>Keteraturan gerak lempeng, dengan banyak bukti pada semua pereode Salam,
>menunjukkan bahwa dinamika bumi dipengaruhi oleh gaya luar. Kalau saja hanya
>dari dalam, maka saya menduga arah arusnya akan selalu tetap sepanjang masa,
>misal ketel, ya naiknya air selalu dari tengah saja (misalnya), tak
>bolak-balik tengah-pinggir-tengah-pinggir-dst, bergantian.
 
Pak Maryanto, justru stabilitas gerak lempeng lah yang membuat saya menyimpulkan bahwa 
dinamika Bumi hanya dipengaruhi konveksi mantel, tidak ada pengaruh benda2 langit. Ini 
buktinya. Coba plot semua trench system sepanjang Phanerozoic, maka akan terlihat 
stabilitas trench system tidak jauh bergeser-geser di sekeliling Afrika (Pangean Cell) 
dan di sekeliling Pasifik (Panthalassan Cell). Hampir semua lempeng besar bergerak 
menuju wilayah NW Pasifik, kecuali Amerika dan Antarktika, dan kondisi ini sudah 
berlangsung sejak 200 Ma. Dua convectice cell di mantel sudah diidentifikasi : 
upwelling zone di bawah South Pacific Ocean dan East Africa yang dipisahkan oleh 
circum-Pacific annulus of cold downwelling mantle (di situlah semua trench system yang 
mengelilingi Panthalassan Cell). Mantle cell di bawah Pasifik (Panthalassan Cell) 
dikelilingi outward-dipping subduction zones, punya satu major MOR spreading syatem 
dan no major continental fragments. Pangean Cell hampir meliputi semua benua,
 walaupun punya dua MOR system di Atlantic dan Indian Ocean, dan punya satu satu 
sistem subduction/accretion (Tethyside, Alpine-Himalayan).Phanerozoic circum 
Panthalassan subduction system tak mengubah global pattern-nya sejak 450 Ma. Itu 
artinya memang  "golakan air konveksi naik dari tengah kemudian selalu meminggir 
turun", di sirkum-Pasifik selalu begitu. Bumi memang dinamis, tetapi pola gerak 
lempengnya statis. Bagaimana extra-terrestrial akan "menggoyang" pola ini ?
 
>Red Bul eyes, yang saya duga sebagai siklun planet itu, tak hanya jelas di
>Yupiter, tapi sudah amat jelas juga di planet-planet besar: Saturnus,
>Uranus, Neptunus, yang juga dominasinya masih gas (terlihat di Chaison,
>1997). Solar-spot mungkin juga sebagai hal ini. Kalau belum ada laporan di
>planet lain, saya lebih cenderung katakan bahwa red-bull-eyes itu belum
>ditemukan saja, perlu alat-waktu tinggi ketelitiannya.

Kalau di outer-planets kecuali Pluto mungkin saja ditemukan red-bull eye ala Yupiter 
karena itu planet dominasi gas, sebab red-bull eye adalah badai di atmosfer, juga 
mungkin Sun's spot, tetapi kalau di inner planets yang Earth-like tidak akan terlihat 
red-bull eyes. Bengkokan busur Banda dan Karibia apa dari angkasa luar mirip bull-eye 
? Kalau "siklon" tektonik mungkin saja, tetapi half-cyclone sebenarnya.
 
>Saya tak tahu apakah tektonik di Mars berhenti, atau masih berjalan. Di Bumi
>saja kupikir gerak dalam orde tahun bisa diamati dengan jelas. Tapi kupikir
>aneh bila berhenti, mungkin saja istilahnya kalau gunung api ya sedang
>tidur.
 
Hanya kecurigaan saja, tetapi penelitian terbaru (majalah American Scientists edisi 
khusus "Solar System" Oktober 2003), ada sebuah artikel yang mengindikasi bahwa 
penghentian sirkulasi mantel di Earth-like planets terjadi berjalan ke luar dari 
Merkurius ke Mars, tetapi aneh Bumi terloncati. Keberadaan air dan kehidupan, tanpa 
melebih-lebihkan, bisa erat kaitannya dengan sirkulasi mantel.
 
>Perubahan besar di tiap 700 th : Abad -21 (N. Ibrohim), -14 (N.
>Musa, Taurot), -7 (N. Daud, Zabur), 0 (N. Isa/Yesus, Bible), 7 (N. Muhamad,
>Qur'an), 14 (Renaisance), 21 (Globalisasi/internet), 28 (EmbuhRaWeruh), 35
>(Rangerti). He..he..
 
