Ini ada sedikit tambahan informasi juga koreksi dari hasil buka-buka data koleksi dok-pri. BMG secara rutin memonitor badai petir di seluruh Indonesia. Informasi ini penting buat perencanaan jaringan telekomunikasi, pemeliharaan pembangkit tenaga listrik, dan jalur transmisi listrik. Lembaga lain yang meneliti ini adalah LMK (Pusat Penyelidikan Masalah Kelistrikan) yang memonitor besarnya kepadatan petir/kilat di suatu daerah. Publikasi penelitan BMG tentang badai petir di Jawa Barat ada di Majalah "Sinyal" no. 4/XVIII tahun 1995, sayang tulisannya pendek sekali (1.5 hal) hanya menerangkan metode penelitian dan satu peta Jawa Barat dengan kontur "iso keraunik level" (bukan isohyet seperti saya bilang kemarin, isohyet adalah kontur curah hujan). Iso keraunik level (IKL) merupakan kontur dengan frekuensi petir per tahun (dalam persen hari2 badai petir dalam setahun, mis. iso keraunik level 50 % artinya ada sekitar 180 hari badai petir setahun). BMG membuat klasifikasi IKL > 50 = tinggi; IKL 25-50 = sedang; IKL < 25 = rendah. Di Jawa Barat, semua wilayah Jabotabek punya IKL > 50 %. Kontur merapat tinggi dengan IKL 50-75 di sekitar Jakarta Selatan (Kab. Bogor). Jalur tengah termasuk Bandung ada di IKL sedang, dan jalur selatan Sukabumi-Tasikmalaya ada di IKL rendah. Pemetaan ini didasarkan pada data monitoring badai petir selama 40 tahun (1950-1990). Tentang kenapa di Jabotabek khususnya di Kab. Bogor banyak petir tidak diterangkan. Sebuah buku terbitan luar menyebut bahwa di suatu daerah di Bogor pernah tercatat record petir paling banyak di dunia dalam setahun (entah tahun kapan), yaitu 322 hari badai petir dalam setahun (jadi bukan hampir 300 seperti saya bilang kemarin, tapi lebih...). Kalau itu mau dihitung nilai IKL-nya, berarti 322/365 = 88 % (!). Di daerah tropis seperti di Indonesia, dalam setahun bisa terjadi 200 hari dengan badai petir. 15 November 1978 badai petir telah menewaskan 183 penumpang DC 8 yang hendak mendarat di Colombo, Srilangka. 9 Juli 1982 badai petir menewaskan 147 penumpang Boeing 727 yang baru take off di New Orleans, US, juga 8 orang di bandara. Di Indonesia, apakah ada statistik bencana petir, mungkin diperlukan. Kenapa di Kab. Bogor dan Bogor banyak badai petir ? Ini analisis saya saja yang menyukai meteorology as a hobby... silakan dikoreksi. Di Bogor dan sekitarnya terjadi tiga jenis hujan. (1) Hujan konvektif (kadang2 disebut hujan zenithal) : pemanasan tanah membuat awan naik dengan cepat sampai mencapai ketinggian kondensasi, awan yang akan terbentuk biasanya jenis cumulonimbus (Cb) yang membawa badai petir. Pemanasan tanah bisa darimana saja baik alam maupun aktivitas manusia. (2) Hujan orografis : hujan yang terjadi karena angin U ke S dari teluk Jakarta yang membawa banyak uap air dipaksa naik oleh lereng2 Gunung Halimun-Salak-Gede-Pangrango di selatan Bogor. Saat naik dan mencapai level kondensasi terjadilah hujan di sisi windward (Bogor dan sekitarnya) dan akan kering/sedikit hujan di sisi leeward (Sukabumi dan sekitarnya). (3) Hujan frontal : di Kab Bogor bisa jadi merupakan daerah pertemuan antara massa udara (air mass) panas dari Jakarta dengan massa udara dingin dari lereng2 Halimun-Salak-Gede-Pangrango. Orang2 meteorologi menyebutnya zone konvergensi (lucunya, ini mirip konvergensi lempeng benua dan samudra he...), massa udara dingin akan tertekuk karena pressure lebih besar dan density lebih berat di bawah massa