Rekans,

Kalau melihat "penampakan" di sekitar saya, maka kemungkinan komponen terbesar 
dari kenaikan biaya produksi ada pada sewa peralatan: alat bor maupun kapal 
seismik dan juga material tubular. Walaupun operasional yang sudah diusahakan 
menjadi lebih efisien (dari 30 hari per sumur jadi 22 hari per sumur, 
konfigurasi sumur yang lebih sederhana tanpa mengurangi faktor keselamatan), 
namun kenaikan biaya pengeboran masih tetep aja nongol. Apalagi kalau untuk 
lepas pantai (jack up dkk) yang barangnya cukup langka dan rebutan........ 
angka hariannya bikin pusing aja tiap hari. Padahal alat yang kita pakai 
umumnya dengan sewa jangka panjang, jadi kebayang saja teman-teman yang 
setengah mati cari rig untuk spot contract sumur eksplorasi ........

Sementara kapal seismik juga sama, rebutan dengan operator di luar yang kadang 
gampang aja bayar dengan harga hampir dua kali estimasi kita.....:-(.

Hal lain yang perlu diingat, migas juga makin susah ditemukan. Target 
eksplorasi klasik sudah makin jarang, jadi ya maklum kalau orang mulai masuk ke 
laut dalam dan HPHT. Ini otomatis akan berbiaya lebih tinggi dibanding yang 
biasa-biasa saja...

Tapi buat saya yang aneh adalah pemberitaan soal CR ini lebih kepada besarnya 
angka CR dan bukan kepada rasio CR vs angka produksi...... jadi kasihan saja 
operator dengan produksi besar (dan tentunya CR-nya besar) akan jadi sorotan 
terus....sementara banyak operator kecil yang mungkin jauh lebih tidak efisien, 
tapi karena produksi kecil dan CR-nya kecil maka dia adem-ayem aja dan gak 
pernah disorot...... (bahkan masih bisa happy hour dengan biaya negara tiap 
week end he  he  he   ...)


salam,

----- Original Message ----
From: Muhammadi Darissalam <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, January 29, 2008 9:05:52 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: [IndoEnergy] Indonesian MPs Consider Closing 
Oil, Gas Regulators Due to Poor Performance

Kalau tidak salah Cost recovery itu biasanya ongkos2 eksplorasi dan produksi 
yang sudah terukur dan bisa dipertanggung jawabkan dan telah diaudit oleh 
pihak2 yang berwenang. Kalau dibandingkan mestinya dengan salesnya daripada 
dengan produksinya. Dari  dulu biaya2 tersebut akan selalu naik mengikuti 
parameter2 harga minyak di pasar. Selain itu secara mikro (per lapangan), biaya 
untuk mempertahankan laju penuruan produksi makin lama akan tidak sebanding 
(lebih besar) dari pada hasilnya.

Pak Andang,
Raja2 kecil itu betul ada, malah raja yang paling kecilpun juga ada. Tapi asal 
ujung tombak perusahaannya bisa memanage, raja2 tersebut berubah jadi supporter 
yang bagus. Tapi ini tergantung daerahnya lho. Misalkan dalam operasi seismik 
di daratan, raja paling kecil yang berperanan dalam ganti rugi/insentif? 
lintasan yang dilewati dan setiap lubang yang dibor, meskipun ada ketentuan 
tarif dari Gubernur setempat, tapi itu tdk bisa dipakai, pasti ada plus2nya. 
Banyak cases yang lain, dari segi biaya memang tidak besar/tinggi dari segi 
perminyakan, tapi sudah tidak wajar, dan dari segi mental bikin cape. Untuk 
penambahan di cost recovery mungkin tidak besar, tapi cost impactnya itu yang 
besar, seperti karena keterlambatan operasi, pembatalan operasi, hasilnya tidak 
tercapai dll. Padahal kadang kontraktor sudah mengeluarkan extra cost juga yang 
kemungkinan tidak akan cost recovery, cuma demi lancarnya operasi dan 
tercapainya target. 

Salam, mufti



----- Original Message ----
From: Andang Bachtiar <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Monday, January 28, 2008 6:32:15 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: [IndoEnergy] Indonesian MPs Consider Closing 
Oil, Gas Regulators Due to Poor Performance

Kang awang, ada yang sedikit mengganjal:

1. Apa benar adanya raja-raja kecil di daerah telah menyebabkan biaya tinggi 
operasi migas sehingga menaikkan cost recovery? Aku koq agak susah 
memahaminya. Bagaimana kira-kira back-up data penunjangnya koq sampai 
didapatkan kesimpulan seperti itu? Apakah raja-raja kecil beserta aparatnya 
itu "memalak" operasi migas di daerah sedemikian rupa sehingga biaya yang 
dikeluarkan untuk E&P jadi membengkak cukup signifikan sehingga dijadikan 
contoh kambing hitam CR yang naik terus sementara produksi turun terus? 
Mohon pencerahan: berapa persen jumlah biaya "pemalakan" oleh raja-raja 
kecil tersebut dibandingkan dengan keseluruhan peningkatan ongkos produksi 
(dan eksplorasi tentu saja)?