Wah, kronologis yang saya punya kok lain ya. Abraham : antara 1800-1500 BC, Musa 
sekitar 1300 BC, Daud : 1030-965 BC, Yesus (4 atau 1 BC - 30 AD), Muhamad (570-632). 
Apa menunjukkan siklus 700 tahunan ? Ah...
 
Anyway, happy weekends.
 
Salam,
Awang - BP Migas




Maryanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Makasih, Mantab Pak Awang. 
Syukurlah bila akhirnya banyak ketemu. Hanya sedikit perbedaan, yang tak
signifikan. Mid Mid Eosen awal rifting, Miosen 14.8 Ma adalah dominasi
inversi sikuen orde2 untuk Kutei Basin. Ini juga saya pikir sebagai inversi
seluruh Sundaland, dan juga seluruh bumi, mengawali adanya
circumpasific-medeteran subduction 14.8 Ma untuk orde 2 (70 Ma) Zenozoic.

Konsepnya, tak ada bagian bumi yang bukan dari gas, awal ledakan tatasurya
4.617.373.522 BC. Dilanjutkan penurunan temperatur, terjadi deferensiasi,
jadi core-mantel-lempeng benua-lempeng laut. Saya setuju saja 4.4-4.1 Ga
belum ada benua, dan baru ada 3.9-3.8 Ga. Umur ini mendekati siklus salam
700 Ma pertama (di 3,917 Ga atas pengurangan umur 4.617 Ga - 0.7 Ga). Umur
540 Ma awal Mesosoic yang disebut Pak Awang (dimana Haq's memberi standar
deviasi 30 Ma), Hipotesa Salam tunjukkan itu sebagi seperempat akhir masa ke
6 , dan permulaan masa ke 7 dari orde 1 (700 Ma) yang disebut 557 Ma. Ini
cocok bila kita sebut bumi telah dibentuk dalam enam masa. Mulai masa itu,
kontiental convergen, jadilah Gonwana, lalu jadi Pangea, dan dispersal mulai
PermianTriasik 200 Ma, lebih suka itu kusebut dari pada disebut
Triasik-Jurasik.

Nama sikuen menjadi = (4.617.373.522 - umur)/7. Digit pertama tunjukkan orde
pertama, dua digit pertama sebagai orde 2, tiga digi pertama sebagai orde3,
dst, hingga orde 9. Misal sikuen umur 557 Ma adalah M580.

Tujuh pusat putaran tektonik adalah: NE Afrika (pusat kontinenatal), Tahiti
(Pusat lempeng laut Panthalasa), batas barat kontinen-laut timur (siklun
tektonik laut Banda), batas barat kontinen-laut (siklun tektonik laut
Karibia), Kutub utara, kutub selatan, pusat bumi. Kedua siklun tektonik tak
pada equator (gravitasi) tapi pada equator magnetik.

Gas-air-lempeng-mantel-core, mereka berbeda dalam hal densitas dan
elastisitas. Jadi ada siklun udara, siklun awan, siklun air, siklun
tektonik, siklun mantel, siklun core. Saya difinisikan saja sebagai Siklun
Planet pada Laut banda dan laut Karibia. Angin equator banyak pengaruhi arah
angin, dan jadikan bahwa siklun udara menjadi lebih keutara dari Laut
Karibia, yakni banyak di segitiga bermuda, Amerika utara bagian selatan. Ini
jauh lebih sering terjadi siklun udara/awan, dibanding ditempat lain.
Ketidak banyaknya siklun angin di Laut banda, mungkin karena perbedaan
kutub: misal beda kutub utara (tak ada lempeng kusus)-kutub selatan (ada
lempeng kusus antartika), atau Kontinen - dengan laut.

Red Bul eyes, yang saya duga sebagai siklun planet itu, tak hanya jelas di
Yupiter, tapi sudah amat jelas juga di planet-planet besar: Saturnus,
Uranus, Neptunus, yang juga dominasinya masih gas (terlihat di Chaison,
1997). Solar-spot mungkin juga sebagai hal ini. Kalau belum ada laporan di
planet lain, saya lebih cenderung katakan bahwa red-bull-eyes itu belum
ditemukan saja, perlu alat-waktu tinggi ketelitiannya.

