[iagi-net-l] Tar-Sand, upside dan downside.
Kalau kita mengingat kembali pelajaran di SD, selalu disebutkan bahwa Buton merupakan penghasil aspal alam. Secara geologis ini dimungkinkan terbentuknya karena surface exposure dari reservoir dalam jangka waktu lama yang menyebabkan fraksi ringan-nya menguap dan hanya menyisakan fraksi berat yang bercampur dengan pasir, dan ini yang ditambang sebagai komoditas serta dikenal sebagai Butas (Buton-Aspal). Kembali ke konteks tar-sand tersebut, terutama mengingat bahwa umur formasinya yang sudah lanjut, apakah ini berarti bahwa prospectivity dari liquid hydrocarbon juga sudah berlalu? Mungkin ini seperti menyikapi keberadaan seepage di surface ya. Bagi yang optimis akan bilang oh, itu petroleum system-nya terbukti ada, sementara yang pesimis akan bilang oh, cari tempat lain aja, itu artinya sudah ada seal failure. Mungkin ada yang punya pendapat lain? Bambang -- This e-mail, including any attached files, may contain confidential and privileged information for the sole use of the intended recipient. Any review, use, distribution, or disclosure by others is strictly prohibited. If you are not the intended recipient (or authorized to receive information for the intended recipient), please contact the sender by reply e-mail and delete all copies of this message.
[iagi-net-l] Re: Tar-Sand, upside dan downside.
Kalau Sumatra Tengah terangkat 300 meter. Maka Duri menjadi Buton-nya Sumatra. Apakah minas juga tidak memiliki arti? Jadi bisa saja ada minas dibalik buton ... Rdp On 4/5/06, Bambang Murti [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau kita mengingat kembali pelajaran di SD, selalu disebutkan bahwa Buton merupakan penghasil aspal alam. Secara geologis ini dimungkinkan terbentuknya karena surface exposure dari reservoir dalam jangka waktu lama yang menyebabkan fraksi ringan-nya menguap dan hanya menyisakan fraksi berat yang bercampur dengan pasir, dan ini yang ditambang sebagai komoditas serta dikenal sebagai Butas (Buton-Aspal). Kembali ke konteks tar-sand tersebut, terutama mengingat bahwa umur formasinya yang sudah lanjut, apakah ini berarti bahwa prospectivity dari liquid hydrocarbon juga sudah berlalu? Mungkin ini seperti menyikapi keberadaan seepage di surface ya. Bagi yang optimis akan bilang oh, itu petroleum system-nya terbukti ada, sementara yang pesimis akan bilang oh, cari tempat lain aja, itu artinya sudah ada seal failure. Mungkin ada yang punya pendapat lain? Bambang -- This e-mail, including any attached files, may contain confidential and privileged information for the sole use of the intended recipient. Any review, use, distribution, or disclosure by others is strictly prohibited. If you are not the intended recipient (or authorized to receive information for the intended recipient), please contact the sender by reply e-mail and delete all copies of this message. -- http://rovicky.blogspot.com/ --Writer needs 10 steps faster than readeR -- - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
Re: [iagi-net-l] 01:02:03 04/05/06
kalau saya setting tanggal di komputer sbb: dd/mm/yy jadi di saya kiamatnya aga mundur dikit jadi jam 01:02:03 tanggal 4 mei 2006, masih bisa siap-siap dulu lah... :p On 4/5/06, Bondan Brillianto wrote: Lucu juga... On Wednesday of next week, at two minutes and three seconds after 1:00 in the morning, the time and date will be 01:02:03 04/05/06. - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - Talk is cheap. Use Yahoo! Messenger to make PC-to-Phone calls. Great rates starting at 1cent;/min.
RE: [iagi-net-l] Re: Tar-Sand, upside dan downside.
Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Kalau Sumatra Tengah terangkat 300 meter. Maka Duri menjadi Buton-nya Sumatra. Apakah minas juga tidak memiliki arti? Jadi bisa saja ada minas dibalik buton ... Ya memang ada minas di balik buton itu. Gedhe. Setidaknya pereodisasi stukturnya. MYT. On 4/5/06, Bambang Murti [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau kita mengingat kembali pelajaran di SD, selalu disebutkan bahwa Buton merupakan penghasil aspal alam. Secara geologis ini dimungkinkan terbentuknya karena surface exposure dari reservoir dalam jangka waktu lama yang menyebabkan fraksi ringan-nya menguap dan hanya menyisakan fraksi berat yang bercampur dengan pasir, dan ini yang ditambang sebagai komoditas serta dikenal sebagai Butas (Buton-Aspal). Kembali ke konteks tar-sand tersebut, terutama mengingat bahwa umur formasinya yang sudah lanjut, apakah ini berarti bahwa prospectivity dari liquid hydrocarbon juga sudah berlalu? Mungkin ini seperti menyikapi keberadaan seepage di surface ya. Bagi yang optimis akan bilang oh, itu petroleum system-nya terbukti ada, sementara yang pesimis akan bilang oh, cari tempat lain aja, itu artinya sudah ada seal failure. Mungkin ada yang punya pendapat lain? Bambang -- This e-mail, including any attached files, may contain confidential and privileged information for the sole use of the intended recipient. Any review, use, distribution, or disclosure by others is strictly prohibited. If you are not the intended recipient (or authorized to receive information for the intended recipient), please contact the sender by reply e-mail and delete all copies of this message. -- http://rovicky.blogspot.com/ --Writer needs 10 steps faster than readeR -- - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
Re: FW: [iagi-net-l] asosiasi turbidit (laut dalam?) dengan delta
