkan oleh Bank Dunia. Pemerintah harus mau mengusahakan kepada Bank
Dunia (termasuk kreditor Indonesia lainnya) untuk menghapuskan utang luar
negeri Indonesia. Desakan ini didasarkan pada penilaian bahwa utang yang
sekarang menjadi beban Indonesia adalah utang yang tidak sah dan bias
dikategorikan juga sebagai utang haram. Apalagi selama ini, Bank Dunia dan
kreditor lainnya telah memberikan utang dalam jumlah besar pada pemerintah
Indonesia. Pada saat yang sama para kreditor ini juga mengetahui bahwa utang
tersebut telah diselewengkan oleh oleh kroni, baik kroni dari para penguasa
maupun kroni dari kreditor sebagai pemberi utang (lihat juga lampiran siaran
pers Jubilee USA Network).

Transaksi utang haram tersebut telah meluaskan kemiskinan di Indonesia dan
semakin menguatkan argumen bahwa Indonesia layak mendapatkan penghapusan
uang 100%. Penghapusan utang ini tidak boleh diikuti dengan berbagai
persyaratan yang justru menyengsarakan rakyat Indonesia. ###(*RD*)###


 *Jubilee USA Network * East Timor and Indonesia Action Network*

*FOR IMMEDIATE RELEASE*
April 11, 2006

Contact:
Debayani Kar, Jubilee USA, 202-783-0215; 202-246-8143
John M. Miller, ETAN, 718-596-7668; 917-690-4391


*Reaction to World Bank President Paul Wolfowitz's Remarks on Corruption
Today*

Jubilee USA and East Timor and Indonesia *Action* Networks Challenge
Wolfowitz to Address Roots of Corruption by Canceling Indonesia's
Suharto-Era Debt


WASHINGTON – As World Bank President Paul Wolfowitz unveiled his much
anticipated framework to fight corruption at the World Bank today in
Jakarta, Jubilee USA Network and East Timor and Indonesia *Action* Network
today urged a bolder and more comprehensive approach, including efforts to
meaningfully address its past corrupt lending to the impoverished country,
especially under former dictator Suharto.

The East Timor and Indonesia *Action* Network argues that if President
Wolfowitz is truly concerned about corruption in Indonesia, the World Bank
must acknowledge its role in fostering corruption in the impoverished
country through 30 years of lending to the kleptocratic Suharto
dictatorship. The Bank's lending to Suharto enabled the military to continue
to abuse human rights not only in Indonesia but in the now-independent state
of East Timor.

"The people of Indonesia suffered greatly under the Suharto dictatorship.
They should not be made to suffer again by being forced to pay back his
debt," said *John M. Miller, National Coordinator of the East Timor and
Indonesia Action Network*. "Any effort to end corruption in Indonesia must
tackle its most corrupt institution. The Indonesian military is deeply
involved in businesses, illegal and legal, receives protection payoffs from
foreign corporations, and remains largely unaccountable to its civilian
leadership."

*Jubilee USA Network and the Indonesian Anti-Debt Coalition* call on the
World Bank and other Northern creditors to cancel Indonesia's odious and
illegitimate debt. The combination of persistent and wide-spread poverty in
Indonesia and the odious nature of Suharto-era debt provide a compelling
argument for the 100% cancellation of Indonesia's debt. Such cancellation
must come without harmful economic conditions attached. In US Senate
testimony, Northwestern University professor Jeffrey Winters found that at
least one-third of World Bank loans to Suharto were stolen by his regime.

"Many of the major lenders - the World Bank, International Monetary Fund
(IMF), the Asian Development Bank and some G-8 countries - made large loans
to the Indonesian government during Suharto's regime knowing that
significant amounts would either be used to oppress the people or would be
lost to corruption," argues *Kusfiardi, Coordinator of the Anti-Debt
Coalition* *(KAU) in Indonesia*. "As a result, a growing number of voices
both inside and outside Indonesia are calling for the cancellation of
Indonesia's debt not only as a question of charity or meeting human needs,
but as a question of justice."

In addition to canceling Indonesia odious debt, *Jubilee USA Network* argues
that a comprehensive approach to corruption would include the development
and implementation of clear standards for responsible lending, assuring
transparency/accountability, human rights, and environmental sustainability
to avoid the creation of new odious debts in the future.




*
*

*Jubilee USA Network is the US arm of the international movement working for
debt cancellation for impoverished nations. Jubilee USA is a network of 75
religious denominations and faith-based groups, labor groups, environmental
organizations, and community and advocacy groups working for freedom from
debt and economic justice for countries in Africa, Asia, and Latin America.
See www.jubileeusa.org. *



*The East Timor and Indonesia Action Network was founded in November 1991 to
support genuine self-determination and human rights for the people of East
Timor. ETAN advocates for democracy, justice and human rights for East Timor
and Indonesia. ETAN calls for an international tribunal to prosecute crimes
against humanity committed in East Timor from 1975 to 1999 and for
restrictions on U.S. military assistance to Indonesia until there is genuine
reform of its security forces. For additional background, see www.etan.org .
*


[Non-text portions of this message have been removed]



Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke