Dear all,

        Kalo kita cermati, diskusinya sebetulnya menarik. Tapi saya jadi
rada kurang respect dengan penggunaan kata-kata "KROMO INGGIL" ala IAGI.
Kemaren nya sopir gerobag dibawa-bawa (read: buaajingan) lha sekarang
muncul yg baru lagi MONCONG.Boleh emosi....tapi mbok ya yg sedikit
santun lah. Katanya "Ikatan Ahli"....bukan Ikatan Kuli . Isn't it ?

Maaf kalo tidak berkenaan dg ybs.
salam,
ss>

-----Original Message-----
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, December 08, 2004 1:15 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [iagi-net-l] FW : "Buyat bay is not polluted," says Minister of
Energy (was - BUYAT)


Please cmiiw.
Jangan kaget dengan kata-kata Deddy temenku ini ya .. :p

RDP
--- In [EMAIL PROTECTED], "deddy Sitorus" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
>  
> "Minister of Energy and Mineral Resources Purnomo Yusgiantoro said 
> that he strongly believed that the Buyat bay was not polluted"; "His
> statement was also supported by Director General of Geology and
Mineral
> Resources Simon F. Sembiring who said that the method of the
> investigation carried out by the independent team was questionable".
>  
> Bung RDP, First you said that needs scientific research (by IAGI?) to
> judge   if Buyat bay is poluted. And now you want to tell us that
> "MONCONG"nya Purnomo Yusgiantoro sontoloyo ini cukup buat memastikan
> bahwa Telut buyat tidak tercemar?????? Sekarang kita punya acuan baru
> diluar riset ilmiah yang apolitis, ucapan yang mulia tuan mentri
beserta
> para keroconya! well done!!!! Anda lebih percaya omongan busuk yang
> keluar dari kerongkongan tukang pukul perusahaan tambang itu dari pada
> tim gabungan yang dipimpin Emil Salim dan dipenuhi para pakar
> independen???? You really lost my respect dude!
>  
> Enough of this bullshit!!!!
>  
> deddy
> 
> 
> -----Original Message-----
> From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
> Sent: Friday, December 03, 2004 3:52 PM
> To: [EMAIL PROTECTED]
> Subject: [apakabar] "Buyat bay is not polluted," says Minister of
Energy
> (was - BUYAT)
> 
> 
> 
> 
> FYI,
> Ini versi dari: Indo Mining News - update
> sepertinya akan terjadi perang bintang .... 
> 
> Sepertinya temen-temen di IAGI dapet meyakinkan menterinya ... tau 
> politisir ?
> mboh ah .... aku hanya melihat dr sisi geologi ... sisi lain masih 
> banyak kok ... :p
> 
> RDP
> ===
> "Buyat bay is not polluted," says Minister of Energy
> Friday, December 03, 2004 - 10:16AM GMT+7
> Minister of Energy and Mineral Resources Purnomo Yusgiantoro said 
> that he strongly believed that the Buyat bay was not polluted 
> despite the fact that the result of the investigation of the 
======

Weleh,
Kan Deddy, tentunya aku ya engga trus percaya karena yg ngomong pak
menteri .... Lah wong bagiku menteri yg satu ini bukan menteri energi
kok ... bliow lebih mirip mentri komoditi ..
srius nih ... Mosok Menteri Energi kok lebih keras berteriak kalau
produksi minyak meningkat tetapi relatif diem kalau kebutuhan energi
dalam negeri terbengkelai ... Kayaknya bagi pak menteri ini Minyak,
batubara, listrik dll hanya dikaji sebagai komoditi ... bukan sebagai
energi ! Bagiku beda banget sih. Walopun energi mesti diitung secara
materi lewat angka sebagai komoditi.

Nah soal mBuyat, bukannya aku pro dengan menteri ttg ini, tetapi
seperti slentingan Cak Gigih Nusantara (di milist Indonesia damai) ttg
dugaan politisasi mBuyat oleh PDIP sewaktu menyerang SBY ini yg aku
ndak suka. SBY kan bekas Mentamben, dan sudah banyak atau mudah diduga
mBuyat ini mulai menggeliat jaman SBY jadi menteri. Kasus
pencemarannya sendiri seolah merupakan amunisi buat kubu PDIP, tetapi
toh PDIP gagal mendudukan MW di RI-1. Kasus mbuyat yg semestinya tidak
sebesar itu menjadi sangat besar karena bungkus politis ... ini yg aku
konsen. Dan aku baru ngeh ketika ada slentingan Cak Gigih ini ... kali
aku terlalu naif melihat kasus pencemaran ini.

Bahkan IMA (Indonesian Mining Assoc) juga tidak menduga adanya
penvemaran serius di teluk mBuyat. Namun kalau IMA ini tentunya lebih
condong 'memihak' pertambangan ... itu aku stuju. Bolehlah IMA ini
diabaikan.

Kalau berbicara pencemarannya aku yakin banyak banget kasus pencemaran
yg lebih mudah dibuktikan kebenarannya.

Kunci persoalan yg aku lihat adalah 
- tidak dibeberkannya "rona awal" dari teluk buyat ini, aku yakin
banyak foto2 satelit tahun 70 atau 80 an yg dapat melihat seberapa
padat penduduk di teluk ini, bagaimana daya dukung huninya.
- di Indonesia tidak ada "standard baku" untuk mengukur tingkat
pencemaran dalam sedimen. Setahuku sample yg diambil adalah dari
dumpsite, yang tanpa melihat hasilnya saja saya yakin pasti tercemar.
Seperti pencemaran TPA Bantar Gebang Bekasi. Lokasi pengambilan sampel
tentunya merata utk beberapa KM sepanjang garis pantainya.
- Standard baku yg dipakai Indonesia berbeda dengan standar baku
negara lain. Indonesia (pemerintah) terlalu "loose" dalam angka 'tres
hold' tingkat pencemaran. WALHI sepertinya menggunakan standart
Internasional (aku baca di websitenya WALHI), sehingga kita sendiri
seolah tidak memiliki standart yg secara hukum yg pasti, dan tentunya
sangat lemah utk 'menyerang' Newmonth.
Barangkali (mungkin) saja dibawa ke arbitrase/mahkamah Internasional,
tetapi kasus karaha bodas masih menghantui karena toh Indonesia sering
kalah (termasuk perselisihan batas teritori internasional). Jadi
membawa ke Internasuional juga sangat mungkin akan kalah lagi.
- Kelemahan (Kesalahan) pihak Indonesia lainnya adalah tidak adanya
pengawasan yg kontinyu ... ternyata peningkatan pencemaranpun bisa
dilihat perkembangannya sejak beberapa sebelumnya. Walopun waktu itu
emang masih dibawah ambang batas diperbolehkan. Namun karena
laporannya ngga pernah di plot sehingga kita sulit mengantisipasinya. 
Disini pihak Newmont semestinya juga aware ... tetapi mungkin mereka
diem saja.

Jadi perkiraan saya ...kalau diteruskan ke pengadilan Indonesia bisa
kalah lagi.

rdp
-- 
my blog :
http://putrohari.tripod.com/Putrohari/

---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan
Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
---------------------------------------------------------------------


---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL 
PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke