Salam,
Selamat Tahun Baru 2010. Paper yang menarik dari Mas Awang.

Big Bang sejak 18,617,394,381 BC, dan Tatasurya termasuk Bumi berumur sejak 
4,617,394,381 BC. Bumi telah mengalami 6 masa, siklus 700 Ma. 

Geologic Time Scale, 1999, sebut Era yang terus saya modifikasi menjadi siklus 
700 Ma "Million annum", adalah:
1. Hadean                             4.6 Gaa "Giga annum ago", 
2. Early Mid Archean             3.8 Gaa, 
3. Late Archean                    3.0 Gaa, 
4. Early Proterozoic              2.5 Gaa, 
5. Mid Proterozoic                1.6 Gaa, 
6  Late Proterozoic - Paleozoic , 0.9 Gaa, dan
7. Mesozoic-Cenozoic           0.25 Gaa.

Satu siklus sinusoidal perubahan muka laut, dimulai zerocrossup "zcu", Lowstand 
pada lalu 1/4 pereode berikutnya, zcd "zerocrosdown" 2/4 pereodenya, mfs "max 
flloding surface" 3/4 pereode, dan zcu pada 1 pereode berikutnya. 

Suatu yang kuat datanya adalah PermianTriasik, Benua-benua menjadi satu, yang 
disebut Benua Pangea, ini pada 0.25 Gaa. Sehingga, dengan pereode 700 Ma, maka 
di tambahkanlah 0.700 Ga dari 0.25 Gaa itu untuk mendapatkan umur-umur lebih 
tuanya. Ini menjadi sbb: 

7. Mezozoic-cenozoic                    0.25 Gaa
6. Late Proterozoic - Paleozoic ,     0.95 Gaa, 
5. Mid Proterozoic                         1.65 Gaa, 
4. Early Proterozoic                       2.35 Gaa, 
3. Late Archean                             3.05 Gaa, 
2. Early Mid Archean                     3.85 Gaa, 
1. Hadean                                     4.55 Gaa.

Umur-umur itu, mamemenuhi penentuan umur menurut GTS yang berdeviasi 30-300 
Ma.  Melihat Pangea pada permulaan ekstensi siklus 700 Ma, maka ini dikenal 
sebagai status Lowstand. Awal umur adalah zcu. 

Setelah di dapatkan data, bahwa ada siklus 70 Ma Period, 7 Ma Stage, dan 700 
Ka, 70 Ka, 7 Ka, 700 a, 70 a, 7 a, maka di dapatkanlah umur Bumi 4,617,394,381 
BC. Umur ini bila di bagi 700 Ma, ada 6.5 siklus. Ini sesuai dengan Bible, 
bahwa Bumi dicipta dalam 6 hari. Atau 7 surat, masing-masing satu ayat di 
Qur'an, yang sebut "langit dan Bumi dibentuk dalam 6 masa".

Detil cerita tambahan bisa masuk ke link: 

http://salamology.wordpress.com/2008/10/09/mekah-sebagai-pusat-superkontinen-pangea-sepanjang-masa-7-giga-annum-umur-tatasurya/

Siklus 70 Ma adalah:
1. Cambrium
2. Ordivician
3. SilurDevon,
4. Carboniferous
5. PermianTriassic
6. Jurasic
7. Kretaseus
8. Cenozoic.

Siklus 7 Ma adalah Stage, termasuk:
Danian                    66 Maa
SelandianTanetian    61 Maa
Ypressian               54 Maa
Lutetian                  48 Maa
Bartonian                41 Maa

Itu adalah Gelombang waktu, yang saya sebut Gelombang Salam, yang 
menghasilkan Salam Calendar. 

Masmar Wave adalah gelombang space (jarak), dengan pereode 7x10^n meter, untuk 
n dari -21 hingga +28, berupa kompresi-ekstensi setiap siklusnya.