Saya tak tahu apakah tektonik di Mars berhenti, atau masih berjalan. Di Bumi
saja kupikir gerak dalam orde tahun bisa diamati dengan jelas. Tapi kupikir
aneh bila berhenti, mungkin saja istilahnya kalau gunung api ya sedang
tidur.

Keteraturan gerak lempeng, dengan banyak bukti pada semua pereode Salam,
menunjukkan bahwa dinamika bumi dipengaruhi oleh gaya luar. Kalau saja hanya
dari dalam, maka saya menduga arah arusnya akan selalu tetap sepanjang masa,
misal ketel, ya naiknya air selalu dari tengah saja (misalnya), tak
bolak-balik tengah-pinggir-tengah-pinggir-dst, bergantian.

Pergerakannya kelihatan hingga orde 7 tahun, hingga 700 jutatahun. Dalm satu
siklus sinusoidal sering bisa dipilah menjadi seperempatan, setengahan, atau
sepersepuluhan. Orde 7, 70, 700 th kelihatan di : wobblenya kutub, sea level
change, global temperatur, curah hujan, jumlah gempa dunia, PSC Indonesia,
error tahun hanya 1 %. Dalam ekonomi, politik, budaya misal : ekonomi
berubah tiap 7 th (Robert T Kiyosaki), Kuasai Indonesia di setengah : 7 th
(Jepang), 70 th( Orba, Sukarno) Minyak besar didapat di Indonesia, 700 th
(Belanda). Perubahan besar di tiap 700 th : Abad -21 (N. Ibrohim), -14 (N.
Musa, Taurot), -7 (N. Daud, Zabur), 0 (N. Isa/Yesus, Bible), 7 (N. Muhamad,
Qur'an), 14 (Renaisance), 21 (Globalisasi/internet), 28 (EmbuhRaWeruh), 35
(Rangerti). He..he..

Salam,
Maryanto.

-----Original Message-----
From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, November 13, 2003 1:01 Sore
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [iagi-net-l] Kuching High - Kinabalu


14.8 Ma, Langhian Stage, N10 Blow 1979, Tf1-2 Adams 1984 dan NN5 Martini
1971, tepatnya mulai dominasi inversi di Indonesia Barat atau lower part of
Middle Miocene. Yang sebelumnya, di Paleogen maksudnya, hanya kecil-kecil,
mungkin benar masuk ke orde ke-3 di sinusoidal tersebut. Kedalaman yang
paling dalam atau ketebalan yang paling tebal tentunya akan didapatkan di
puncak sagging, di sekitar batas Oligo-Miosen. Jadi mid-Eocene initition of
rifting dan mid-Miocene initiation of inversion (dominance) saya pikir benar
adanya.

Tidak mungkin Sundaland sudah ada sejak 4.6 Ga dan tak ada kontinen mana pun
seumur itu. Diferensiasi layering Bumi terjadi 4.4-4.1 Ga. Memang ada
kristal zirkon seumur 4.4 Ga yang ditemukan di Western Australia atau batuan
tertua Acasta gneiss 4.2 Ga di Canada. Tapi itu bukan kontinen, itu mineral
dalam proses diferensiasi. Kerak benua baru ada 3.9-3.8 Ga dari Hsaq Archean
Gneiss di Greenland, dan first landmass baru ada di 3.0 Ga.

Sundaland dari pecahan Gondwana yang Gondwana sendiri baru assembly di 540
Ma lalu baru dispersal lagi di sekitar Triassic-Jurassic. Amalgamasi
Sundaland sendiri baru di Mesozoic. Kalau umur2 terrane-nya ya bisa lebih
tua dari itu, tetapi tidak melebihi 3.9 Ga, apalagi 4.6 Ga.

Tidak semua planet di solar system punya red bull eye, itu hanya jelas
terlihat di Jupiter, dan juga bukan di equatornya, dan itu adalah badai
atmosfer, bukan "badai siklon tektonik", tetapi golakan dinamika atmosfer,
tidak bisa mengkaitkannya ke "pusaran" tektonik di Bumi seperti Banda Arc,
materialnya lain.

Kembali ke mekanika benda langit, Bumi memang melayang di tempatnya oleh
gravitasi semesta Newton, "dipegang" Matahari dan planet2 di sekitarnya.
Tetapi tidak ada pengaruh ke dinamika mantel Bumi. Sekarang, kenapa dinamika
mantel Mars berhenti bersirkulasi padahal tidak ada perubahan posisi apa-apa
di sepanjang sejarahnya.

