Cak Ar, anda benar memang mineral industri dan beberapa mineral logam belum tergarap dengan baik, bahkan di tingkat sosialiasinyapun masih sangat kurang. Tapi ada yang bilang justru kalau mau ber-"usaha" garaplah komoditi yang belum nge-top tetapi memiliki trend untuk nge-top. Silakan para kaum investor geologist berkomentar.
Untuk besi sendiri, setahu saya di Indonesia hanya Antam yang mengusahakannya (pasir besi). Tahun 2003 mereka memproduksi 245,409 wmt namun turun di 2004 menjadi 89,664wmt di 2004, ini berasal dari tambang (quarry) di Cilacap dan Kutoarjo, namun jumlah penjualan mereka meningkat dari tahun 2003 ke 2004. Harga jualnya juga meningkat tajam 2 X lipat, dari Rp 86 ribuan per wmt di 2003 ke Rp 170 ribuan di 2004 (lihat di www.antam.com) Saya membaca ini sebagai banyaknya demand dan kurangnya supplai (klop dengan ulasan anda Ar). Dari segi data teknis-nya sendiri, ada banyak publikasi yang menyebut ttg potensi iron sand ini - paling banyak ditulis oleh rekan dari DIM (untuk Indonesia sepertinya lebih banyak potensi iron sand daripada primary iron ores). Kita juga singgung sedikit di paper saya dkk "Potensi Cebakan Mineral di DIY dan Jateng" yang diterbitkan oleh IAGI Pengda DIY - Jateng, 2002. Untuk sosialisasi hal-hal spt ini pembangunan database ttg resources menjadi diperlukan. Ide untuk mengumpulkan dan mendata paper, informasi ilmiah dll pernah digulirkan oleh PP-IAGI yang diharapkan akan menjadi semacam referensi database buat siapa saja yang ingin cari informasi ttg resource Indonesia. (Pak Aria mungkin bisa menambahi ttg program ini........??) Salam - Daru ----- Original Message ----- From: "Ariadi Subandrio" <[EMAIL PROTECTED]> To: <iagi-net@iagi.or.id> Sent: Friday, February 25, 2005 11:19 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Ekonom & Geologist > > Setiap bayi yang lahir akan membutuhkan 1.390 lbs tembaga, 32.810 bijih besi, 1.55 juta pasir dan batu, 772 lbs seng, 4.864 lbs aluminium, 1.209 toy oz emas, 573.036 batubara, 81.518 gallon bbm dan seterusnya... demikian data untuk warga Amerika Serikat, bagaimana dengan untuk konsumsi warga Indonesia? yaaa.. silahkan di-adjust sendiri lah > > > > Ilustrasi orang amerika tentang perlunya bahan tambang bagi umat manusia yang dilansir oleh kata awal dalam kolom editorial bulletin Mineral Watch No.2 Vol. 1 Des, 2004. Dalam bulletin tersebut, rasanya tak pernah ada laporan tambang Indonesia selain bahan mineral emas, perak, timah, tembaga dan nikel serta batubara. Hampir tak pernah melihat laporan adanya tambang besi dari negeri ini. Apakah memang tak ada, apakah memang tak ekonomis, apakah bahan mineral tersebut bukan komoditas strategis atau kenapa. > > > > Kita punya Krakatau Steel, tapi hampir seratus persen bahan bakunya impor. Padahal Indonesia juga sangat butuh besi untuk pengrajin pompa, keperluan pagar, tiang-tiang listrik, rel-rel, gerbong kereta api, untuk industri di Tegal, di Surabaya, pengrajin di Yogya dan seterusnya dan seterusnya. Namun hampir seratus persen kebutuhan bahan baku bagi besi didatangkan dari impor. Kenapa mineral logam satu itu tak menarik untuk ditambang, sementara kebutuhan demikian tinggi, apakah laporan-laporan dari p3g, pptm tak pernah sampai ke rekan-rekan di dept. perindustrian? ke bkpm, ke pemda-pemda ataukah masing-masing laporan suberdaya dan kebutuhan berada tetep dalam tempurung