Ada siklus 70 km, berupa jarak gunung-gunung di JatengTim, Grup:
Pojoktiga
Slamet
Dienga
Merapi Merbabu telomoyo
Lawu
Wilis
Arjuno
Bromo
Argopuro
Ijen

Diantara gunung itu ada siklus jarak 7 km.
Pun Ada jarak basin, yang 700 km, berupa NSB "North Sumatra Basin", CSB, SSB, 
WJB, JatengTim, Basin dst.

Bumi, dengan kulitnya disebut lithosfer, berupa tananh padat. Ini hanyalah 1 % 
dari jari-jari bumi yang 6370 km. Umumnya, jari-jarib umi berisi lapisan 
cair-liat. Bergelombang dengan gelombang Masmar Wave tadi.

Jadi, Lithosfer tidaklah solid, tapi terpecah-pecah menurut jarak 7x10^n meter. 
Dan hanya mengambang diatas cairan, asthenosphere. Lapisan lithosfer terpaksa 
ditekan oleh gelombang kompresi-ekstensi Masmar Wave itu. Daerah ekstensi, 
yakni ketika lithosfer mengalami ekstensi, maka relatif menurun terhadap 
"horst". Dan yang menurun hingga 70 km tebal lithosfer, maka magma mengalir 
keatas permukaan. Jadilah itu gunung-gunung Jateng-Jatim tadi.  

Semua patahan menjadi atas karena "pergerakan basement". Orang kadang 
menyebutnya menjadi gerak kebawah, atau karena gravitasi. Bagian "horst" kok 
tidak menurun ? Penjelasan gelombang Masmar itu lebih bisa menjawab alasan 
pergerakan sebua lempeng, secara global.

Sebagian lapisan menjadi merosot, atau "gliding tectonic". 

Kapan Lithosfer mengalami ekstensi dan kapan kompresi ?
Ada sikls 700 Ma, dengan nama-nama 7 masa tadi. Lalu ada siklus 70 Ma dengan 
Cambrium, Ordovisian, dst, hingga Cenozoic.

Cenozoic mulai KT Boundary, 67,394,381 BC. 
Ini terbagi menjadi siklus Stage 7 Ma sbb: diawali MS "Maryanto Sequence".
MS650    67,394,381 BC    Compresison3    Danian                    66 Maa    
MS651    60,394,381 BC    Compression4    SelandianTanetian    61 Maa
MS652    53,394,381 BC    Lowstand           Ypressian                54 Maa
MS653    46,394,381 BC    Early Rift            Lutetian                  48 Maa
MS654    39,394,381 BC    Max rift               BartonianPriabonian 37Maa
MS655    32,394,381 BC    Late rift              RupelianChatian       33.7 Maa
MS656    25,394,381 BC    Sagging             AquitBordinian          23.3 Maa
MS657    18,394,381 BC    MFS                 LangiSerafalian        16.4 Maa
MS658    11,394,381 BC    Comporesion1   TortoMessinian         11.2 Maa   
MS659    04,394,381 BC    Compression2   ZanclePiasePlioHolozene 5.3 Maa 
Priabonian                
Lowstand adalah awal extensi. Pada siklus 70 Ma adalah 53-46 Maa. Ini awal 
pembentukan basin. Compresi1, compresi2, masih menyebabkan lapisan lithosfer 
terangkat. Menyebabkan jarang atau malah tak ada sedimen umur itu terlihat di 
Sunda Plate. Dan baru ada sejak Lowstand tadi. 
 
Lalu, setelah pembentukan basin hingga MFS, Mid Miosen, maka bumi menglami 
kompresi lagi.Bumi mengempis. Ini menyebabkan terbentuknya wrench faults. Dan 
stuktur-struktur antiklin menjadi mulai terbentuk sebagai jebvakan minyak. 
 