Salam,
Awang-BP Migas

Maryanto wrote:

Pak Awang: makasih komentarnya yang amat bagus dan melegakan.
Senang dengan komentar bahwa Indonesia Barat digolongkan menjadi : pre-rift,
syn-rift, post-rift & sagging, syn-inversion dan post-inversion. Yang
selanjutnya hal ini saya sebut seperempatan sequence orde2, pereode 70 Ma.
Yang mulai sequence Boundary orde 2 Zenozoic, 67.3 Ma, pada maximum
infection point down muka laut dan maximum kompresi ini, lalu seperempat
dari 70 Ma (17.5 Ma) berurut-turut menjadi 49.8 mulai rifting menghasilkan
syn-rift tectonic, dan 17.5 kemudian di 32.3 Ma mulai post-rift/ sagging,
dan 17.5 M kemudian di 14.8 Ma mulai syn-inversi. Selanjutnya post-inversion
tersebut sesudah itu, saya duga sebagai syn-rift atau post-rift orde 3 di
Miosen Late mulai 6.1 Ma, yang berganti menjadi inversi di 2.6 Ma hingga
kini.

Sinusoidal gaya Orde 2 itu mempunyai orde 3 sinusoidal juga, dengan
amplitudo separo dari amplitudo orde 2. Ini mengakibatkan adanya
sikuen-sikuen yang umumnya sebagai awal Haq's stage, berturut-turut dari
67.3 dikurangi 7 Ma adalah awal umur : Paleocene early, Paleocen late,
Eocene early, Eocene mid, Eocen late, OligoceneearlyLate, Miocen early,
Miocene Mid, Miocene late, PlioHolosen. Setiap siklus itu ya
kompresi-extention, dengan separo amplitudo dari orde2.

Kalau Pak Awang sebutkan sudah terjadi inversi pada Paleogene (atau detilnya
sebagai Late Eocen, OligosenEarlylate), serta awal Neogene (yakni awal
Miosen), saya menduga ini adalah siklus orde 3 itu, dengan umur awal
siquence (SB) adalah 39.3 Ma, 32.3 Ma, 26.3 Ma. Dan kesemuanya ini masih
dalam pereode syn-rift - post rift orde 2. Jadi inversi orde 2 adalah mulai
14.8 Ma. Ini sesuai dengan Robert Hall yang sebut extention sejak Mid
Miosen, dan inversion sejak Mid Miosen. Apa memang begitu Pak Awang, atau
memang Oligocen atau Early Miosen mempunyai kedalaman pengendapan sedimen
yang paling dalam, sehingga bisa disebut inversi orde 2 adalah Oligocen, dan
bukan sejak Mid Miosen untuk Kutei Basin saja ? Atau bagaimana ?

Umur tertua dilaporkan 4.4 Ga, pada kristal Zirkon ditemukan di Jack Hill
800 km utara Perth Australia,
(http://www.dhamurian.egympie.com.au/environment/ozrock1.html, sedang USGS
sebut batuan adalah lebih tua 3.9 Ga saja. 

Waktu 4.6 Ga adalah ledakan ketiga Jagadraya, awal umur tatasurya, dimana
saat itu Bumi masih gas yang panas. Proto plate terus terjadi setelah
mendingin. Sepertinya 4.4 Ga itu adalah seperempatan dari 700 Ma (175 Ma)
setelah ledakan itu. Putaran-putaran terus berlangsung akibat dari interaksi
4 energi : atom kuat, atom lemah, elektromagnetik, gravitasi seluruh benda
jagadraya. Hasilnya adalah tatasurya dengan posisinya masing-masing. Itulah
efek efek benda-benda langit mempengaruhi posisi bumi. Ini menggerakkan
mantel, lalu menggerakkan plate tectonik. Inilah kesetimbangan yang ada.
Dalam kondisi setimbang, bisa saja kondisinya sebenarnya adalah bergerak
konstan. Dalam kondisi ini di rasakan bahwa tak ada gaya luar
mempengaruhinya. Pergerakan benda angkasa yang terjadi dalam evelosi amatlah
kecil, sehingga amat lemah perubahan yang bisa diamati gayanya. Dari kata
pengaruh evolusi jagadraya, saya lebih mudah cerita adanya satu fungsi yang
menyatukan multi global tren yang ditunjukkan oleh hipotesa Salam. Tanpa
gaya luar, maka bumi langsung menyatu, jatuh ke matahari.

