*~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~*
 {  Sila lawat Laman Hizbi-Net -  http://www.hizbi.net     }
 {        Hantarkan mesej anda ke:  [EMAIL PROTECTED]         }
 {        Iklan barangan? Hantarkan ke [EMAIL PROTECTED]     }
 *~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~*
          PAS : KE ARAH PEMERINTAHAN ISLAM YANG ADIL
 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Isteri Nabi Nuh Menempuh Jalan Kesesatan "Allah
membuat perumpamaan bagi orang yang ingkar: Isteri Nuh
dan isteri Luth, mereka adalah isteri dua orang hamba
di antara hamba- hamba Kami yang soleh. Tapi mereka
berkhianat (kepada suami- suaminya). Maka, mereka
tiada berdaya membantu mereka sedikitpun terhadap
seksaan Allah. Kepada mereka dikatakan: "Masuklah kamu
ke dalam neraka Jahannam bersama orang yang masuk ( ke
dalamnya)!" (At- Tahrim: 10) Seorang wanita bangun
dari tidurnya, dan langsung menuju dapur untuk membuat
makanan dan kueh-kueh. Setelah semua pekerjaan itu
selesai, ia segera keluar rumah tanpa memberitahu
suaminya, Nabi Nuh. Sebelum pintu rumahnya terbuka,
tiba-tiba anak-anaknya yang masih muda, Kan'an,
menegurnya: "Mahu ke mana Ibu pagi-pagi ini?" Ibu
mengisyaratkan sesuatu agar anaknya merendahkan suara,
supaya tidak terdengar oleh orang lain. Lalu berkata:
"Lupakah kamu, Kan'an, bahwa hari ini adalah hari raya
tuhan-tuhan kita? Aku akan pergi ke Makbad Besar. Di
sana kaum kita telah menunggu untuk bersama-sama
melaksanakan penyembahan kepada tuhan yang telah
memberi rezeki dan menolong kita." Kan'an memandang
ibunya dengan wajah tersenyum, dan kemudian berkata:
"Ibu berbuat yang terbaik. Nanti aku akan menyusul ke
sana, sebab bukankah ibu tahu bahwa ayah tidak senang
melihat kita bekerjasama dalam hal ini." Pergilah
isteri Nuh ke Makbad Besar itu. Sesampainya di sana,
ia segera berdiri di depan berhala dan berucap: "Wed,
Suwa, Yaghuts ya'uq, dan Masr..." (nama-nama, berhala)
la kemudian memohon, berdoa, mendekatkan diri, dan
mempersembahkan makanan serta minuman bagi para
penjaga yang mulai menyuarakan kalimat-kalimat yang
tidak dapat difahami maksudnya. Kemudian mereka
menunjukkan kepada tuhan-tuhan, dan sekali lagi
menunjuk kepada orang-orang yang mempersembahkan
korban dan mengangkat wajah mereka dengan mata
terpejam, agar orang yang mempersembahkan korban itu
merasa bahwa Tuhan senang dan rela kepada mereka.
Isteri Nabi Nuh melihat, dan ia dapati puteranya
Kan'an, telah keluar dari ruangan sembahan menuju
arena tarian di sebelah Makbad. Di tempat itu, kaum
lelaki dan perempuan bercampur menjadi satu; melakukan
perbuatan-perbuatan sesuka hati mereka sambil
bersukaria. Melihat itu, sang ibu merasa cemas dan
khuatir terhadap keadaan anaknya. Diserunya Kan'an
agar kembali kepadanya, tetapi Kan'an malah
bersembunyi di tengah-tengah keramaian itu tatkala ia
mendengar panggilan ibunya. Karena Kan'an tidak
kembali setelah lama dipanggil, sang ibu segera
kembali menuju berhala-berhala dan mulai berdoa lagi.