Tiga Pasang titik engsel bumi : 1. AAN Anticlin of Arabian Nubian" (pusat 
Benua) dan Rahmat "Ring Gold Anatom Hebrides Malaita Apia Tonga" (Pusat 
Phanthalassa). 2.  Laut Artik dan Benua Antartik, serta 3. BOB "Banda 
OcenaBasin" dan Herman "Honduras Elsafador Ridge Mexico Antiles Nicaragua". 
Semua itu ada sumbu dari pusat bumi Zen "Zonal Erath Nuclei". Sumbu dari Zen ke 
titik-titk planetari siklun dipermukaan itu, dan menuju angkasa. 
 
Sehingga di Central Sumatra Basin CSB ada pergerakan ekstensi sejak Mid Eosen 
hingga Mid Miosen, dan Kompresi sejak itu hingga kini, dengan sumbu AAN-Rahmat 
NWWSEE, Juga Herman-Bob NWWSEE, serta Artik-Antartik NNE-SSW.
 
Bioevolusi.
Kehidupan mulai 3.2 Gaa, mulai fosil prokariot. Adalah 2 masa 700 Ma setelah 
awal bumi 4.6 Gaa. Fushilat: 9-12 sebut Bumi dibentuk dalam 2 masa, lalu 
gunung-gunung dicipta dalam 4 masa. 
 
Semua itu dalam konsep Kun fayakuun, Alloh berkehendak, dan terjadilah apa yang 
di kehendaki. Alam telah di ciptakan rencananya sebelum Big Bang, di tulis 
dalam lahulul mahfud, lalu ayat-ayat pengetahuanNya di turunkan sedikit-demi 
sedikit.  Saya dekati dengan SAGED "Salam Alam Grand Evolution Design". Alam 
berevolusi, ada intelegnet disignernya, designernya satu, yaitu Alloh. 
 
Sunnatulloh 
= SAGED +/- I(r,t). 
= M(r).S(t) +/- I(r,t)
= Masmar wave . Salam Wave +I(r,t)
 
Dimana I adalah standar deviasi Error, yang saya buat dari singkatan Insya 
Alloh. Asiiik kan ?
 
Begitu ?
 
Wass,
Maryanto. 
 
Bumi yang penuh kehidupan tingkat kompleks itu sebuah takdir yang telah diatur 
atau sekadar kebetulan saja ?
 
Kemajuan penelitian-penelitian astronomi, kosmologi (mempelajari asal muasal 
Alam Semesta), eksobiologi/astrobiologi (mempelajari kehidupan ekstraterestrial 
atau kehidupan di luar Bumi) dan planetary geology (mempelajari geologi 
planet-planet) serta semua publikasinya, menunjukkan bahwa Bumi kita yang penuh 
kehidupan kompleks (kompleks di sini adalah multisel dan memunculkan manusia 
seperti kita yang cerdas dan berteknologi) itu adalah sesuatu yang unik, bukan 
yang umum, di Alam Semesta. Bagaimana kehidupan kompleks itu bisa muncul di 
Bumi, dan kelihatannya sulit di tempat lain, akan menunjukkan bahwa ia memang 
dirancang untuk bisa dihuni –artinya suatu takdir yang telah diatur (destiny), 
bukan oleh suatu kebetulan belaka (by chance). 
 
Siapa yang mengaturnya ?  Orang beriman tentu tahu jawabannya. Dan, kemajuan 
ilmu pengetahuan menunjukkan ke arah itu, secara ringkas dalam suatu teori 
bernama “Rare Earth Theory” yang dipelopori oleh Peter Ward (geologist dan 
paleontologist) dan Donald Brownlee (astronomer dan astrobiologist) melalui 
buku mereka berjudul “Rare Earth : Why Complex Life Is Uncommon in the 
Universe” (Springer Verlag, 2000). Dan hampir sepuluh tahun setelah buku itu 
terbit, penelitian-penelitian astronomi, kosmologi, eksobiologi/astrobiologi 
dan planetary geology makin menguatkan teori Rare Earth. 
 