2. "Sebagian operator menunda pemboran sumur2 E&P-nya karena biaya tinggi di 
daerah". Apakah secara resmi (dan faktual) memang alasan utama penundaannya 
seperti itu? Kalau memang masalahnya seperti itu, nampaknya memang data 
penunjang resmi-nya harus segera diungkapkan kepada Menteri ESDM dan Pak 
SBY, supaya dengan jelas juga mereka dapat menyodorkan fakta tersebut ke 
Gubernur, Bupati, dan Walikota daerah penghasil migas sebagai bagian dari 
bahan "teguran", yang notabene juga merugikan daerah penghasil migas 
sendiri, karena turunnya produksi dan naiknya CR membuat bagian "BagiHasil" 
mereka menjadi berkurang.

Salam

Andang Bachtiar
Anggota Dewan Pakar
Forum Konsultasi Daerah Penghasil Migas

----- Original Message ----- 
From: "Awang Satyana" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <iagi-net@iagi.or.id>; "Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia" 
<[EMAIL PROTECTED]>; "Eksplorasi BPMIGAS" 
<[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Monday, January 28, 2008 9:50 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: [IndoEnergy] Indonesian MPs Consider Closing 
Oil, Gas Regulators Due to Poor Performance


> Issue baru yang lama.
>
>  Produksi turun terus sementara cost recovery naik terus tidak bisa segera 
> diterima secara hitam putih, banyak sekali hal terkait kepada itu. 
> Reformasi yang ceritanya diinginkan semua rakyat itu telah membentuk raja2 
> kecil di daerah yang telah menyebabkan biaya tinggi operasi migas - ini 
> menaikkan cost recovery, nah itu satu contoh saja faktor yang terkait. 
> Karena biaya tinggi di daerah, sebagian operator menunda pemboran sumur2 
> produksi dan eksplorasinya, sumur2 produksi hanya terealisasi 70- 80 %, 
> sumur2 eksplorasi tak sampai 70 %. Apa akibatnya ? Produksi menurun, 
> penemuan lapangan baru menurun. Tentu ini tak diberitakan kan ? Tetapi, 
> orang yang memahami dengan baik industri migas akan tahu duduk perkara 
> sebenarnya.
>
>  Pengurusan persetujuan di BPMIGAS lama sehingga menurunkan produksi 
> minyak ? He2... lucu membacanya. Proses persetujuan di BPMIGAS juga telah 
> diaudit oleh lembaga independeden internasional sertifikasi ISO dalam 
> empat tahun terakhir ini. Dan, BPMIGAS terus mencari cara bagaimana agar 
> persetujuan terus disederhanakan tanpa mengurangi ketelitian. Di group 
> saya di BPMIGAS, operasi boleh dijalankan sebelum persetujuan resmi 
> diberikan, tetapi pekerjaan tersebut harus disetujui dulu secara teknis 
> dan anggaran. Aturan2 procurement pun terus dibenahi sehingga tak 
> berbelit2 tetapi tetap menampung azas keadilan.
>
>  BPMIGAS memerlukan evaluasi yang hati2 atas usulan2 KPS seperti usulan 
> sumur2 eksplorasi di blok produksi dan semua usulan POD (plan of 
> development). Banyak kan kasus POD bila "harus segera disetujui   karena 
> hal2 tertentu yang "politis" (katakanlah begitu) telah berdampak buruk 
> merugikan negara sebab cadangan yang diajukan ternyata jauh di bawah 
> kapasitas produksi yang telah terpasang. Saya tak perlu menyebut lapangan2 
> mana saja di Indonesia yang begitu, tetapi itu telah sangat merugikan 
> negara.
>
>  Evaluasi yang hati2 tak bisa dilakukan dalam waktu cepat tentu, mestinya 
> semua orang mengerti hal ini. Telah banyak kasus2 merugikan negara akibat 
> hal ini.
>
>  Minyak langka, masyarakat ngantri minyak di mana2. Ini bukan salah BPH 
> Migas, memang kan pasokan minyak sedang dikurangi agar masyarakat tak 
> terlalu bergantung lagi ke minyak. Penggantinya adalah gas elpiji. Kalau 
> gas elpiji pun langka, nah maka itu yang harus dipertanyakan ke BPH Migas 
> atau Pertamina.
>
>  Sebagian masyarakat kita pun kepedulian sosialnya kurang, tengah kedelai 
> langka dicari, baru2 ini polisi berhasil menemukan gudang ratusan ton 
> kedelai di Jawa Timur, sengaja ditimbun karena harganya sekarang sedang 
> meroket. Tak jarang kan masyarakat pedagang berbuat hal serupa untuk 
> minyak dan gas elpiji ?
>
>  Untuk dipahami, jangan sekedar melihat di permukaan.
>
>  salam,
>  awang
>
> Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>  Wah issue lagih
>
> RDP
>
> ---------- Forwarded message ----------
> From: IndoExplo
> Date: Jan 28, 2008 10:04 AM
> Subject: [IndoEnergy] Indonesian MPs Consider Closing Oil, Gas
> Regulators Due to Poor Performance
> To: [EMAIL PROTECTED]
>
> http://www.redorbit.com/news/business/1227941/indonesian_mps_consider_
> closing_oil_gas_regulators_due_to_poor/index.html
>
> Posted on: Thursday, 24 January 2008, 06:00 CST
> Indonesian MPs Consider Closing Oil, Gas Regulators Due to Poor
> Performance
> Text of report in English by influential Indonesian newspaper The
> Jakarta Post English-language website on 23 January
>
> The People's Representative Council (DPR) is weighing [up] the