Ia tidak ingin menyibukkan diri dengan urusan anaknya
itu. Sambil berdoa, ia mengeluarkan secarik kain yang
telah disapu wangi-wangian dari bungkusannya, dan
kemudian diletakkannya di kaki berhala. Itulah
pekerjaan yang biasa dilakukannya. Waktu berlalu
dengan cepat, dan upacara penyembahan akhirnya
selesai. Isteri Nabi Nuh kemudian kembali ke rumahnya.
Dalam perjalanan pulang, ia bertemu dengan anaknya,
Kan'an, yang wajahnya tampak masam air mukanya.
Cepat-cepat ia mendekati anaknya itu dan berkata: "Apa
yang sedang kamu fikirkan, Puteraku?" "Tahukah ibu,
apa yang telah dilakukan Nuh, ayahku?" Kata Kan'an.
"Apa yang ia perbuat, Kan'an?" Tanya ibunya dengan
wajah penuh kesedihan. "Ia menyeru umat di pasar, dan
orang-orang di sekelilingnya, dan membantah apa yang
diserukan mereka!" Jawab Kan'an. "Apa yang telah
dilakukannya di pasar?" Tanya ibunya kemudian! Apakah
ia hendak menjual kayu-kayu yang ia jadikan perkakas
rumah?" Anaknya menjawab: "Aku telah mendengar bahwa
ia berkata: `Hai, kaumku, sesungguhnya aku adalah
pemberi peringatan yang nyata bagimu; maka sembahlah
Allah, bertakwalah dan taatlah kepadaNya." Isteri Nabi
Nuh memandang Kan'an seraya berkata: "Kalau begitu,
ayahmu tidak menghendaki kita menyembah tuhan-tuhan
yang memberi rezeki dan memelihara kita."
"Sesungguhnya ia benci akan hal itu dan bahkah
menghinanya. Ia tidak pernah bersedia mempersembahkan
korban kepada tuhan-tuhan yang biasa kita lakukan,"
jawab Kan'an. Isteri Nuh dan anaknya pulang ke rumah.
Sepanjang jalan keduanya lebih banyak membisu. Tetapi
kemudian Kan'an memecahkan kesunyian itu dengan
bertanya: "Apakah yang akan kita lakukan ibu, bila
ayah menyeru kita seperti yang ia serukan kepada kaum
negeri ini?" "Tuhan-tuhan akan mengutukmu, Kan'an,
jika engkau turuti seruan ayahmu itu!" Jawab ibunya.
"Apakah kita akan meninggalkan agama kita dan agama
nenek moyang kita hanya karena ayahmu menyerukan yang
lain? Tidak! Sesungguhnya hal itu tidak boleh
terjadi!" Sebelum tengah malam tiba, Nabi Nuh telah
sampai di rumahnya. Semalaman isteri dan anak Nuh
tidak dapat memejamkan mata. Nabi Nuh meletakkan
tongkatnya di dinding rumahnya, kemudian duduk. Tidak
lama, isterinya mendekati dan berkata: "Mengapa engkau
terlambat pulang sampai larut malam?" "Aku mesti
menyampaikan risalah yang diperintahkan Allah
kepadaku." Jawab Nabi Nuh. "Risalah apakah itu, Nuh?"
Tanya isterinya. Nabi Nuh menjawab: "Agar manusia
menyembah Tuhannya dan meninggalkan penyembahan kepada
berhala-berhala." "Kamu telah bertahun-tahun hidup
bersama kami," sahut isterinya kemudian. "Tetapi kini
kamu berselisih dengan apa yang disembah oleh kaummu.