Sebuah DVD film dokumenter terbitan BBC (2008) dengan durasi tayang selama 
empat jam (tepatnya 248 menit) berjudul “Earth : The Power of the Planet” 
dengan narator Dr. Iain Stewart (geologist) baru selesai saya tonton. Dari lima 
episode-nya, satu di antaranya dialokasikan untuk menerangkan tentang apa itu 
teori Rare Earth. Dari film tersebut, diperdalam dengan publikasi-publikasi 
terbaru yang berhubungan dengan Rare Earth, saya ringkaskan di bawah ini untuk 
rekan-rekan semua. 
 
Rare Earth adalah suatu antitesis (kontra) terhadap teori lain yang lebih dulu 
populer yang dipelopori oleh Carl Sagan bernama “mediocrity” atau “Copernican 
principle”. Carl Sagan (alm.) adalah seorang astronomer dan exobiologist 
terkenal yang banyak menulis buku yang laku di pasaran (misalnya Cosmos –telah 
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Yayasan Obor Indonesia 1997 dengan 
kata pengantar oleh Prof. Bambang Hidayat-astronomer paling senior di 
Indonesia, The Pale Blue Dot yang dihiasi gambar-gambar dan foto-foto aduhai, 
Carl Sagan’s Universe yang sedikit teknis, dll.). Buku-bukunya sering ditulis 
dengan kata-kata puitis, sehingga nikmat dan ‘syahdu’ membacanya. Carl Sagan 
pun seorang selebritas dan ilmuwan yang sering muncul di televisi dan dia dekat 
dengan para penguasa Amerika Serikat. Maka, jutaan dollar US dialirkan 
Pemerintah AS untuk mendanai penelitian-penelitian yang mengobsesi Carl Sagan : 
kehidupan ekstraterestrial.
Carl Sagan meyakini bahwa di Alam Semesta banyak kehidupan. Ide-idenya menjadi 
inspirasi film-film bertajuk ET (extra-terrestrial) –yang mendominasi film-film 
fiksi ilmiah pada era 80-an. Secara ringkas, program peneltian Carl Sagan dan 
timnya bernama SETI –search for extra-terrestrial intelligence. Banyak 
radio-teleskop dengan diameter lebar didirikan di gurun Arizona untuk menangkap 
sinyal-sinyal yang mungkin mambawa tanda-tanda kehidupan dari luar Bumi. Film 
“Contact” yang berkaitan dengan ini dan dibintangi oleh Jodie Foster adalah 
berdasarkan ide Carl Sagan tentang kontak dengan ET.
 
Namun demikian, meskipun telah lebih dari 20 tahun teleskop-teleskop radio 
dengan piringan parabola lebar itu diarahkan ke segenap penjuru langit, tak ada 
satu “beep” pun terbaca atau “terdengar” di layar monitor yang dipasang 24 jam 
selama puluhan tahun itu. Harapannya, “beep” itu adalah salam pembuka dari 
makhluk cerdas di luar Bumi (ETI) yang menyapa para manusia yang sangat 
berharap disapa. “Kalau ETI itu suatu hal yang umum di Alam Semesta,  mengapa 
tak pernah ada kontak ?” Pertanyaan ini terkenal sebagai Fermi paradox. “If the 
universe is teeming with aliens, where is everybody” (Webb, 2002). Sampai Carl 
Sagan sendiri meninggal pada tahun 1996, belum ditemukan tanda-tanda adanya 
kontak dengan ETI. Program SETI pun mulai dilecehkan kebanyakan orang, bahkan 
sebuah iklan minuman memanfaatkan radio telescope itu. Dua anak muda naik ke 
piringan parabola teleskop sambil minum minuman bersoda. Lalu mereka berserdawa 
“bluuurrrppp” yang segera tertangkap di layar monitor para astronom dan 
menimbulkan kehebohan luar biasa di antara para peneliti sebab dikiranya ada 
kontak dengan ETI, padahal itu suara gas dari perut si anak muda di atas radio 
teleskop (huh...). Dana penelitian SETI pun otomatis berkurang dan kurang 
populer lagi, apalagi pembela utamanya telah tiada.
 