Pak Awang Apa pengertian active margin adalah subduction zone...? Kalau iya , apa mungkin kita ketemu shelf yang luas dan di depannya ada active margin...? RE: [iagi-net-l] asosiasi turbidit (laut dalam?) dengan delta Awang Satyana Tue, 04 Apr 2006 21:26:47 -0700 Kalau tak mau delta sebagai feeder-nya, saya pikir jangan mencari di setting cekungan yang bersifat embayment (terbuka luas ke passive margin seperti Kutei, Sarawak, Niger, Mississipi offshore) sebab delta yang sangat besar akan selalu berkembang di setting ini. Harus dicari di wilayah2 yang delta minimal berkembang, tetapi epeiric seas (shelf) berkembang luas, dan di depannya adalah active margin. Contoh di Indonesia saya pikir bisa mulai dikaji untuk turbidit ekivalen Talang Akar di tepi timur Pegunungan Barisan sekarang. Itu bisa menjadi turbidit yang bukan disuplai oleh huge delta ala Kutei-Makassar, tetapi mungkin forced regression di shelf pada mid-Oligocene sea level fall (30 Ma). Saya pikir, teman2 Medco bisa klarifikasi ini (Pak Iman, silakan...). salam, awang |-+ | | Awang Satyana| | | [EMAIL PROTECTED]| | | oo.com | | || | | 28/03/2006 02:25 | | | PM | | | Please respond to| | | iagi-net | | || |-+ -| | | | To: iagi-net@iagi.or.id | | cc: | | Subject: Re: FW: [iagi-net-l] asosiasi turbidit (laut dalam?) dengan delta | -| Januari lalu, saya (dan rombongan teman2 BPMIGAS) ke wilayah ruwet ini bersama Pak Wartono (UGM) dan Pak Budianto Toha (UGM), itu ada di tepi Kedung Ombo. Tersingkap di satu lokasi tak berjauhan antara sekuen Bouma A-C dan slump structure yang ruwet itu. Karena dua2nya deep-water sedimentation, maka gravity flow saya pikir bisa menyebabkan baik Bouma sequence maupun struktur slump itu. Aktivitas gempa jelas bisa memicu sub-marine slides, dan bahkan mungkin ini justru mekanisme utama di active margin. salam, awang Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: Bagaimana dengan gempa sebagai trigger longsoran ? Asosiasi fluktuasi aliran sungai dalam satu tahun barangkali hanya akan menghasilkan periode satu tahunan. Gempa memilki frekuensi cukup sering di daerah Selatan Sumatra-Jawa. Tsunami yg terjadi kemaren mungkin siklus 200 tahunan (?), tentunya dalam skala geologi yg jutaan tahun merupakan frekuensi yang cukup sering terjadi. Kemungkinan jumlah sedimennya tentunya juga tidak sedikit. Untuk daerah2 stabil (passive margin) barangkali engga banyak dipengaruhi kegempaan, tetapi dipengaruhi deltaic. Nah, bagaimana dengan daerah active margin ini ? Sumber sedimen tentusaja tetap ada, hanya apakah sandy atau shally tergantung provenace atau material yg longsong saja lah. Barangkali ada yg pernah melihat strutur aneh di sungai (lupa namanya) di daerah Wonosari, yg sering dipakai sebagai stopsite fieldtrip. Disitu terlihat skuence Tc-Td-Te yg berulang-ulang, namun ada satu singkapan yg struturenya ruwet ndak karuwan. Dulu tahun 1990an E Mutti pernah lihat tapi duia duek saja, dan bilang dia mboh apa itu !. RDP - Talk is cheap. Use Yahoo! Messenger to make PC-to-Phone calls. Great rates starting at 1cent;/min. This e-mail (including any attached documents) is intended only for the recipient(s) named above. It may contain confidential or legally privileged information and should not be copied or disclosed to, or otherwise used by, any other person. If you are not a named recipient, please contact the sender and delete the e-mail from your system. - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Re: [iagi-net-l] Tar-Sand, upside dan downside.
Mas Mbang, iki lho ada bincang2 di milis IAGI Juni 2005 antara P Awang dan Abah mengenai buton, kalo boleh aku forward lagi nih. Mungkin P Awang bisa nambah info baru. salam, pras Re: [iagi-net-l] Hubungan Buton dan Lengan Sulawesi Timur.] Awang Satyana Mon, 06 Jun 2005 23:17:40 -0700 Abah, ya Kapantoreh itu nama pegunungan di Buton utara. Ofiolit/ultrabasa tersingkap baik di utara maupun selatan Buton bagian barat. Bor terakhir di Buton adalah Jambu-1 (Conoco, 1992), 5015 ft, mengejar sampai Tondo klastik, ada hydrocarbon shows. Kebetulan dulu saya monitoring harian juga sumur ini saat masih di Pertamina Balikpapan. Tak ada strktur yang berarti di Pulau Muna dan benar hampir seluruh permukaannya ditutupi karbonat Kuarter Wapolaka yang sebagian duduk di basement kontinen. Ada petroleum system aktif di wilayah Buton. Source-nya sudah diidentifikasi dari karakterisasi geokimia, yaitu Winto dark shales yang berumur Trias dan karbonatan, tipe kerogen II. Merupakan source yang diendapkan di marine, dan cenderung punya API yang rendah, persis seperti di Seram (Manusela). Wilayah selatan yang masih terpendam, tak seterangkat yang utara, masih bisa prospek. Tetapi, tentu butuh pemelajaran lebih lanjut. salam, awang [EMAIL PROTECTED] wrote: \ Awang , Terima kasih atas penjelasannya, memang posisi Buton itu sangat menarik , sayang pada saat itu pengetahuan -ku sebagai mahasiswa masih sangat minim m( apa iyaa sekarang sudah tidak ya hahaha). Tapi omong omong Kapantoreh itu kan nama daerah (pegunungan) diutara Pulau Buton ya ?). Gulf Oil pernah melakukan seismik di Pulau Muna , kalau saya tidak salah hasilnya secara data kurang baik karena tertutup oleh karbonat ( Muna kan terkenal hasik kayu jatinya). Saya tidak tahu kesimpulan sementara mengenai Pulau Buton dan sekitarnya, berdasarkan hasil survei dan pemboran terakhir, mungkin Anda dapat menjelaskan untuk kita ? Hatur nuhun deui. Si Abah. Pulau Buton mungkin pulau kedua di wilayah Sulawesi yang terkenal setelah Sulawesi sendiri. Dari sejak SD, anak2 sudah diajarkan bahwa Buton penghasil aspal alam. Ingatan itu sangat kuat melekat sehingga tidak mungkin terlupakan lagi. Tetapi, untuk memahami geologi dan tektonik Pulau Buton, ia tidak bisa berdiri tersendiri, ia harus dipahami dengan pulau-pulau di sekitarnya, terutama Pulau Muna di sebelah baratnya dan Pulau Wangi-Wangi di sebelah timurnya - pulau terbesar di Kepulauan Tukang Besi. (Mengapa orang2 Buton menamakan ibukotanya Bau-Bau sedangkan pulau tetangganya Wangi-Wangi tentu menarik untuk mengkaji toponim-nya). Secara singkat, pengetahuan sekarang menempatkan Buton dan Tukang Besi sebagai sebuah mikro-kontinen yang lepas dari wilayah Australia (bisa NW Australia, bisa Kepala Burung Papua - kedua mintakat ini pun berhubungan sebenarnya) pada sekitar pertengahan Yura dan membentur Lengan Tenggara Sulawesi, yang diwakili secara frontal oleh Muna, pada Miosen Awal. Jadi, Buton tak punya urusan apa pun dengan Lengan Timur Sulawesi, tetapi ia memang punya urusan dengan Lengan Tenggara Sulawesi sebab ia pernah membenturnya. Antara stratigrafi Neogen dan pra-Neogen harus dibedakan di Buton. Stratigrafi pra-Neogen adalah stratigrafi asli mintakat Australia dan urutannya persis seperti mikro-kontinen2 lain di Indonesia Timur (misalnya : Banggai Sula, Buru Seram, Obi Bacan). Stratigrafi Buton paling mirip stratigrafi Seram. Stratigrafi Neogen adalah stratigrafi asli insitu di tempat ia membentur Muna. Dulu, sebelum Buton tubrukan dengan Muna, di depannya tentu ada kerak samudra. Saat perbenturan terjadi, mau tidak mau kerak itu tercuat, obducted, sebagian lagi terkerat-kerat, sliced, karena proses konvergensi-pertemuan lempeng, yang intensif. Nah, batuan ultrabasa yang Abah temukan itu adalah bagian dari kerak samudera tadi, di Buton terkenal sebagai nama Kapantoreh Ophiolite Kompleks. Akan halnya sedimen Neogen, mereka merupakan kompleks sedimen yang sebagian diendapkan sebagai foreland basin sediments (molassic deposits) dihalangi oleh tinggian Kapantoreh ophiolite tadi. (dalam gambaran yang sama, terjadi juga di kompleks benturan Banggai Sula vs. Sulawesi Timur dengan tinggian Batui thrust sebagai barier-nya). Formasi Tondo (klastik), Sampolakosa (karbonat dan napal) , Wapolaka (terumbu) menyusun sedimen berturut2 sejak Miosen Tengah-Kuarter. Ini adalah batuan2 post-collision units. Setelah menubruk Muna, ternyata, Buton pun dibentur Tukang Besi di sebelah timur pada Plio-Pleistosen, maka apa yang dialami Muna dialami pula oleh Buton. Tabrakan berantai kalau kita boleh sebut.. Nah, maka terumbu Kuarter di Buton (Wapolaka reef) itu terangkat terus. Persis seperti terumbu-terumbu Kuarter di Luwuk, Sulawesi Timur. Kalau pernah ke Luwuk, teras terumbu Kuarter bagus sekali kalau dilihat dari lapangan terbang Bobong. Lalu, pandangan ke lepas pantai dari Luwuk, mata kita akan terantuk ke pulau samar2, itulah Pulau Peleng, pulau terbarat dari
Re: [iagi-net-l] ExxonMobil Terbesar di AS
mas Bambang Pujas, Asset negara tentunya jauh lebih besar, namun kita berkumpul menjadi satu negara berbendera merahputih, tentunya berbeda dengan kita berkumpul dibawah naungan perusahaan. Dibawah naungan perusahaan kita ini buruh, dibawah naungan negara kita ini bangsa/warga. Nah sekarang kita tengok dari aspek kekuatan mengatur (mengontrol). Asset atau kekayaan negara Indonesia ini tentunya suangaaat buesar. Namun pemerintah Indonesia ini miskin dalam artian nilai uang yg dapat dipakai untuk bermain-main menjalankan ketatanegaraan yg sangat terbatas. Namun kekayaan negara Indonesia ini tersebar di jumlah penduduk yg 300juta. Dan sayangnya tersebar tidak merata ya. Nah, kalau saya bandingkan dengan negara serumpun Malesa (wedian knapa aku ini slalu nengok malesa sih :), maka Malesa ini pemerintahnya kaya, sehingga memiliki kekuatan untuk mengontrol (power to control). Sedangkan pemerintah Indonesia hanya memiliki sedikit uang utk dipakai bermain-main. Perusahaan (entitas bisnis) memiliki kekayaan (uang) cukup besar, dan semuanya dibawah kontrol Board Directornya. Bahkan bisa saja disini lebih besar dari nilai yg dipakai pemerintahan Indonesia. Namun tetep saja asset totalnya jauuuh lebih kecil dari negara (karena negara memilki teritorial, sedangkan perusahaan tidak memiliki teritorial. Nah saya yakin suatu saat nanti entitas bisnis ini akan menembus batas-batas negara, sedemikian sehingga negara tidak memiliki kekuatan kontrol apapun terhadap anggota-anggotanya (rakyat dan penyelenggara negara). Bisa saja rakyat ini menjadi loyal ke perusahaan ketimbang loyal ke Negara. Sebenernya yg kita ributkan selama ini hanyalah nafsu untuk mengontrol dan mengatur jalannya kehidupan. Tidak dimilkinya kemampuan mengontrol diri sendiri ini yg disebut sebagai terjajah (tidak merdeka). Saya sendiri merasa di Indonesia ini kemampuan ilmiah akademis tidak memiliki kekuatan kontrol lagi, justru politisilah yg lebih banyak mengontrol. Segala sesuatu dipolitisir. Segalanya menjadi membuyat. rdp On 4/5/06, B. Pujasmadi [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalo pendapatan sebuah perusahaan lebih besar dari pendapatan negara, apa itu artinya? Negara salah urus, atau sumber daya yang lemah? Padahal aset negara kita mestinya jauh lebih besar dari asset perusahaan sekelas Exxon. BPJ Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: Lah kalau budgetnya saja sudah berlipet-lipet dari APBN kita makanya kita ndak ada apa-apanya dimata EXXON :( Mnurutku salah satunya ya jangan sesekali memasukkan Exxon dalam percaturan politik kenegaraan. Mboh gimana caranya .. pokoke setiap entity bisnis dihadapi dengan bisnis juga. Jangan sampai Politisi deal bisnis, wah pasti ambyarr deh Tapi aku rasa suatu saat nanti yg disebut dengan NEGARA juga akan hilang dengan sendirinya seperti hilangnya kerajaan dalam perjalanan sejarah manusia. Jadi siapa nih yang harus dibelain kalau toh negara juga lenyap. RDP are we the Saudi's of geothermals ? *== PERINGKAT PERUSAHAAN ExxonMobil Terbesar di AS* - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
[iagi-net-l] Info Lowongan
Rekan2, Saya dimintai tolong kawan yang sedang mencari kandidat untuk mengisi lowongan kerja (katanya iklan akan dimuat di Kompas dalam waktu dekat). Perusahaan ini bergerak di eksplorasi mineral dan batubara. Yang dibutuhkan: 1 Sn. Accountant 1 Jr. Accountant 1 GIS operator 1 Chief Geologist, 15 year experience 3 Sn. Geologists, 5 - 8 yr experience 5 Geologists, 3 - 5 yr experience 8 Jr. Geologist, 1 - 3 yr experience (yg ini katanya fresh graduate juga boleh nglamar) Kalau tertarik, atau punya kawan dan kerabat yg tertarik, sila kirimkan 1 page summary of CV (plus foto) anda ke [EMAIL PROTECTED] Mengingat mulai meningkatnya pasar geologists (susah cari geologist saat ini), kawan saya tsb meminta bantuan saya untuk posting di milist-milist yg relevan. Mohon maaf sebelumnya kalau mengganggu. Penyampai amanat, Daru
RE: [iagi-net-l] ExxonMobil Terbesar di AS
Ada yang menarik dari sebuah tabel : who controls the world's oil and gas reserves (source Credit Suisse) ? Dari data tabel tersebut top ranking dari 20-an pemegang proved reserve terbesar adalah perusahaan nasional (yang di dominasi negara-negara Timur Tengah, Venezuela, Rusia, Nigeria, dan Petronas). Baru peringkat berikutnya adalah internasional merger companies (ExxonMobil sebagai perusahaan terbesar menempati peringkat 14, disusul BP, Chevron, Shell, Total, ConocoPhillips, dan ENI). Sepertinya ke depan, perusahaan nasional akan lebih memegang kendali terhadap reserve dan resource mereka sendiri. Tentunya diharapkan akan terdapat momentum penting bagi perusahaan nasional Indonesia untuk bisa memegang peranan lebih besar, dan seharusnya dengan imbalan peningkatan kesejahteraan rakyat. WW -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, April 05, 2006 2:30 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] ExxonMobil Terbesar di AS mas Bambang Pujas, Asset negara tentunya jauh lebih besar, namun kita berkumpul menjadi satu negara berbendera merahputih, tentunya berbeda dengan kita berkumpul dibawah naungan perusahaan. Dibawah naungan perusahaan kita ini buruh, dibawah naungan negara kita ini bangsa/warga. Nah sekarang kita tengok dari aspek kekuatan mengatur (mengontrol). Asset atau kekayaan negara Indonesia ini tentunya suangaaat buesar. Namun pemerintah Indonesia ini miskin dalam artian nilai uang yg dapat dipakai untuk bermain-main menjalankan ketatanegaraan yg sangat terbatas. Namun kekayaan negara Indonesia ini tersebar di jumlah penduduk yg 300juta. Dan sayangnya tersebar tidak merata ya. Nah, kalau saya bandingkan dengan negara serumpun Malesa (wedian knapa aku ini slalu nengok malesa sih :), maka Malesa ini pemerintahnya kaya, sehingga memiliki kekuatan untuk mengontrol (power to control). Sedangkan pemerintah Indonesia hanya memiliki sedikit uang utk dipakai bermain-main. Perusahaan (entitas bisnis) memiliki kekayaan (uang) cukup besar, dan semuanya dibawah kontrol Board Directornya. Bahkan bisa saja disini lebih besar dari nilai yg dipakai pemerintahan Indonesia. Namun tetep saja asset totalnya jauuuh lebih kecil dari negara (karena negara memilki teritorial, sedangkan perusahaan tidak memiliki teritorial. Nah saya yakin suatu saat nanti entitas bisnis ini akan menembus batas-batas negara, sedemikian sehingga negara tidak memiliki kekuatan kontrol apapun terhadap anggota-anggotanya (rakyat dan penyelenggara negara). Bisa saja rakyat ini menjadi loyal ke perusahaan ketimbang loyal ke Negara. Sebenernya yg kita ributkan selama ini hanyalah nafsu untuk mengontrol dan mengatur jalannya kehidupan. Tidak dimilkinya kemampuan mengontrol diri sendiri ini yg disebut sebagai terjajah (tidak merdeka). Saya sendiri merasa di Indonesia ini kemampuan ilmiah akademis tidak memiliki kekuatan kontrol lagi, justru politisilah yg lebih banyak mengontrol. Segala sesuatu dipolitisir. Segalanya menjadi membuyat. rdp On 4/5/06, B. Pujasmadi [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalo pendapatan sebuah perusahaan lebih besar dari pendapatan negara, apa itu artinya? Negara salah urus, atau sumber daya yang lemah? Padahal aset negara kita mestinya jauh lebih besar dari asset perusahaan sekelas Exxon. BPJ Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: Lah kalau budgetnya saja sudah berlipet-lipet dari APBN kita makanya kita ndak ada apa-apanya dimata EXXON :( Mnurutku salah satunya ya jangan sesekali memasukkan Exxon dalam percaturan politik kenegaraan. Mboh gimana caranya .. pokoke setiap entity bisnis dihadapi dengan bisnis juga. Jangan sampai Politisi deal bisnis, wah pasti ambyarr deh Tapi aku rasa suatu saat nanti yg disebut dengan NEGARA juga akan hilang dengan sendirinya seperti hilangnya kerajaan dalam perjalanan sejarah manusia. Jadi siapa nih yang harus dibelain kalau toh negara juga lenyap. RDP are we the Saudi's of geothermals ? *== PERINGKAT PERUSAHAAN ExxonMobil Terbesar di AS* - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran
Re: FW: [iagi-net-l] asosiasi turbidit (laut dalam?) dengan delta
Ferdi, Betul, active margin adalah batas konvergensi lempeng, misalnya subduction atau collision. Kalau shelf, bisa berkembang luas walaupun di depannya active margin. Sundaland di zaman Neogen adalah shelf yang luas, termasuk yang Malacca dan Java Sea, dan di sisi barat serta selatannya kita tahu itu adalah active margin (Sumatra-Java trench). Yang tak bisa berkembang dengan baik adalah delta yang sangat tebal (ini milik passive margin - karena ia butuh space of accommodation yang hebat); tetapi kalau shelf bisa saja. salam, awang [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang Apa pengertian active margin adalah subduction zone...? Kalau iya , apa mungkin kita ketemu shelf yang luas dan di depannya ada active margin...? RE: [iagi-net-l] asosiasi turbidit (laut dalam?) dengan delta Awang Satyana Tue, 04 Apr 2006 21:26:47 -0700 Kalau tak mau delta sebagai feeder-nya, saya pikir jangan mencari di setting cekungan yang bersifat embayment (terbuka luas ke passive margin seperti Kutei, Sarawak, Niger, Mississipi offshore) sebab delta yang sangat besar akan selalu berkembang di setting ini. Harus dicari di wilayah2 yang delta minimal berkembang, tetapi epeiric seas (shelf) berkembang luas, dan di depannya adalah active margin. Contoh di Indonesia saya pikir bisa mulai dikaji untuk turbidit ekivalen Talang Akar di tepi timur Pegunungan Barisan sekarang. Itu bisa menjadi turbidit yang bukan disuplai oleh huge delta ala Kutei-Makassar, tetapi mungkin forced regression di shelf pada mid-Oligocene sea level fall (30 Ma). Saya pikir, teman2 Medco bisa klarifikasi ini (Pak Iman, silakan...). salam, awang |-+ | | Awang Satyana | | | | | oo.com | | | | | | 28/03/2006 02:25 | | | PM | | | Please respond to| | | iagi-net | | | | |-+ -| | | | To: iagi-net@iagi.or.id | | cc: | | Subject: Re: FW: [iagi-net-l] asosiasi turbidit (laut dalam?) dengan delta | -| Januari lalu, saya (dan rombongan teman2 BPMIGAS) ke wilayah ruwet ini bersama Pak Wartono (UGM) dan Pak Budianto Toha (UGM), itu ada di tepi Kedung Ombo. Tersingkap di satu lokasi tak berjauhan antara sekuen Bouma A-C dan slump structure yang ruwet itu. Karena dua2nya deep-water sedimentation, maka gravity flow saya pikir bisa menyebabkan baik Bouma sequence maupun struktur slump itu. Aktivitas gempa jelas bisa memicu sub-marine slides, dan bahkan mungkin ini justru mekanisme utama di active margin. salam, awang Rovicky Dwi Putrohari wrote: Bagaimana dengan gempa sebagai trigger longsoran ? Asosiasi fluktuasi aliran sungai dalam satu tahun barangkali hanya akan menghasilkan periode satu tahunan. Gempa memilki frekuensi cukup sering di daerah Selatan Sumatra-Jawa. Tsunami yg terjadi kemaren mungkin siklus 200 tahunan (?), tentunya dalam skala geologi yg jutaan tahun merupakan frekuensi yang cukup sering terjadi. Kemungkinan jumlah sedimennya tentunya juga tidak sedikit. Untuk daerah2 stabil (passive margin) barangkali engga banyak dipengaruhi kegempaan, tetapi dipengaruhi deltaic. Nah, bagaimana dengan daerah active margin ini ? Sumber sedimen tentusaja tetap ada, hanya apakah sandy atau shally tergantung provenace atau material yg longsong saja lah. Barangkali ada yg pernah melihat strutur aneh di sungai (lupa namanya) di daerah Wonosari, yg sering dipakai sebagai stopsite fieldtrip. Disitu terlihat skuence Tc-Td-Te yg berulang-ulang, namun ada satu singkapan yg struturenya ruwet ndak karuwan. Dulu tahun 1990an E Mutti pernah lihat tapi duia duek saja, dan bilang dia mboh apa itu !. RDP - Talk is cheap. Use Yahoo! Messenger to make PC-to-Phone calls. Great rates starting at 1ยข/min. This e-mail (including any attached documents) is intended only for the recipient(s) named above. It may contain confidential or legally privileged information and should not be copied or disclosed to, or otherwise used by, any other person. If you are not a named recipient, please contact the sender and delete the e-mail from your system. - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
Re: [iagi-net-l] sepiiiiiiiiiiii
Sekedar meramaikan, Tanggal 3-4 April kemarin di Bali diselenggarakan seminar Geothermal yang diselenggarakan oleh Badan Geologi dimana IAGI dan API diminta ikut memberikan kontribusinya / kepanitiannya, Seminar ini dibuka oleh Menteri ESDM , salah satu pembicaranya Sukusen Sumarinda ( Dir Hulu Pertamina )disamping seminar tsb, ada kunjungan ke Lap Panasbumi Bedugul yg selama ini cukup kontroversial ( ada penolakan yang cukup kuat dari yang mengatasnamakan masyarakat sekitar) ternyata dari yang dilihat kemarin sepertinya masalah masalah tsb sudah dapat diselesaikan dg baik, bahkan para pemuka agama dan adat berKumpul dan memeberikan dukungannya,bahkan sebagai sekurity nya dipakai para pecalang, Proyek ini yang seharusnya untuk tahap awal sudah hrs beroperasi pada 2006 terpaksa mundur sampai 2-3 tahun karena berbagai permasalahan tsb.saat ini dilapangan sedang dilakukan persiapan persiapan untuk pengeboran sumur sumur baru.Kalau Proyek ini selesai semuanya maka akan ada listrik yang mengalir ke Bali sebesar 175 MW dari GeothermalDemikian sekilas info ISM Rekan rekan Setelah libur panjang kok sepi sekali ya ? Padahal minggu ini liburan panjang lagi. Sesepi FOSI ya . Si - Abah - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - ___ indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
Re: [iagi-net-l] ExxonMobil Terbesar di AS