udara panas yang dipaksa naik (bandingkan dengan zone subduction dan kerak samudra yang densitynya besar - roll back). Di daerah pertemuan itu awan cumulonimbus akan terbentuk dan di sinilah badai petir akan banyak terjadi. Ada yang pernah melihat peta cuaca ? Di situ, daerah konvergensi awan dingin vs. awan panas digambarkan persis seperti simbol subduction dengan gigi di sisi awan panas yang naik (!). Kalau benar analisis ini, maka tak heran kenapa Bogor disebut "kota hujan" dengan curah hujan tahunan 4117 mm (Jakarta 1793 mm, Sukabumi 2782 mm, Bandung 1778 mm). Letaknya yang frontal menahan angin panas dan beruap air dari Teluk Jakarta dengan dinding lereng Halimun-Salak-Gede-Pangrango kemungkinan penyebab Bogor banyak hujan badai petir. Yah, begitu, semoga bermanfaat. Salam, Awang H. Satyana Eksplorasi BP Migas Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Shofi,
Saat di koran Kompas kemarin ada headline kekeringan mulai melanda di mana-mana, di Bogor kemarin sore hujan besar dan selalu banyak petir. Masalah petir di wilayah ini pernah diteliti dan ditulis di majalah "Sinyal" (majalahnya HAGI) sekitar pertengahan tahun 1990-an. Saya pernah membacanya dan mungkin masih menyimpannya. Itu penelitian frekuensi petir di Jabotabek, ada kontur khusus (namanya isohyet kalau gak salah) dan frejuensi tertinggi ya memang di sekitar Kab Bogor. Saya lupa apakah diterangkan di situ alasannya. Sebagai catatan pula, sebuah kampung bernama "Cipetir" di sekitar Sawangan (Parung-Bogor) tercatat di buku Guiness Book of Records sebagai tempat di dunia yang pada suatu hari tertentu (entah tahun berapa itu) paling banyak dikunjungi petir (hampir 300-an seingat saya). Ya, mungkin ini lebih ke gejala atmosferik yang bisa jadi didorong oleh kondisi topografi setempat (pegunungan dll.). Mungkin di wilayah Bogor lebih sering awan cumulonimbus terbentuk. Ada massa udara ringan naik dipaksa oleh pegunungan dari tiupan berasal dari utara Jakarta. Lalu bermuatan positif, sementara udara berat yang digantikannya turun dengan muatan negatif dan berkumpul di bagian bawah cumulonimbus. Dan terjadilah petir saat muatan2 berpindah. Barangkali seperti itu. Dari pengalaman pulang sore tiap hari via Jagorawi, saya mengamati kalau hujan besar dan petir lebih banyak terjadi antara Cibinong-Bogor daripada di Bogor sendiri. Dan juga baru di Bogor saya pernah melihat kilat dan petir yang lateral seperti braided streams pindah antar awan daripada bikin fork lightning dari awan ke tanah. Salam, Awang H. Satyana Eksplorasi BP Migas Shofiyuddin Thoha wrote: Rekans, Barangkali ada yang mau ngasih pencerahan tentang petir di wilayah bogor. Dibandingkan dengan daerah sekitarnya, magnitude dan intensitas petir di Bogor ini tinggi sekali. Enggak aneh rasanya kalau banyak orang mati di bogor karena petir, orang yang berteduh sekalipun di bawah pohon (1 atau 2 orang meninggal di depan KFC dekat terminal bogor beberapa bulan lalu ketika berlindung dari hujan). Apakah ini berhubungan dengan kondisi tanahnya atau letaknya? mohon pencerahan. Salam Shofi --------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) --------------------------------------------------------------------- --------------------------------- Do you Yahoo!? Yahoo! SiteBuilder - Free, easy-to-use web site design software --------------------------------- Do you Yahoo!? Yahoo! SiteBuilder - Free, easy-to-use web site design software