Apakah memang tak ada kehidupan lain yang kompleks (seperti di Bumi) di luar 
Bumi, di Alam Semesta yang begitu luas itu ? Apakah Alam Semesta itu hanya 
diciptakan untuk makhluk bernama manusia yang tinggal di sebuah planet yang 
begitu kecil (‘pale blue dot’ –setitik kecil berwarna biru pucat kata Carl 
Sagan) di Alam Semesta yang begitu luas ? Apakah ET bernama bangsa Avatar 
seperti di film terbaru itu yang tinggal di planet bernama Pandora suatu 
kemungkinan ? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan klasik yang telah puluhan tahun 
mengganggu keingintahuan para ilmuwan, tetapi sampai sekarang pun kita tak tahu 
jawabannya.
 
Teori Rare Earth atau tepatnya Hipotesis Rare Earth adalah suatu alternatif 
pemikiran yang dikatakan oleh para pengembang, penganut dan pembelanya sebagai 
solusi mengapa kita sampai sekarang tak berhasil mengadakan kontak dengan ETI. 
Sebab, menurut hipotesis ini, kehidupan yang kompleks seperti di Bumi yang pada 
puncaknya sekarang ini dapat melahirkan manusia yang menggunakan teknologi, 
adalah sangat jarang (Rare). Bentuk kehidupan seperti di Bumi ini jarang, 
langka di Alam Semesta, itulah pokok Rare Earth.  
 
Mengapa jarang ? Sebab bentuk kehidupan kompleks di Bumi ini muncul oleh banyak 
peristiwa astronomi dan geologi sedemikian rupa yang sulit terjadi di tempat 
lain. Serangkaian syarat-syarat itu adalah : (1) planet harus berada di dalam 
galactic habitable zone, (2) bintang dan sistem planetnya punya karakter 
tersendiri, (3) planet harus berada dalam circumstellar habitable zone –zone 
layak kehidupan di sekeliling bintang, (4) ukuran planet harus tepat, tak boleh 
terlalu kecil tak boleh terlalu besar, (5) planet harus punya satelit yang 
besar yang bisa mengakibatkan planetnya mendukung kehidupan, (6) planet harus 
mempunyai magnetosfer dan gerak tektonik lempeng, (7) komposisi kimiawi 
listosfer harus mendukung kehidupan, (8) planet harus memiliki atmosfer dan 
lautan, (9) planet harus punya peristiwa katastrofik yang justru dapat memicu 
evolusi –‘evolutionary pumps’ seperti glasiasi masif dan benturan benda langit 
seperti yang terjadi saat ledakan
jumlah spesies pada Cambrian explosion. Kemunculan makhluk cerdas seperti 
manusia butuh syarat-syarat lainnya lagi –misalnya planet mengalami peristiwa 
evolusi dalam jangka panjang. 
 
Syarat-syarat yang dikemukakan Ward dan Brownlee (2000) ini ditentang oleh para 
pendukung “Common Earth” atau Carl Sagan’s Universe, misalnya David Darling 
(2001) yang menulis buku “Life Everywhere : The Maverick Science of 
Astrobiology” (Perseus Book) yang mengatakan bahwa Ward dan Brownlee hanya 
mendaftarkan peristiwa-peristiwa bagaimana kehidupan di Bumi muncul, bukan 
suatu hipotesis atau prediksi Rare Earth. Benarkah ? Mari kita lihat lebih 
detail hipotesis Rare Earth itu.
 