Perbedaan inklinasi berbagai planet di tatasurya, misal bumi 11 derajad, ada
yang 60 derajad, saya duga sebagai perbedaan medan magnetik tatasurya
terjadi di planet yang berbeda. Jupiter masih gas dominannya. Terdapat red
bull eyes disetiap planet. Red-bull-eye ini umumnya di equatornya. Hal
tersebut saya duga sebagai kesamaan di bumi : adanya siklun tektonik Laut
Banda dan Laut Karibia yakni batas barat-timur kontinental dan lautan (bila
sudah ada darat dan laut).

Nah semuanya plate tektonik berevolusi, bentuk-bentukpun selalu berubah
termasuk Pangea, Panthalasa, atau lebih kecil lagi ya si Sundaland. Pada
orde siklus yang lebih dahulu mungkin disebut nama-nama yang berbeda.
Hakikinya tetap, yakni lempeng kontinental dan satunya lempeng lautan (bila
sudah ada). Jadi tetaplah kusebut Sundaland adalah bagian Eurasia yang
diputar dan ditarik (atau bergerak) ketimur mejauhi pusat lempeng
kontinenatal NE Afrika sejak masih berupa gas di ledakan awal bumi 4.6 Ga. 

Apa memang begitu ?

Salam,
Maryanto.

-----Original Message-----
From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, November 12, 2003 12:27 Pagi
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [iagi-net-l] Kuching High - Kinabalu


Pak Maryanto,

Sepanjang Tersier di Indonesia Barat biasanya kita golongkan jadi pre-rift,
syn-rift, post-rift & sagging, syn-inversion dan post-inversion. Walaupun di
sekuen dominan extension bisa saja terjadi inverted compression, juga
sebaliknya di sekuen dominan compression bisa saja terjadi extension. Saya
pikir ini masalah skala dominasi yang ekspresinya memang di orde-orde
tektonostratigrafi. Intra-Miosen memang mulai inversi dominan, tetapi di
beberapa tempat inversi pernah terjadi di Paleogen (yang di Barito Basin
pernah saya tulis di IPA 1996 di bawah judul Paleogene unconformities).

4.6 Ga adalah taksiran umur Bumi dan saya yakin saat itu belum ada
continental plate, sehingga apalagi Sundaland tentu belum muncul. Umur
mineral tertua zirkon 3.8 Ga ditemukan di kraton Australia (Gondwanaland).
Sundaland baru ada sejak Mesozoik, terrane penyusunnya memang lebih tua,
tetapi itu bukan sundaland sebab sundaland adalah collages of terranes.

Saya tidak sependapat kalau gerakan benda langit mempengaruhi gerak mantel
bumi yang selanjutnya mempengaruhi gerak tektonik. Gerak mantel Bumi adalah
melulu hasil konveksi oleh internal heat yang dipunyai material mantel.
Sekarang tengah ada penelitian kalau sirkulasinya megikuti prinsip chaos
(Ian Stewart). Benda langit hanya mempengaruhi kulit tipis litosfer. 

Salam,
Awang-BP Migas

Maryanto wrote:


Jadi gimana komentar Pak Awang bahwa saya prediksi inversi terjadi sejak Mid
Miosen, 14.8 Ma, setelah extention mulai Mid Eosen, 49.8 Ma ? Dengan begitu,
maka adanya inversi-post rift sebelumnya, yakni late oligocen, dan awal
Miosen adalah inversi-extention sequnce orde3. 

Saya masih pikirkan bahwa dalam extention - kompresion (inversion)
sinusoidal sequence orde 2 (pereode 70 Ma)itu, masih ada didalamnya
sinusoidal orde 3 (pereode 7 Ma, dengan amplitudo separo dari orde2), yang
tentu terdapat extention-kompresion juga. Nah untuk orde2 itu, sewaktu
extention 49.8 - 14.8 Ma, terdapat inversi-extention mulai umur-umur, 46.3,
39.3, 32.3, 25.3, 25.3, 18.3 Ma berasosiasi awal umur : Mid Eosen, Late
Eosen, OligoceEarlyLate, Early Miosen, Mid Miosen. Jadi andaikan ada inversi
lalu post rift Late Oligosen dan juga di Early Miosen, maka kami duga belum
permulaan inversi orde2. Permulaan inversi orde2 adalah 14.8 Ma, sebagai
hitungan seperempatan dari 70 Ma, dan dengan adanya orde3, maka permulaan
inversi ada di 13.1 Ma

Hipotesa Salam ini cocok dengan tectonostrat Runtu. Model ini saya turunkan
dari Cekungan Sumatra Tengah, yang hasilnya sepertinya cocok untuk juga
seluruh Sundaland setidaknya (sedikit berbeda untuk Kutei Basin oleh
beberapa peneliti, dimana Robert Hall masih sesuai dengan hipotesa tadi).

