Salam, Jika membangun industri Indonesia jangka panjang, maka penjulan melalui strategic partner KS, layak ditolak. Saya sendiri di www.presstalk.info, sudah mengkritisi, melalui tulisan BESI, juga STEEL.
Dua menteri dan satu kepala BKPM, yang menjadi "operator" penjualan ini. Kepala sukunya kita tahu semua, toh menteri pembantu presiden. Sebelum turun datri kekuasaan Megawati teken penjualan gas Tangguh untuk kontrak 40 tahun dengan Cina di harga Flat, US $ 25 saja. Itu yang tertulis di kertas. Biasa kan di negeri ini seringkali juga ada embel indikasi angka di bawah tangan? Nah KS, dengan masuk orang yang "astrategis" bukan mustahil, ada "kangtao" yang akan masuk di bawah tangan juga. INILAH gunanya wartawan harusnya, memverifikasi, verifikasi, dan verifikasi. Sayang, selama ini jurnlisme PR, sudah membuat wartawan mengembangkan jurnalisme "ludah", kutip saja, silau saja dengan yang namanya Mittal. Jangan-jangan sebentar lagi ada parade di media massa, deretan wartawan yang amat bangga berfoto dengan Mittal? wassalam, iwan piliang Pratiwi Ibnu Tadji <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Sebelumnya, privatisasi perusahaan industri strategis nasional Krakatau Steel adalah melalui Initial Public Offering, jadi publik bisa turut memiliki. Tiba-tiba, datanglah Milyarder "melamar" Krakatau Steel... Lobby tingkat tinggi dan kampanye-pun ia lakukan di Indonesia.... Sebagai orang nomor 4 terkaya di dunia, ia telah membuat petinggi kita terpukau. Lamaran serupa telah ditolak 10 tahun lalu, dan entah mengapa, tiba-tiba opsi jual perusahaan industri strategis nasional kita justru yang dikedepankan? Kampanye pro-penjualan pun semakin nyata, dan bahkan petinggi Indonesia justru yang menjadi corong mereka. Ada apa??? 2009??? Sekali lagi, aset bangsa harus dipertahankan, kita harus tetap menjadi bangsa yang mandiri. Industri strategis nasional susah-susah dibangun oleh para pendiri bangsa karena mereka punya visi yang luhur untuk negeri ini, kok sekarang mau dilego? Pejabat Eksekutif maupun Legislatif, mohon bertindak dengan bijaksana, berpikir secara visioner untuk jangka panjang bagi negeri ini. Dengan menjaga aset bangsa dan mengelolanya secara profesional, tentu bisa. Kalau mau alih teknologi, bisa mempekerjakan mereka yang profesional dalam bidangnya... tapi tidak dengan menjual aset bangsa hanya mengejar "sekedar" 500 juta dollar! Itukah harga bangsa kita? --------------------------------- Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now. [Non-text portions of this message have been removed]