Rare Earth mengatakan bahwa sebagian besar Alam Semesta itu, termasuk sebagian 
besar galaksi Bima Sakti kita tidak dapat mendukung bentuk kehidupan yang 
kompleks (dead zones). Bagian galaksi yang bisa memunculkan kehidupan kompleks 
adalah galactic habitable zone. Zona kehidupan ini merupakan fungsi utama 
terhadap jarak dari pusat galaksi. Semakin jauh dari pusat galaksi, maka 
metallicity (kandungan logam-logam, di luar hidrogen dan helium) 
bintang-bintang semakin berkurang. Padahal logam-logam itu diperlukan untuk 
membentuk rocky planets. Sinar X dan radiasi sinar gamma dari lubang hitam di 
pusat galaksi dan bintang-bintang neutron di dekatnya menjadi berkurang semakin 
menjauhi pusat galaksi. Radiasi sinar-sinar ini berbahaya untuk suatu kehidupan 
yang kompleks. Maka wilayah-wilayah di galaksi dengan kepadatan bintang yang 
tinggi dan banyak ledakan supernova, bukanlah wilayah yang layak untuk 
kehidupan kompleks. Gangguan gravitasi tehadap planet oleh
bintang-bintang akan semakin kecil bila kerapatan bintang semakin berkurang. 
Maka semakin jauh planet dari pusat galaksi akan semakin kecil kena hantaman 
benda langit berukuran besar. Sebuah impact yang cukup besar dapat memusnahkan 
kehidupan kompleks di planet. Tetapi akan kita lihat bahwa impact pun 
dibutuhkan sebagai pemicu evolusi kehidupan.
 
Kehidupan kompleks memerlukan air dalam keadaan cair seperti di lautan dan 
danau. Karenanya, planet harus berada pada jarak yang tepat dari bintangnya 
(Goldilocks Principle, Hart-1979, “Habitable Zone around Main Sequence Stars, 
Icarus, No. 37). Planet tidak boleh terlalu dekat atau terlalu jauh terhadap 
bintangnya. Mengacu kepada Matahari dan Bumi, maka jarak yang aman untuk zone 
kehidupan kompleks adalah pada indeks 0,95 – 1,15 SA (satuan astronomi, 1 SA = 
jarak Matahari-Bumi = 150 juta km). Jarak habitable zone ini pun berevolusi 
bergantung kepada tipe dan umur bintangnya. Pada saat bintang dalam 
tahap/sekuen red giant (si raksasa merah) atau white dwarf (bajang putih) jarak 
habitable zone-nya akan berlainan. Bintang yang tipenya panas (bukan menengah 
seperti Matahari) biasanya berumur pendek, dan akan menjadi red giant dalam 
waktu “hanya” 1 Ga (1 miyar tahun). Belajar dari Bumi, periode 1 milyar tahun 
bukanlah waktu yang cukup untuk evolusi
sampai kepada makhluk seperti manusia (paling tidak perlu 3,5 Ga). Red Giant 
pun bintang yang mengembang menjadi raksasa yang akan menelan planet-planet di 
dekatnya, jelas tak akan mendukung kehidupan kompleks. Tipe bintang yang cocok 
untuk mendukung kehidupan adalah bintang-bintang dari kelas F7 – K1 
(bintang-bintang dikelompokkan menjadi kelas O, B, A, F, G, K, M –klasifikasi 
Morgan-Keenan dari yang paling panas sampai paling dingin). Matahari kita kelas 
G. Dan di Bima Sakti hanya ada 9 % bintang kelas Matahari (G). 
 
Planet yang mendukung kehidupan kompleks pun harus mempunyai planet tetangganya 
yang lebih besar dan cukup jauh agar tak mengganggu gravitasinya, tetapi cukup 
dekat sebagai tameng untuk menarik benda langit yang akan menimbulkan impact 
terhadap planet pendukung kehidupan kompleks. Contoh ideal dalam hal ini adalah 
planet Yupiter tetangga jauh Bumi setelah Mars. Yupiter cukup jauh agar tak 
mengganggu gravitasi Bumi, tetapi ia masih relatif dekat untuk membuat benda 
langit (bolides) yang akan menabrak Bumi berbelok tertarik gravitasi Yupiter. 
Contoh kasus ini adalah saat komet Shoemaker-Levy menghantam Yupiter pada tahun 
1994, daripada menghantam Bumi. Film dari BBC yang saya sebutkan di atas 
menunjukkan peristiwa benturan komet besar kepada Yupiter ini, yang sampai 
sekarang meninggalkan bekas luka di Yupiter.
 