Maka, bagaimanakah mereka akan percaya kepadamu, yang
tiba- tiba mengatakan bahwa Allah telah mengutusmu
kepada mereka dengan membawa suatu risalah dan menyeru
mereka untuk meninggalkan sembahannya?" Nabi Nuh
menjawab: "Allah telah memilihku untuk menjalankan
tugas ini bila saja Dia kehendaki. Kumpulkan ke mari
anak-anak kita, aku akan menunjukkan kepada mereka
tentang risalah yang kubawa ini, sebagaimana yang
telah kuserukan kepada manusia!" Isteri Nuh tidak
bergerak dari tempatnya, sementara anaknya Kan'an,
telah duduk di sampingnya. Ia kemudian berkata kepada
Nabi Nuh: "Anak-anakmu sedang tidur. Tundalah hal itu
sampai datang waktu pagi!" Kalau begitu, aku akan
menyampaikan masalah ini kepada kalian berdua lebih
dahulu." "Mengapa kamu tergesa-gesa dalam urusan ini,
tidurlah sampai esok pagi!" Sahut isterinya. "Tidak!"
Kata Nabi Nuh. "Aku harus melaksanakan tanggungjawabku
terhadap Allah. Sesungguhnya kamu berdua adalah ahli
baitku, dan aku harus menjadi orang yang menyeru kamu
berdua pertama kali. Bersaksilah bahwa Allah itu satu,
tidak ada sekutu bagi-Nya dan tinggalkanlah semua yang
kamu sembah kecuali Allah." Mendengar itu Kan'an
melihat ke arah ayah dan ibunya. Sang ibu pula
memandang kepadanya seraya mengangguk dan berkata:
"Kami tidak akan meninggalkan penyembahan tuhan-tuhan
kami dan tuhan-tuhan kaum kami semua." Dan Kan'an pula
berkata, setelah, mendengar apa yang dikatakan oleh
ibunya itu: "Wahai, ayah, kulihat ayah menolak
ucapannya." Nabi Nuh menjawab: "Tidak mungkin aku akan
meninggalkan risalah yang dibebankan oleh Allah
kepadaku untuk kusampaikan kepada umat manusia? Kamu
berdua terus-menerus menyembah batu dan kayu yang
tidak dapat mendatangkan mudarat ataupun manfaat; dan
kamu enggan menyembah Tuhan yang Maha Esa lagi
Berkuasa." Mendengar perdebatan itu, anak-anak Nabi
Nuh yang lain terbangun dari tidurnya. Mereka semua
bangun dan menghampiri ketiga orang itu, untuk
mengetahui masalah yang sebenarnya terjadi. Melihat
itu sang ibu segera berkata kepada mereka semua.
"Ayahmu menghendaki agar kita meninggalkan tuhan-tuhan
yang biasa kita sembah untuk kita menyembah tuhannya
yang ia katakan telah mengutusnya untuk membimbing
manusia." "Siapakah Tuhanmu itu, ayah?" Tanya
anak-anak Nabi Nuh kepada ayah mereka. "Dia adalah
Pencipta langit dan bumi serta semua makhluk yang ada
di atas alam ini. Dialah yang memberi rezeki,
mematikan semua manusia di hari perhitungan (kiamat),"
jawab Nabi Nuh. "Di manakah Dia berada, Ayah? Apakah
Ia berada di Makbad besar bersama tuhan-tuhan yang
biasa kami sembah?" Tanya salah seorang di antara
anak-anak Nabi Nuh. "Anak-anakku," kata Nabi Nuh:
"Sesungguhnya Allah tidak dibatasi oleh ruang atau
waktu. Dia adalah Pencipta ruang dan waktu itu
sendiri. Dia tidak dapat dilihat oleh mata kita."
"Jika demikian, bagaimana kita mengetahui bahwa Dia
ada?" Tanya yang lain. Nabi Nuh menjawab: "Dari
tanda-tanda kekuasaan-Nya atas segala sesuatu dari
ciptaan-Nya dan pengadaan-Nya, dari langit yang
ditinggikan-Nya tanpa tiang; dari bumi yang
dihamparkan-Nya dan di dalamnya terdapat sungai-sungai
dan lautan; dari hujan yang tercurah dari langit dan
menumbuhkan tanaman yang memberikan sumber rezeki
manusia dan haiwan-haiwan; dan dari kekuasaan-Nya
menciptakan manusia dan mematikan mereka; yang semua
itu ada di hadapan kita." Mendengar itu, anak-anak
Nabi Nuh serentak berkata: "Allah telah melapangkan
hati kami untuk menerima kebaikan yang ayah serukan."