Vick Apakah Anda politics phobia Si-Abah mas Bambang Pujas, Asset negara tentunya jauh lebih besar, namun kita berkumpul menjadi satu negara berbendera merahputih, tentunya berbeda dengan kita berkumpul dibawah naungan perusahaan. Dibawah naungan perusahaan kita ini buruh, dibawah naungan negara kita ini bangsa/warga. Nah sekarang kita tengok dari aspek kekuatan mengatur (mengontrol). Asset atau kekayaan negara Indonesia ini tentunya suangaaat buesar. Namun pemerintah Indonesia ini miskin dalam artian nilai uang yg dapat dipakai untuk bermain-main menjalankan ketatanegaraan yg sangat terbatas. Namun kekayaan negara Indonesia ini tersebar di jumlah penduduk yg 300juta. Dan sayangnya tersebar tidak merata ya. Nah, kalau saya bandingkan dengan negara serumpun Malesa (wedian knapa aku ini slalu nengok malesa sih :), maka Malesa ini pemerintahnya kaya, sehingga memiliki kekuatan untuk mengontrol (power to control). Sedangkan pemerintah Indonesia hanya memiliki sedikit uang utk dipakai bermain-main. Perusahaan (entitas bisnis) memiliki kekayaan (uang) cukup besar, dan semuanya dibawah kontrol Board Directornya. Bahkan bisa saja disini lebih besar dari nilai yg dipakai pemerintahan Indonesia. Namun tetep saja asset totalnya jauuuh lebih kecil dari negara (karena negara memilki teritorial, sedangkan perusahaan tidak memiliki teritorial. Nah saya yakin suatu saat nanti entitas bisnis ini akan menembus batas-batas negara, sedemikian sehingga negara tidak memiliki kekuatan kontrol apapun terhadap anggota-anggotanya (rakyat dan penyelenggara negara). Bisa saja rakyat ini menjadi loyal ke perusahaan ketimbang loyal ke Negara. Sebenernya yg kita ributkan selama ini hanyalah nafsu untuk mengontrol dan mengatur jalannya kehidupan. Tidak dimilkinya kemampuan mengontrol diri sendiri ini yg disebut sebagai terjajah (tidak merdeka). Saya sendiri merasa di Indonesia ini kemampuan ilmiah akademis tidak memiliki kekuatan kontrol lagi, justru politisilah yg lebih banyak mengontrol. Segala sesuatu dipolitisir. Segalanya menjadi membuyat. rdp On 4/5/06, B. Pujasmadi [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalo pendapatan sebuah perusahaan lebih besar dari pendapatan negara, apa itu artinya? Negara salah urus, atau sumber daya yang lemah? Padahal aset negara kita mestinya jauh lebih besar dari asset perusahaan sekelas Exxon. BPJ Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: Lah kalau budgetnya saja sudah berlipet-lipet dari APBN kita makanya kita ndak ada apa-apanya dimata EXXON :( Mnurutku salah satunya ya jangan sesekali memasukkan Exxon dalam percaturan politik kenegaraan. Mboh gimana caranya .. pokoke setiap entity bisnis dihadapi dengan bisnis juga. Jangan sampai Politisi deal bisnis, wah pasti ambyarr deh Tapi aku rasa suatu saat nanti yg disebut dengan NEGARA juga akan hilang dengan sendirinya seperti hilangnya kerajaan dalam perjalanan sejarah manusia. Jadi siapa nih yang harus dibelain kalau toh negara juga lenyap. RDP are we the Saudi's of geothermals ? *= PERINGKAT PERUSAHAAN ExxonMobil Terbesar di AS* - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
Re: [iagi-net-l] Tar-Sand, upside dan downside.
Belum ada info baru lagi Mas Pras, tetapi kelihatannya Buton sedang cukup intens dilirik orang ya, beberapa bulan terakhir ini saya suka ditanyai soal Buton. Cekungan kawan senasibnya, yang sama-sama dibenturkan ke sisi timur Sulawesi, yaitu Cekungan Banggai-Sula baru saja berubah status jadi cekungan produksi (dari lapangan minyak Tiaka - JOB Pertamina-Medco Tomori). Cekungan Buton pun, kalau tereksplorasi dengan baik, tak menutup kemungkinan akan mengalami nasib baik seperti kawannya itu. Seperti kata Mas Bambang, sejak dari SD, anak2 sudah diajari bahwa di situ ada aspal alam. Sebagai geologist, kita tahu itu adalah hidrokarbon juga. Tinggal dicari saja dengan lebih teliti di mana yang masih fase minyaknya. Memang kecenderungan jadi aspalnya besar, sebab kerogen type-nya setipe kerogen type marin di Seram dengan API rendah dan S tinggi. Sekali ter-ekspos ke meteoric water flushing dan biodegradasi, gampang saja jadi tarmat dan aspal. Mana upside, mana downside di Buton dan hubungannya ke karakter minyaknya bisa dipakai model pola biodegraded dan unbiodegraded Klamono field (Pertamina) di Salawati Basin. Klamono field terbiodegradasi tingkat mild (dari karakter minyaknya hanya normal-alkane nomor rendah yang dimakan, belum kelompok2 no k tinggi - lihat publikasi saya di proceedings PIT IAGI 2000, Satyana and Wahyudin, 2000 : Meteoric water flushing and microbial alteration of Klamono and Linda oils, Salawati Basin, Eastern Indonesia : geochemical constraints, origin, and regional implications). Klamono duduk di flank barat Ayamaru Platform. Di Klamono Kais carbonates jadi reservoir produktif, di Ayamaru Platform Kais carbonates jadi akuifer. Di Klamono, bidegradasi berjalan mild. Bisa diprediksikan bahwa makin ke timur mendekati Ayamaru Platform biodegradasi akan makin parah, dan makin ke barat dari Klamono biodegradasi akan makin berkurang. Benar, semua sumur yang dibor di timur Klamono berisi kalau tak tar maka aspal (contoh : Klamumuk menembus tar mat di Kais levelnya). Jadi, kalau cari minyak di Buton carilah down-side aspal Buton ke arah mana reservoir tenggelam, dan jangan cari reservoir dengan temperatur 80 deg C. Kalau saya sih, lebih memandang surface seeps dengan optimis : sudah terjadi generasi minyak nih di wilayah ini ! daripada dengan pesimis berkata wah...seal failure ! (sama gembiranya kalau melihat gas chimney di seismik daripada yang adem ayem saja). salam, awang Prasiddha Hestu Narendra [EMAIL PROTECTED] wrote: Mas Mbang, iki lho ada bincang2 di milis IAGI Juni 2005 antara P Awang dan Abah mengenai buton, kalo