Melanjutkan komentar pak Herman Darman:
Sunda Land, dimana Kalimantan berada, adalah bagian dari Benua Eurasia yang
sejak 4.6 Ga, diputar dan ditarik oleh siklun tektonik Laut Banda ketimur
menjahui pusat Pangea NE Afrika. Lempeng tektonik diputar kekanan-kekiri,
extention-kompresion, dengan sumbu putar NE Afrika-Core-SouthPasific,
keduanya pusat kontinen dan lempeng laut dipermukaan bumi, dengan pereode
Salam.

Seluruh kontinetal bumi (Pangea) mengalami kompresi-extention, selalu
pusatnya NE Afrika, dan Semua lempeng laut (Phantalasa), pusat Tahiti (South
Pasific). Sejak Kambrium, kontinental mengalami kompresi, jari-jari
kontinental mengecil, hingga PermianTriasik, diputar kanan, dan sejak itu
hingga kini, maka extention, jari-jari pangea membesar, putar kiri pada
orde1 ini. Sumbu putarnya adalah NE Afrika-Core-Tahiti. NE Afrika sendiri
bergerak dari 23 LS (Ordovisian), katulistiwa (PermianTriasik 200 Ma), 20 LU
(sekarang). Equator magnetiknya meliwati NE Africa-Laut Banda(Batas
Pangea-Panthalasa timur), Tahiti, Laut Karibia (batas Pangea-Phantalasa
barat). Kedua batas kontinen-laut tadi terjadi Siklun tektonik (difinisi
kami). 

Inversi orde2 menghasilkan lokasi subduksi baru. Inversi terakhir, 13.1 Ma,
maka pergerakan kebarat lempeng Pasifik adalah dua kali lipat pergerakan
lempeng IndiaAustralia keutara, maka terjadilah putar kiri dengan sumbu Laut
Banda. Siklun ini juga bergerak ketimur relatif terhadap pusat Pangea,
menjadikan Sundaland adalah bagian EurAsia yang diputar dan ditarik ketimur
oleh siklun tektonik Laut Banda. Sekitar 7 megashear memusat ke Laut Banda.
Pengembangan jari-jari Pangea terjadi sejak PermianTriasik, maka dengan
sumbu PermianTriasik Malaka-Bangka-Kalimantan, subduction bergerak menjauhi
sumbu ini keutara-keselatan (Katili, 1985). Antiklinorium adalah masalah
skala, dengan pusat Laut Banda ini, kesegala arah. Putaran-putaran (termasuk
Kalimantan) mudah dilihat pada peta Collins, 2003, hal yang juga
mempengaruhi hipotesa salam.

Keteraturan pergerakan lempeng (geodinamika) ini, saya duga dari kemagnitan
mantel yang dipengaruhi pergerakan elektromagnetik benda-benda angkasa, yang
bervevolusi.

Salam,
Maryanto-Caltex
-----Original Message-----
From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, November 11, 2003 1:29 Pagi
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [iagi-net-l] Kuching High - Kinabalu


Ini kesan saya saja :

Kalimantan disusun oleh berbagai platelet (terrane, micro-plate, c.q. :
mikro-kontinen) yang sekarang saling docking membentuk collages of terranes.
Yang gampang dilihat dan dibuktikan di permukaan adalah Schwaner terrane,
yang subsurface : Mangkalihat, agak ke offshore dan subsurface adalah
Luconia, Paternoster juga Reed Bank dan Dangerous Ground. Sebuah collages
antar terrane ini tentu akan melibatkan kerak2 oceanik yang semula berada di
antara terrane (mis : Meratus ophiolite), juga hasil scrapping off dalam
suatu subduction (seperti zona Sibu-Embaluh melange). Fragmen2 benua ini
semua asosiasinya adalah Gondwanaland yang rifted dan drifted di Late
Paleozoic - Early Mesozoic dengan pembukaan dan penutupan paleo-meso-Tethys
Sea dan collage Kalimantan pernah mencapai posisi paling utara di 30 LU,
lalu sejak Kapur Akhir sudah menduduki posisi equator seperti sekarang
dengan posisi pulau agak meniarap, karenanya ia perlu suatu anti-clockwise
rotation sekitar 50 deg buat tegak berdiri
seperti sekarang.