Betapa terperanjatnya hati isteri Nabi Nuh tatkala
mendengar pengakuan terus terang anak-anaknya akan
risalah yang diserukan Nabi Nuh. Ia segera bangkit
dari duduknya dan menghampiri Kan'an, sambil berkata
kepada suaminya."Telah rosak akal anak-anakmu dengan
seruan itu. Tuhan kami akan mengutu dan menurunkan
seksa kepadamu!" Ketika wajah anak-anak mereka
menampakkan kehairanan Nabi Nuh menjawab: "Nanti kamu
akan mengetahui bahwa berhala-hala itu tidak berkuasa
memberikan manfaat dan tidak kuasa pula menolak
kemudaratan atas dirinya. Bagaimana ia akan berkuasa
berbuat sesuatu kepada yang lain?" Isteri Nabi Nuh
tidak berhenti dalam usaha menghalang-halangi dakwah
kebajikan yang diserukan oleh Nabi Nuh kepada kaumnya.
Setiap datang jiran tetangga yang hendak beriman
kepada ajaran Nabi Nuh, dan meminta pendapat isteri
Nabi Nuh dalam hal itu, isteri Nabi Nuh selalu
mencadangkan orang-orang itu agar tidak mengikuti
seruan suaminya. Bahkan ia berkata kepada mereka:
"Sekiranya seruan Nuh itu baik, nescaya aku dan
anakku, Kan'an mengikutinya." Dengan pertanyaan isteri
Nabi Nuh itu, pulanglah para tetangga itu dengan hati
yang yakin, dan hilanglah keraguan terhadap
tuhan-tuhan yang biasa mereka sembuh. Beberapa tahun
telah berlalu, dan isteri Nabi Nuh bukannya semakin
condong kepada ajaran suaminya. Rasa pertentangannya
dengan Nabi Nuh bahkan semakin besar dan kuat. Bersama
berlalunya waktu, isteri Nabi Nuh semakin berpaling
dari seruan kebenaran yang disampaikan oleh suaminya.
Ia berkata kepada Nabi Nuh: "Tidak ada yang
mengikutimu kecuali hanya beberapa orang miskin.
Sekiranya bukan karena kemiskinan yang mereka derita,
nescaya mereka tidak akan mengikutimu. Bukankah hal
ini cukup menjadi bukti bagimu bahwa seruanmu itu
batil? Semua orang memperolok-olokkanmu. Maka
sebaiknya kamu hentikan seruanmu itu kepada
manusia...." Meskipun demikian, Nabi Nuh tetap
berjalan di atas kebenaran Ilahi yang menuntut kepada
kebajikan. Ia pikul semua penderitaan dan kejahatan
orang yang merintanginya untuk menyampaikan risalah
Tuhannya, meskipun bertahun-tahun jumlah kaum mukminin
tidak lebih dari seratus orang. Nabi Nuh selalu berdoa
kepada Allah: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah
menyeru kaumku malam dan siang. Maka seruanku itu
hanya membuat mereka lari dan semakin menjauh. Dan
sungguh, setiap kali aku menyeru mereka agar engkau
mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari ke
dalam telinganya dan menutup dirinya dengan pakaiannya
dan mereka tetap ingkar dan menyombongkan diri dengan
keangkuhan. Kemudian kuseru mereka dengan
terang-terangan. Dan berbicara kepada mereka di
halayak ramai, dan juga dengan diam-diam. Maka, aku
katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu,
sungguh, Dia Maha Pengampun. Nescaya Dia akan
mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan
memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan
untukmu kebun- kebun, dan mengadakan (pula di
dalamnya) sungai-sungai untukmu. Mengapa kamu tidak
percaya akan kebesaran Allah? Padahal sesungguhnya Dia
telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkat
kejadian? Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah
telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat? Dan
Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya, dan
menjadikan matahari sebagai pelita? Dan Allah
menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya,
kemudian dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan
mengeluarkan kamu (darinya pada hari kiamat) dengan
sebenar-benarnya? "Dan Allah menjadikan bumi untukmu
sebagai hamparan supaya kamu melalui jalan-jalan yang
luas di bumi itu?" Nuh berkata: Ya, Tuhanku,
sesungguhnya mereka telah menderhakaiku, dan telah
mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya
tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka.