boleh aku forward lagi nih. Mungkin P Awang bisa nambah info baru. salam, pras Re: [iagi-net-l] Hubungan Buton dan Lengan Sulawesi Timur.] Awang Satyana Mon, 06 Jun 2005 23:17:40 -0700 Abah, ya Kapantoreh itu nama pegunungan di Buton utara. Ofiolit/ultrabasa tersingkap baik di utara maupun selatan Buton bagian barat. Bor terakhir di Buton adalah Jambu-1 (Conoco, 1992), 5015 ft, mengejar sampai Tondo klastik, ada hydrocarbon shows. Kebetulan dulu saya monitoring harian juga sumur ini saat masih di Pertamina Balikpapan. Tak ada strktur yang berarti di Pulau Muna dan benar hampir seluruh permukaannya ditutupi karbonat Kuarter Wapolaka yang sebagian duduk di basement kontinen. Ada petroleum system aktif di wilayah Buton. Source-nya sudah diidentifikasi dari karakterisasi geokimia, yaitu Winto dark shales yang berumur Trias dan karbonatan, tipe kerogen II. Merupakan source yang diendapkan di marine, dan cenderung punya API yang rendah, persis seperti di Seram (Manusela). Wilayah selatan yang masih terpendam, tak seterangkat yang utara, masih bisa prospek. Tetapi, tentu butuh pemelajaran lebih lanjut. salam, awang [EMAIL PROTECTED] wrote: \ Awang , Terima kasih atas penjelasannya, memang posisi Buton itu sangat menarik , sayang pada saat itu pengetahuan -ku sebagai mahasiswa masih sangat minim m( apa iyaa sekarang sudah tidak ya hahaha). Tapi omong omong Kapantoreh itu kan nama daerah (pegunungan) diutara Pulau Buton ya ?). Gulf Oil pernah melakukan seismik di Pulau Muna , kalau saya tidak salah hasilnya secara data kurang baik karena tertutup oleh karbonat ( Muna kan terkenal hasik kayu jatinya). Saya tidak tahu kesimpulan sementara mengenai Pulau Buton dan sekitarnya, berdasarkan hasil survei dan pemboran terakhir, mungkin Anda dapat menjelaskan untuk kita ? Hatur nuhun deui. Si Abah. Pulau Buton mungkin pulau kedua di wilayah Sulawesi yang terkenal setelah Sulawesi sendiri. Dari sejak SD, anak2 sudah diajarkan bahwa Buton penghasil aspal alam. Ingatan itu sangat kuat melekat sehingga tidak mungkin terlupakan lagi. Tetapi, untuk memahami geologi dan tektonik Pulau Buton, ia tidak bisa berdiri tersendiri, ia harus dipahami dengan pulau-pulau di sekitarnya, terutama Pulau Muna di sebelah baratnya dan Pulau Wangi-Wangi di sebelah timurnya - pulau terbesar di Kepulauan
Re: [iagi-net-l] ExxonMobil Terbesar di AS
Pak, apa iya kekayaan negara kita terletak di penduduknya yg 300 juta jiwa? Lha wong income per capita-nya saja cuma US$3,700 per tahun dibanding Malaysia yang US$10,400? Kalo penduduknya banyak tapi miskin (dlm terminology purchasing power) ya kategorinya tetap negara miskin. sangat terbatas. Namun kekayaan negara Indonesia ini tersebar di jumlah penduduk yg 300juta. Dan sayangnya tersebar tidak merata ya. Nah, kalau saya bandingkan dengan negara serumpun Malesa (wedian knapa aku ini slalu nengok malesa sih :), maka Malesa ini pemerintahnya kaya, sehingga memiliki kekuatan untuk mengontrol (power to control). Sedangkan pemerintah Indonesia hanya memiliki sedikit uang utk dipakai bermain-main. - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
[iagi-net-l] Shale-Gas Play : Exploring and Producing Gas from Source Rocks
Belakangan, konsep eksplorasi dan memproduksi gas dari serpih yang berkualitas sebagai batuan induk ramai dikerjakan perusahaan2 pemain gas di wilayah midcontinent US. Tak perlu lagi mencari reservoir batupasir/karbonat/basement yang berindikasi mengandung gas, cari saja langsung batuan induknya (serpih) bor, retakkan (fract), dan produksikan gasnya. Metode ini sebenarnya sudah terbukti sejak 1998, saat gas diproduksikan dari Barnett shale (berumur Karbon) di cekungan Fort Worth north-central Texas. Pekerjaan2 tujuh tahun terakhir menunjukkan bahwa potensinya terus mengembang, bahkan ada yang memprediksikan bahwa gas produksi gas dari Barnett shale bisa melampaui produksi gas dari lapangan gas terbesar di US, Hugoton Field. Sebanyak 1 TCFG telah diproduksikan dari Barnett shale ini sampai akhir 2005 kemarin (AAPG Explorer edisi Februari 2006). Devon Energy, pemain gas terbesar di US midcontinent telah mengebor sebanyak 2000 sumur produksi untuk menguras gas di Barnett shale. Apakah hanya di Fort Worth Basin ? Tidak, belakangan ditemukan pula shale-gas play di Fayetteville shale di Arkoma Basin (Arkansas-Oklahoma) yang seumur dengan Barnett shale. Sebanyak 80 sumur telah dibor operator2 gas di wilayah ini dan umumnya menemukan gas. Tebal shale bervariasi dari 50-75 ft di Arkansas, 300 ft di bagian timur Arkoma, sampai melebihi 1000 ft di wilayah Mississippi Embayment. Apa syarat-syarat utama play ini ? Shale harus punya kualitas source rock yang baik, gas-generative capacity yang baik, harus matang, fracturability yang tinggi-bedded (agar mudah di-frac), horizontal drilling. Maka evaluasi geologi-geokimia yang baik, teknik horizontal drilling dengan geo-steering yang baik, dan production dengan frac technology adalah mutlak diperlukan. Frac technology dalam hal ini sama saja dengan meniru proses alamiah ekspulsi gas dari shale yang memang melalui microfracturing di fissile zones serpih kaya organik tersebut. Maka semakin fissile shale itu semakin baik. Kalau suatu saat ditemukan shale dengan log GR off-scale dan high resistive, jangan dilewatkan, itu berpotensi shale-gas play. Tak perlu reservoir, tak perlu perangkap, hanya perlu shale yang kaya organik, matang, bor horizontal dan frac ! salam, awang - Talk is cheap. Use Yahoo! Messenger to make PC-to-Phone calls. Great rates starting at 1cent;/min.