Planet pun tak boleh berukuran terlalu kecil sehingga gravitasinya tak dapat 
menahan atmosfer. Sebab bila tak ada atmosfer, temperatur akan sangat menurun 
dan tak akan ada lautan. Planet yang kecil pun cenderung punya variasi 
topografi yang ekstrem. Inti planet akan mendingin dengan segera, sehingga 
gerak fluida mantel dan tektonik lempeng tak akan bertahan lama atau bahkan tak 
bisa terjadi. Membandingkan hal ini adalah Bumi dan Mars. Mars lebih kecil 
daripada Bumi dan berdasarkan tinggalan-tinggalan di permukaannya diyakini 
pernah ada air mengalir di Mars. Namun sekarang telah lenyap akibat 
gravitasinya tak bisa menahan atmosfernya dan intinya pun telah selesai 
bergerak, sehingga tak ada lagi gerak fluida di mantel dan tektonik lempeng di 
litosfer. Mengapa Bumi lebih besar dari Mars ? Digambarkan dalam film BBC bahwa 
dulu pada saat baru terbentuk, Bumi punya saudara kembar bernama Theia. Antara 
Gaia (Bumi) dan Theia kemudian berbenturan, membuat Bumi
bersumbu miring seperti sekarang, tetapi collision itu menyebabkan accretion 
(seperti dalam tektonik lempeng juga) dalam hal Gaia bertambah besar ukurannya 
karena ia “memakan” saudara kembarnya sendiri. Dengan benturan itu, Bumi 
mempunyai gravitasi yang cukup untuk menahan atmosfer dan punya inti yang tidak 
segera mendingin sehingga aktivitas mantel dan litosfer tetap dinamik. Konsep 
Theia dikemukakan oleh Taylor (1998) dalam buku berjudul “Destiny or Chance : 
Our Solar System and Its Place in the Cosmos” (Cambridge Univ. Press).
 
Planet dengan satelit yang besar (seperti Bumi dan Bulan) adalah juga suatu 
anomali di dalam rocky planets. Bandingkan bahwa Merkurius dan Venus yang 
sama-sama rocky planets seperti Bumi tak punya satelit, sementara Mars, rocky 
planet lain tetangga sebelah Bumi, punya satelit, tetapi jauh lebih kecil 
ukurannya dibandingkan Mars (satelit Phobos, mungkin ia hanya asteroid yang 
tertangkap gravitasi Mars). Giant impact theory menurut Taylor (1998) 
mengatakan bahwa Bulan berasal dari benturan antara Gaia dan Theia. Bulan ini 
telah ikut menjaga stabilitas kemiringan Bumi agar tetap bersudut sekitar 23 ½ 
deg. Bumi tak boleh terlalu miring atau terlalu tegak sebab ini akan 
mengacaukan extreme seasonal variation yang tak akan menyebabkan stimulus 
evolusi sebab chaotic. Bulan pun menyebabkan efek pasang air laut di Bumi 
secara berkala yang sangat penting untuk evolusi spesies penghuni lautan 
berpindah ke daratan. Tanpa Bulan, pasang karena Matahari akan sangat
lemah sehingga akan memperlambat sekali laju evolusi.
 
Bulan punya efek pasang atas kerak Bumi. Ini akan membantu gerakan tektonik 
lempeng. Bulan pun yang berasal dari Bumi menurut teori impact Theia telah 
memicu gerak tektonik lempeng dengan cara membuat inhomogenitas litosfer. Suatu 
dinamika mantel yang akan menggerakkan lempeng membutuhkan inhomogeitas 
litosfer. Bulan yang terlempar dari Bumi dalam peristiwa impact telah membuat 
seluruh litosfer di atas muka Bumi tidak disusun oleh kerak kontinen.
 