Dan melakukan tipu daya yang amat besar." Dan mereka
berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan
(penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula
sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd dan
jangan pula Suwa, Yaghuts, Ya'uq, dan Nasr." "Dan
sesungguhnya mereka (sembahan-sembahan berhala) telah
menyesatkan orang ramai. Maka, janganlah Engkau
tambahkan bagi orang- orang yang zalim itu selain
kesesatan." (Lihat surah Nuh ayat 5-24) Allah
memerintahkan Nabi Nuh membuat sebuah bahtera. Pada
suatu hari, isteri Nabi Nuh melihat suaminya
mendatangkan kayu-kayu dan menyuruh para pengikutnya
agar meletakkan kayu-kayu itu di tengah-tengah kota,
padahal kota itu jauh dari laut dan sungai. Maka,
bertanyalah sang isteri kepada suaminya. "Apakah yang
akan engkau perbuat dengan semua kayu ini, Nuh?" "Aku
akan membuat sebuah bahtera," jawab Nabi Nuh. "Mengapa
engkau membuat bahtera, sedangkan di sini tidak ada
lautan atau sungai yang dapat melayarkannya?" Tanya
isteri Nabi Nuh. Nabi Nuh menjawab: "Bahtera ini akan
belayar ketika datang perintah Allah." Kembali isteri
Nabi Nuh menyanggahnya: "Bagaimana orang yang berakal
akan percaya dengan ungkapanmu itu?" "Nanti engkau
akan melihat bahwa hal itu akan terjadi," kata Nabi
Nuh. Setelah beberapa langkah isteri Nabi Nuh
meninggalkan tempat itu, ia masih sempat bertanya
sekali lagi: "Apakah bahtera ini akan berlayar di atas
pasir?" Nabi Nuh menjawab dengan penuh keyakinan:
"Tidak! Tetapi banjir akan menenggelamkan bumi dan
orang-orang yang menentang kami, dan kaum mukminin
akan selamat di atas bahtera..." Maka, pergilah isteri
Nabi Nuh untuk menyelesaikan urusannya. Dia tidak
percaya sedikit pun pada apa yang dikatakan suaminya
itu. Walaupun begitu, ia sebenarnya merasa hairan
kepada berita yang disampaikan oleh Nabi Nuh. Ia
bertanya-tanya kepada dirinya sendiri. "Nanti akan
engkau saksikan, apakah Nabi Nuh akan membiarkanmu
berlayar bersamanya di atas bahtera!" Belum selesai ia
memikirkan hal yang menghantui fikirannya itu,
terdengar suara Kan'an memanggilnya. "Apakah bahtera
itu, ibu?" Maka, ibunya mengisahkan peristiwa dialog
antara dirinya dan Nuh, dan mengkhabarkan pula kepada
Kan'an bahwa ayahnya akan membuat sebuah bahtera di
tengah kota. Kan'an nyaris tidak mendengar semua
cerita ibunya, karena ia menjadi tertawa
terbahak-bahak tiada henti. Kemudian ia berkata:
"Kalau begitu, benar apa yang dikatakan orang tentang
ayahku!" Isteri Nabi Nuh memandang anaknya sambil
menyesali dirinya. "Aduhai malangnya nasib yang
membuatku menjadi isteri lelaki itu selama
bertahun-tahun. Berapa lama lagi aku harus menanggung
sengsara dan celaka seperti ini?" Kemudian ia membawa
anaknya pergi ke Makbad Besar. Di Makbad Besar,
sekelompok orang sedang berbantah-bantah tentang Nabi
Nuh. Melihat isteri Nabi Nuh dan Kan'an datang mereka
segera berkelompok di sekelilingnya dan berkata
kepadanya. "Benarkah berita yang sampai kepada kami
bahwa Nuh akan membuat sebuah bahtera?" "Hal itu aku
dengar dari mulut Nuh sendiri," jawab isteri Nabi Nuh.