masing-masing? (pinjem istilah mas Rovicky). > > > > Banyak disitir bahwa sepinya investasi sektor pertambangan adalah akibat political risk, tax and policy regional autonomy yang tumpang tindih. Laporan investasi dunia pertambangan tak bergerak dari pengeluaran ijin peningkatan dari tahap eksplorasi ke produksi, namun semua adalah untuk mineral-mineral sweety saja. Namun, pada sisi lain terdapat beberapa laporan seperti pulau Sebuku, Kalsel dan sebuah kawasan di Lampung yang sudah menjadi kontrak area tambang besi yang didanai oleh investor dari China. KP-KP baru yang dikeluarkan oleh pemda-pemda setempat, sayangnya outlook dunia pertambangan negeri hanya didominasi oleh laporan dari pusat. > > > > Economic growth China yang demikian spektakuler dalam masa lewat satu decade terakhir, terus haus dengan berbagai sumberdaya. Bukan hanya gas, batubara yang China perlukan, namun juga bijih besi. Konon dua pertambangan besi di Australia sudah diambil alih oleh negeri raksasa ini, juga satu tambang besi yang sangat besar di Brazil juga dilahap oleh China. Kini kita rasakan, betapa banyak pembangunan pabrik di Indonesia yang terpaksa melakukan evaluasi ulang atas biaya investasinya, tak lain disebabkan harga besi dan baja yang terus meroket, dan sebagai kambing hitam adalah kehausan China. Sampai-sampai Menteri Rini Suwandi kala dulu pernah menurunkan tax impor untuk merangsang besi dan baja jadi murah di negeri ini. Market sangat haus, market demand bahan tambang pun menjadi booiming oleh drive pertumbuhan negeri seberang. Sejauh mana kaum earth resources dapat menerima tantangan ini, dapat memberikan masukan bagi rekan-rekan lain, rekan industri. Sayangnya, hampir-hampir sepi > laporan > investasi tambang besi, tak ada khabar tentang eksplorasi besi, kecuali pasir besi Cilacap, Cipatujah, Lumajang yang lebih banyak dimanfaatkan oleh industri semen. > > > > Rekan dari perindustrian juga mengabarkan bahwa kebutuhan Indonesia akan timah hitam juga sangat besar, baik untuk aki yang jumlahnya jutaan, untuk baterei dll. Tantangan lagi bagi geolog untuk semestinya dapat menginformasikan dimana saja sebaran galena dan kawan2nya. Ataukah kembali kita asyik berada dalam tempurung masing-masing. > > > > Kokas. Seratus persen kokas yang ada di Indonesia adalah barang impor, sementara kokas yang bahan utamanya adalah batubara kita datangkan terbesar dari China. Pada hari yang sama negeri ini melakukan ekspor batubara sebejibun ke China, net foreign earning ratio-nya bisa anda hitung sendiri, untung kemana. Kebutuhan kokas sebagai pemanas sangat dibutuhkan oleh rekan-rekan peternak ayam, perikanan dan sebagainya. Apakah kita akan terus memanfaatkan booming China, negeri tetangga hanya dengan menjual raw material? Pada laci mana masing-masing riset disimpan, hingga susah diaplikasi oleh publik. > > > > Adakah yang bisa memberi pencerahan tentang bahan galian A, B dan C. mana saja mineral logam yang strategis, mana yang vital dan bagaimana sih sebenarnya strategi besar mineral Indonesia ini. Kalo visinya kan sudah jelas : tongkat kayu dan batu jadi makanan. > > > > Salam, > > ar-. > (masih ada "drain" bagi geologist untuk menerima tantangan inventarisasi sumberdaya alam lokal dari pemda-pemda... > --------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) ---------------------------------------------------------------------