Planet pun untuk mendukung kehidupan yang kompleks harus mempunyai gerak 
tektonik lempeng. Sebab evolusi kehidupan banyak dipengaruhi oleh sebaran 
lautan dan benua di atas planet dan sebaran samudera serta benua seluruhnya 
diatur oleh tektonik lempeng. Untuk itu, suatu planet harus mempunyai komposisi 
kimia yang mengizinkan gerak tektonik lempeng, yaitu ia harus mempunyai energi 
peluruhan radioaktif di intinya yang akan menghasilkan panas yang akan 
menggerakkan mantel. Kerak benua planet pun harus granitik agar ia sebagai 
lempeng dapat terapung di atas batuan oseanik yang basaltik dengan densitas dan 
gravitasi yang lebih besar/berat. Subduksi dan pemekaran dasar samudera yaitu 
dua pendorong gerak lempeng melalui ridge puh di MOR (mid-oceanic ridge) dan 
slab pull di zona subduksi hanya akan terjadi oleh gerak pelumasan air, dan di 
planet yang punya air dalam bentuk cairan di samudera gerak tektonik lempeng 
terjadi dengan mudah, itulah Bumi.
 
Begitulah yang terjadi di Bumi, sehingga kehidupan kompleks dalam bentuk 
puncaknya yaitu manusia berteknologi bisa muncul – dibutuhkan sekian syarat 
astronomi dan geologi yang tak mudah dipenuhi di tempat lain. Itulah Rare 
Earth. 
 
Majalah National Geographic edisi Desember 2009 memuat artikel berjudul 
“Mencari Bumi di Langit” (oleh Timothy Ferris, astronom) yang melaporkan bahwa 
sampai saat ini telah ditemukan planet sebanyak 370 buah di luar Tata Surya 
kita. Sebagian dari planet-planet itu berukuran hampir seperti Bumi tulisnya. 
Sekitar 20 tahun cahaya dari Bumi kita ada empat planet yang mengelilingi 
bintang bernama Gliese yang lebih redup daripada Matahari. Diyakini bahwa 
planet Gliese 581 e berbatu dan massanya dua kali Bumi, sementara planet Gliese 
581 d mungkin dapat menyimpan air dalam bentuk cair. 
 
Akankah ada kehidupan  kompleks dan cerdas di sana, di planet Gliese 581 d? 
Kalau hanya mikroba atau protoplasma atau bahkan asam amino, itu tidak menarik 
sebab Bumi mengembangkan manusia cerdas, bukan hanya mikroba. Planet-planet 
tentu saja akan banyak di Alam Semesta ini dari milyaran galaksi yang ada. 
Tetapi planet yang dapat mendukung kehidupan kompleks seperti di Bumi, sama 
sekali bukan sesuatu yang mudah. Ada fungsi anomali astronomi, ada fungsi 
anomali geologi, dan yang beriman mengatakan ada Khalik yang menciptakan 
makhluk-makhluk itu.
 
“Pada mulanya Allah menciptakan Langit dan Bumi....Berfirmanlah Allah...Jadilah 
terang....Jadilah cakrawala...Jadilah lautan....Jadilah tumbuhan ....Jadilah 
binatang-binatang di laut, binatang-binatang di udara, binatang-binatang di 
darat, dan jadilah manusia, laki-laki dan perempuan diciptakannya mereka...” 
(Kejadian 1 : 1-27).
 
Bumi telah ditakdirkan-Nya untuk tempat kehidupan kompleks melalui berbagai 
fungsi astronomi dan geologi. Mahakuasa Allah. Mari cintai Bumi yang 
satu-satunya ini.
 
Salam,
Awang


      Yahoo! Toolbar kini dilengkapi Anti-Virus dan Anti-Adware gratis.
Download Yahoo! Toolbar sekarang.
http://id.toolbar.yahoo.com

________________________________

From: Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com>
To: IAGI <iagi-net@iagi.or.id>; Eksplorasi BPMIGAS 
<eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com>; Geo Unpad <geo_un...@yahoogroups.com>; 
Forum HAGI <fo...@hagi.or.id>
Sent: Thu, January 7, 2010 1:09:43 AM
Subject: [iagi-net-l] The Only Living Earth : Destiny or By Chance ?



      

Kirim email ke