Rotating atau non-rotating akan bergantung ke jumlah pengukuran
paleomagnetik yang dilakukan. Neville Haile yang pertama menyebut rotasi
Kalimantan di tahun 1977 hanya mengukur di salah satu platelet Kalimantan
yaitu bagian utara Schwaner. Katanya group SE Asia Research yang dikomandoi
Robert Hall pernah mengukur di banyak platelet, tetapi saya tidak tahu pasti
karena publikasinya tidak mudah mendapatkannya (Tectonophysics, Tectonics,
Journal of SE Asian earth sciences, dll), dan dari sejumlah pengukuran baru
ini maka mereka mnyimpulkan anti-clockwise rotation buat Kalimantan, jadi
tidak berbeda jauh dari konsep Haile 1977.

Beberapa sesar besar (mega-shear) bisa saja dikategorikan sebagai
manifestasi extrusion tectonics Taponnier, seperti Adang-Lupar (saya pernah
tulis di PIT IAGI 1996) yang bisa diikat ke TPF (three pagoda fault) dan
Wang Chao fault di IndoChina), sehingga mungkin bisa dibilang Kalimantan
disegmentasi sesar ini, dan di sepanjang trace sesar besar ini banyak
manifestasi pull-apart basins dan basic intrusions. Kalau mau dipanjangkan
lagi, dari Lupar ke Adang, bisa saja menyambung ke Paternoster Fault di
Makassar Strait, lalu ke Walanae Fault di South Sulawesi dan menyeberangi
Laut Flores lewat Sumba Fracture (yah orang2 tektonik kan "enak saja"
menarik garis-garis seperti itu...), asal bisa menjelaskan reasoning-nya ya
kita lihat saja, why not...

Kenapa Kuching masih uplifting ? Apakah benar, tentu harus ada pengukuran
detail dulu dengan geodetic resolution yang tinggi, saya pikir ini belum
pernah dilakukan. Suplay sedimen deltaic ke Kutei kan bisa lewat
cannibalism, tidak usah Kuching yang terangkat. South China Sea sudah
selesai spreading sejak Reed Bank, Dangerous Ground dkk collided Kalimantan,
Makassar Strait juga sudah berhenti rifting sejak dihentikan oleh collage
Eastern Sulawesi Arc dan terranes Buton dan Banggai. Dari mana gaya tektonik
agar Kuching bisa naik terus sampai sekarang ? Apakah dari megashear yang
sambung-menyambung sampai ke sumba fracture dan di situ collision Australia
ke Banda Arc (yang dibuktikan dengan uplifted recent coral reefs di seluruh
pantai selatan Banda arc) dipropagasi lalu akhirnya sampai ke Kuching, ah...
terlalu lemah gayanya sebab di Makassar Strait pun tak ada bukti kompresi,
apalagi sampai ke kuching. 

Tambahan pula, Kuching High sekarang terletak jauh di pedalaman sebab
Sundaland, terutama di bagian timur dan tenggaranya, tumbuh terus melalui
akresi oleh sejarah collision dan subduction (walaupun belakangan mengalami
dispersal oleh rifting Makassar Strait dan drfited-nya Sumba). Sehingga,
Kuching, jauh dari active margin. 

Jadi, kesan saya, Kuching High, adalah paleo high (paling tidak sampai
Miosen - Plio), walaupun Ian Longley bilang semua gerak plates menuju
Kalimantan, tetapi tidak reasonable mekanisme propagasi gaya tektonik yang
bisa mengangkat Kalimantan terus-menerus. Lagipula, Sundaland tidak stop di
akresi melulu, habis itu ada sejarah dispersal yang uniknya ke arah melawan
arah kompresi yang disebutkan Longley, nah inilah sejarah terakhir
Kalimantan : dispersal...

Nah ini iklan (he2...soalnya kebetulan lagi pas diskusinya) : di PIT

=== message truncated ===

---------------------------------
Do you Yahoo!?
Protect your identity with Yahoo! Mail AddressGuard

Kirim email ke