Re: [iagi-net-l] klasifikasi basement cekungan di Indonesia (mohon pencerahan)
Salam, Dengan makin menipisnya sediaan HC dunia, basement menjadi kian penting untuk dipelajari, lebih-2 dengan adanya temuan basement produktif di beberapa cekungan termasuk di Indonesia. Mempelajari basement cukup sulit karena terbatasnya samples yang tersedia. Oleh karena itu samples yang sedikit itu hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk dipelajari dari berbagai aspect. Karena rekan-rekan di Pers Minyak tidak terlalu familiar dengan jenis batuan basement, sebaiknya minta bantuan para hard rocker yang berpengalaman untuk mempelajarinya, sehingga dapat diperoleh informasi yang maksimal atas samples basement yang dimiliki Oil Companies, saya siap bila diperlukan. Salam, YSY - Original Message - From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id; [EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, April 04, 2006 10:28 PM Subject: Re: [iagi-net-l] klasifikasi basement cekungan di Indonesia (mohon pencerahan) Basement, penting diklasifikasikan karena anggapan umum bahwa hidrokarbon selama ini terjadi (statistik) selalu berasosiasi dengan basement kontinental atau attenuated-continental crust atau minimal intermediate (accreted) crust, dan bukan dengan yang oseanik. Apakah ini benar atau salah kaprah ? Statistik mungkin benar, tetapi tak selalu terhubung ke kebenaran geologi. Kita bisa diskusikan ini di kesempatan lain. Para pemain di basement sekarang tentu perlu lebih detail mengevaluasi basement sebab mereka harus tahu kecenderungan basement ini untuk retak (menjadi reservoir), dan itu benar akan ada pengaruh dari tipe basement dan umurnya. Basement yang granitik tentu akan beda dengan basement yang sekis misalnya saat kena kompresif. Basement yang lebih tua tentu telah lebih banyak mengalami deformasi dibandingkan yang lebih muda, ini jelas akan berpengaruh ke peluang pembentukan retakan. Basement juga punya pengaruh ke konduktivitas termal heatflow dari mantel, dan ini adalah sebagian unsur dari pembentuk sejarah termal cekungan. Pada basement2 yang hasil akresi seperti di Sumatra, perlu juga diketahui pola akresi basement2 itu karena ini akan mempengaruhi pola deformasi di cekungan di atasnya. Dan, tingginya GG di Sumatra Tengah yang anomali itu dicurigai juga sebagai akibat tingginya heatflow di sepanjang pola akresi Mutus Assemblage. Secara regional, klasifikasi basement untuk cekungan2 di indonesia sudah lama dibuat orang. Detailed basement per cekungan ada sebagian, terutama yang produktif di Indonesia Barat. salam, awang [EMAIL PROTECTED] wrote: saya kurang tahu kenapa harus ada klasifikasi basement berdasarkan umur dan jenisnya ...? apakah nantinya berhubungan dengan gradien geothermal untuk pematangan source rocks...? Regards Kartiko-Samodro Telp : 3852 |-+ | | oki musakti | | | | | o.com | | | | | | 29/03/2006 06:08 | | | PM | | | Please respond to| | | iagi-net | | | | |-+ -| | | | To: iagi-net@iagi.or.id | | cc: | | Subject: Re: [iagi-net-l] klasifikasi basement cekungan di Indonesia (mohon pencerahan) | -| Pertanyaan dan usul menarik. BTW sebelumnya, yang dimaksud 'basement' ini apakah batuan beku atau metamorf yang menjadi 'alas' dari formasi2 sedimen diatasnya? Saya rasa ada-tidaknya (thermogenic) HC accumulation tidak (terlalu) tergantung pada umur basement tapi lebih dari dipengaruhi umur, konfigurasi dan kedalaman batuan sediment atasnya ie. control pada source rock maturity, migration dan entrapment. Apalagi kalau kita bicara biogenic HC. Kalau ini mah benar-benar gak peduli umur batuan. Asal sarat-sarat pembentukannya misalnya rapid sedimentation, adanya methane forming bacteria dll terpenuhi. Ini kalau kita masih berada dalam koridor organic origin of HC. Kalau bicaranya anorganic HC source ya lain lagi ceritanya. Wallahu'alam Oki johnson achmad paju wrote: beberapa jam lalu saya baru membaca sedikit tentang sengkang basin di west arm sulawesi, ternyata menurut (grainge davies, IPA, 1983)... basement cekungan ini adalah pre-miocene (probably Eocene) volcanic Langi Formationhal ini tentunya sangat berbeda bila kita bandingkan dengan basement yang ada cekungan2 penghasil migas misalnya NSB, SSB, CSB, NW java, East java, Kutai dlsb. yang mungkin sebagian besar berumur mesozoik, paleozoik atau bahkan pre-kambrium (?) nah yang jadi pertanyaan saya apakah sudah ada yang pernah mengklasifikasikan cekungan2 di indonesia berdasarkan umur basement nya ? mungkin hal itu juga cukup signifikan dalam eksplorasi HC di setiap cekungan, kalo beberapa waktu ini kita kenal ada istilah siklus I (inversion deposit), II (rifting deposit) dan III (basement)...nah bisa2 yang rancu adalah pemahaman tentang siklus III nya