Bertambahlah kemarahan orang-orang itu. Jika hal itu
dimaksudkan sebagai olok-olok Nuh kepada mereka, maka
mereka akan mengusir Nabi Nuh dari negeri mereka. Kaum
Nabi Nuh tersebut kemudian pergi ke tengah kota. Di
sana Nabi Nuh sedang mempersiapkan kayu-kayu untuk
dibuat bahtera. Di sekelilingnya ada sekelompok
orang-orang yang beriman kepadanya yang membantunya
menyediakan kayu-kayu itu. Sementara itu, kaum Nabi
Nuh mulai mengolok-oloknya. Salah seorang dari mereka
berteriak. "Baiklah, Nuh! Nyata sekali bahwa kamu akan
datang dengan membawa bahtera kepada kami di sini,
sehingga kami dapat naik bahtera yang kamu buat di
atas padang pasir yang tandus ini!" Suara yang lain
terdengar: "Baiklah, Nuh! Apakah kamu akan menyuruh
kaum mukminin untuk datang kepadamu dengan membawa
bekas-bekas yang penuh air untuk dituangkan ke bawah
bahtera ini sehingga engkau dapat membuat sebuah kolam
yang di atasnya bahteramu belayar?" Yang lain lagi
berseru." Hal itu tentu saja akan memakan waktu
beberapa ratus tahun, tahukah kamu, Nuh?" Kemudian di
antara mereka ada yang tertawa sambil mengejak Nabi
Nuh." Dan semua air akan diserap oleh pasir..." Nabi
Nuh tidak memberikan jawapan terhadap ejekan-ejekan
dan cemuhan- cemuhan mereka itu melainkan hanya
berucap dengan beberapa kalimat pendek: "Jika kamu
memperolok kami, kami pun akan memperolokkan kamu,
sebagaimana kamu memperolokkan kami! Tapi kamu akan
sedar, kepada siapa akan datang azab yang meliputi
dirinya dengan kehinaan. Dan kepada siapa akan turun
azab yang tiada akhirnya." (Surah Hud ayat 38-39)
Beberapa tahun telah berlalu. Nabi Nuh telah
menyelesaikan bahtera ciptaannya. Sementara itu,
ejekan yang datang dari kaum di sekelilingnya tidak
berhenti, siang dan malam. Isteri Nabi Nuh dalam hal
itu selalu memberitahu kaum musyrikin tentang
kesedihan suaminya selama itu. Mendengar berita itu,
makin bertambahlah kegembiraan hati mereka. Pada suatu
hari, isteri Nabi Nuh terbangun dari tidurnya karena
sesuatu yang menggelisahkan hatinya. Di rumahnya, Nabi
Nuh mengumpulkan setiap jenis haiwan dan burung,
masing-masing sepasang. Melihat perbuatan Nabi Nuh
itu, isterinya bertanya. "Nuh, apa yang kamu lakukan?
Dan ke mana kamu akan pergi dengan semua haiwan dan
burung itu? Apakah kaum mukminin yang bersamamu akan
makan haiwan- haiwan dan burung-burung itu, dan engkau
tinggalkan kami di sini tanpa apa-apa?" "Tuhanku telah
memerintahkan kepadaku untuk membawa haiwan-haiwan dan
burung-burung di dalam bahtera!" Jawab Nabi Nuh.