> possible closure of upstream oil and gas regulator BPMigas and
> downstream regulator BPH Migas due to decaying administrative
> performance and failures to meet targets.
>
> The deputy chairman of the DPR Commission VII overseeing energy and
> mineral resources, Sutan Batughana, said here Tuesday [22 Jan] the
> commission would hold several discussions with oil and gas investors
> operating in Indonesia to hear their opinions on the regulators'
> performance to determine whether closure was necessary.
>
> "We have received reports that the performance of these two bodies
> has worsened, for example, in the process of securing business
> permits and we want to verify this with the business actors,"
> Batughana said after the first closed meeting with oil and gas
> contractors on Tuesday.
>
> "Some have complained the process to secure approval from BP Migas
> for budget spending on exploration and exploitation activities (now
> takes longer than) when Pertamina controlled the sector, and that
> this has hampered our oil production," Batughana, who led the
> hearing, said.
>
> He also referred to BP Migas' failure to increase the nation's oil
> production despite a sharp increase in recovery costs.
>
> He said the recovery costs repaid by the government to oil block
> contractors in recent years had continued to increase despite the
> decline in the country's oil production.
>
> Figures from the Energy and Mineral Resources Department show the
> amounts being paid out by the government under the cost recovery
> system surged from USD 7.63 billion in 2005 to USD 9 billion in 2006,
> even though output declined during that period from 1.06 million
> barrels per day to 1.04 million barrels per day.
>
> One rumour in circulation holds that after accusations of failing to
> do his job, BPMigas chairman, Kardaya Warnika, will be replaced by
> the current director of upstream oil and gas development at the
> Energy and Mineral Resources Department, Priyono.
>
> Lawmakers also discussed BPH Migas' failures in the distribution of
> oil and gas in the downstream sector, particularly kerosene, as it
> was now considered scarce in the market.
>
> "We may disband the body if it proves to be failing in guaranteeing
> supply for the public, because that's its job," Batughana said.
>
> BPMigas and BPH Migas were formed as independent bodies in charge of
> regulating the oil and gas sector under the 2002 Oil and Gas Law,
> which liberalised the sector and ended state oil and gas company
> Pertamina's monopoly.
>
> The chairman and members of the two bodies are installed by the
> president with the consent of the legislative body.
>
> Tuesday's meeting was attended by oil and gas companies Pertamina,
> Royal Dutch Shell and UK-based BP. In the next meeting, the
> commission will continue the hearing by summoning other oil and gas
> companies.
>
> Originally published by The Jakarta Post website, Jakarta, in English
> 23 Jan 08.
>
> (c) 2008 BBC Monitoring Asia Pacific. Provided by ProQuest
> Information and Learning. All rights Reserved.
>
> Source: BBC Monitoring Asia Pacific
>
> __._,_.___
> Messages in this topic (1) Reply (via web post) | Start a new topic
> Messages | Database | Polls | Calendar
> TAHUKAH ANDA:
> - Geothermal hanya menyumbang 800MW listrik (2.5% kebutuhan listrik)
> dan hanya 4% dari 20,000 MW of geothermal potential Indonesia !
> - Potensi geothermal Indonesia 40% dari Potensi geothermal dunia !
> ________________________________
>
>
> -- 
> http://tempe.wordpress.com/
> No one can monopolize the truth !
>
>
> ----------------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
>
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event 
> shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to 
> direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
> from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with 
> the use of any information posted on IAGI mailing list.
>
> ---------------------------------------------------------------------
>
>
>
>
> ---------------------------------
> Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile.   Try it 
> now. 


----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.

---------------------------------------------------------------------


      
____________________________________________________________________________________
Never miss a thing.  Make Yahoo your home page. 
http://www.yahoo.com/r/hs


      
____________________________________________________________________________________
Looking for last minute shopping deals?  
Find them fast with Yahoo! Search.  
http://tools.search.yahoo.com/newsearch/category.php?category=shopping

Kirim email ke