Dengan agak pelik, isteri Nabi Nuh bertanya:
"Bagaimana Tuhanmu memerintahkan seperti ini?" Nabi
Nuh menjawab: "Kelak akan kubawa setiap pasang
binatang dan semua kaum mukminin di dalam bahtera ini,
dengan kebenaran yang diperintahkan oleh Tuhanku
kepadaku." Isteri Nabi Nuh tidak mahu diam. Ia bahkan
berusaha membantah sambil berkata: "Apa yang akan kamu
lakukan dalam bahtera itu? Apakah kalian akan
meninggalkan rumah dan hidup bersama haiwan-haiwan dan
burung- burung ini?" Nabi Nuh menjawab: "Kelak air
akan menenggelamkan segala sesuatu, dan tidak ada yang
akan selamat kecuali siapa yang naik ke atas bahtera
ini, kemudian memulai kehidupan baru yang muncul
dengan fajar keimanan!" Kali ini isteri Nabi Nuh
benar-benar merasa takut dan ngeri dengan ucapan
suaminya itu. Namun, karena keingkarannya telah keras
membatu, ia tetap berusaha menekan rasa takutnya itu.
Segera ia pergi untuk memberitahu kaumnya tentang yang
diperbuat suaminya. Maka, bertambah keraslah ejekan
mereka kepada Nabi Nuh dan apa yang diperbuatnya.
Ketika datang masa yang dijanjikan oleh Allah,
terperanjatlah kaum Nabi Nuh melihat datangnya banjir
yang besar serta merta. Pintu-pintu langit terbuka dan
mencurahkan air hujan ke bumi, sedangkan Nabi Nuh
bersama orang-orang yang beriman belayar di atas
bahtera tanpa isterinya dan Kan'an puteranya. Mereka
berdua menolak ketika Nabi Nuh memerintahkannya agar
ikut bersama ke atas bahtera. Bahkan mereka berkata:
"Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat
menyelamatkan daku dari banjir!" (Hud ayat 43) Banjir
terlalu besar, hingga puncak gunung pun tenggelam.
Maka tenggelamlah sang ibu bersama puteranya dalam
gelombang banjir yang dahsyat. Kisah mereka di dalam
Al-Quran sentiasa menjadi tanda dan peringatan bagi
seluruh kaum mukminin bahwa petunjuk itu kadang-
kadang terasa lebih jauh meskipun bagi orang yang
paling dekat dengan pemberi petunjuk itu sendiri. 

__________________________________________________
Rasulullah saw bersabda maksudnya: "Siapa yang menjurusi satu jalan 
untuk
mencari ilmu nescaya Allah akan mempermudahkan padanya jalan ke syurga."
(Sahih Muslim)

Moga Ada Manfaat
Lenggang Kangkung Mailing List

Untuk Melanggan Lenggang Kangkung List -> Hantar email kosong to: 
[EMAIL PROTECTED] (PERCUMA)

Untuk Berhenti Melanggan -> Hantar email kosong to: 
[EMAIL PROTECTED]

Pertanyaan: Hubungi [EMAIL PROTECTED]

Laman Web Lenggang Kangkung: http://www.angelfire.com/ct/lk

Koleksi Email Lenggang Kangkung List:
http://groups.yahoo.com/group/lk/messages 


 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
 ( Melanggan ? To : [EMAIL PROTECTED]   pada body : SUBSCRIBE HIZB)
 ( Berhenti ? To : [EMAIL PROTECTED]  pada body:  UNSUBSCRIBE HIZB)
 ( Segala pendapat yang dikemukakan tidak menggambarkan             )
 ( pandangan rasmi & bukan tanggungjawab HIZBI-Net                  )
 ( Bermasalah? Sila hubungi [EMAIL PROTECTED]                    )
 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Pengirim: "Lenggang Kangkung" <[EMAIL PROTECTED]>

Kirim email ke