[iagi-net-l] Tar-Sand, upside dan downside.

2006-04-05 Terurut Topik Bambang Murti
Kalau kita mengingat kembali pelajaran di SD, selalu disebutkan bahwa
Buton merupakan penghasil aspal alam. Secara geologis ini dimungkinkan
terbentuknya karena surface exposure dari reservoir dalam jangka waktu
lama yang menyebabkan fraksi ringan-nya menguap dan hanya menyisakan
fraksi berat yang bercampur dengan pasir, dan ini yang ditambang sebagai
komoditas serta dikenal sebagai Butas (Buton-Aspal).

Kembali ke konteks tar-sand tersebut, terutama mengingat bahwa umur
formasinya yang sudah lanjut, apakah ini berarti bahwa prospectivity
dari liquid hydrocarbon juga sudah berlalu? 

Mungkin ini seperti menyikapi keberadaan seepage di surface ya. Bagi
yang optimis akan bilang oh, itu petroleum system-nya terbukti ada,
sementara yang pesimis akan bilang oh, cari tempat lain aja, itu
artinya sudah ada seal failure.

Mungkin ada yang punya pendapat lain?

Bambang

--
This e-mail, including any attached files, may contain confidential and 
privileged information for the sole use of the intended recipient.  Any review, 
use, distribution, or disclosure by others is strictly prohibited.  If you are 
not the intended recipient (or authorized to receive information for the 
intended recipient), please contact the sender by reply e-mail and delete all 
copies of this message.

[iagi-net-l] Re: Tar-Sand, upside dan downside.

2006-04-05 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Kalau Sumatra Tengah terangkat 300 meter. Maka Duri menjadi Buton-nya Sumatra.
Apakah minas juga tidak memiliki arti? Jadi bisa saja ada minas
dibalik buton ...

Rdp

On 4/5/06, Bambang Murti [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Kalau kita mengingat kembali pelajaran di SD, selalu disebutkan bahwa
 Buton merupakan penghasil aspal alam. Secara geologis ini dimungkinkan
 terbentuknya karena surface exposure dari reservoir dalam jangka waktu
 lama yang menyebabkan fraksi ringan-nya menguap dan hanya menyisakan
 fraksi berat yang bercampur dengan pasir, dan ini yang ditambang sebagai
 komoditas serta dikenal sebagai Butas (Buton-Aspal).

 Kembali ke konteks tar-sand tersebut, terutama mengingat bahwa umur
 formasinya yang sudah lanjut, apakah ini berarti bahwa prospectivity
 dari liquid hydrocarbon juga sudah berlalu?

 Mungkin ini seperti menyikapi keberadaan seepage di surface ya. Bagi
 yang optimis akan bilang oh, itu petroleum system-nya terbukti ada,
 sementara yang pesimis akan bilang oh, cari tempat lain aja, itu
 artinya sudah ada seal failure.

 Mungkin ada yang punya pendapat lain?

 Bambang

 --
 This e-mail, including any attached files, may contain confidential and
 privileged information for the sole use of the intended recipient.  Any
 review, use, distribution, or disclosure by others is strictly prohibited.
 If you are not the intended recipient (or authorized to receive information
 for the intended recipient), please contact the sender by reply e-mail and
 delete all copies of this message.



--
 http://rovicky.blogspot.com/

--Writer needs 10 steps faster than readeR --

-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: [iagi-net-l] 01:02:03 04/05/06

2006-04-05 Terurut Topik Wayan Ismara Heru Young
kalau saya setting tanggal di komputer sbb:  dd/mm/yy
  jadi di saya kiamatnya aga mundur dikit jadi jam 01:02:03 tanggal 4 mei 2006, 
masih bisa siap-siap dulu lah... :p

  On 4/5/06, Bondan Brillianto wrote:
 
  Lucu juga...
 
  On Wednesday of next week, at two minutes and three seconds after 1:00
  in the morning, the time and date will be 01:02:03 04/05/06.
 


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-




-
Talk is cheap. Use Yahoo! Messenger to make PC-to-Phone calls.  Great rates 
starting at 1cent;/min.

RE: [iagi-net-l] Re: Tar-Sand, upside dan downside.

2006-04-05 Terurut Topik Maryanto (Maryant)
 

Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] 

Kalau Sumatra Tengah terangkat 300 meter. Maka Duri menjadi Buton-nya
Sumatra.
Apakah minas juga tidak memiliki arti? Jadi bisa saja ada minas
dibalik buton ...

Ya memang ada minas di balik buton itu. Gedhe. Setidaknya pereodisasi
stukturnya.

MYT.

On 4/5/06, Bambang Murti [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Kalau kita mengingat kembali pelajaran di SD, selalu disebutkan bahwa 
 Buton merupakan penghasil aspal alam. Secara geologis ini dimungkinkan

 terbentuknya karena surface exposure dari reservoir dalam jangka waktu

 lama yang menyebabkan fraksi ringan-nya menguap dan hanya menyisakan 
 fraksi berat yang bercampur dengan pasir, dan ini yang ditambang 
 sebagai komoditas serta dikenal sebagai Butas (Buton-Aspal).

 Kembali ke konteks tar-sand tersebut, terutama mengingat bahwa umur 
 formasinya yang sudah lanjut, apakah ini berarti bahwa prospectivity

 dari liquid hydrocarbon juga sudah berlalu?

 Mungkin ini seperti menyikapi keberadaan seepage di surface ya. Bagi 
 yang optimis akan bilang oh, itu petroleum system-nya terbukti ada, 
 sementara yang pesimis akan bilang oh, cari tempat lain aja, itu 
 artinya sudah ada seal failure.

 Mungkin ada yang punya pendapat lain?

 Bambang

 --
 This e-mail, including any attached files, may contain confidential 
 and privileged information for the sole use of the intended recipient.

 Any review, use, distribution, or disclosure by others is strictly
prohibited.
 If you are not the intended recipient (or authorized to receive 
 information for the intended recipient), please contact the sender by 
 reply e-mail and delete all copies of this message.



--
 http://rovicky.blogspot.com/

--Writer needs 10 steps faster than readeR --

-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI
Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-




-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: FW: [iagi-net-l] asosiasi turbidit (laut dalam?) dengan delta

2006-04-05 Terurut Topik Ferdinandus . KARTIKO-SAMODRO
Pak Awang
Apa pengertian active margin adalah subduction zone...?
Kalau iya , apa mungkin kita ketemu shelf yang luas dan di depannya  ada
active margin...?

RE: [iagi-net-l] asosiasi turbidit (laut dalam?) dengan delta


Awang Satyana
Tue, 04 Apr 2006 21:26:47 -0700


Kalau tak mau delta sebagai feeder-nya, saya pikir jangan mencari di
setting
cekungan yang bersifat embayment (terbuka luas ke passive margin seperti
Kutei,
Sarawak, Niger, Mississipi offshore) sebab delta yang sangat besar akan
selalu
berkembang di setting ini.

  Harus dicari di wilayah2 yang delta minimal berkembang, tetapi epeiric
seas
(shelf) berkembang luas, dan di depannya adalah active margin. Contoh di
Indonesia saya pikir bisa mulai dikaji untuk turbidit ekivalen Talang Akar
di
tepi timur Pegunungan Barisan sekarang. Itu bisa menjadi turbidit yang
bukan
disuplai oleh huge delta ala Kutei-Makassar, tetapi mungkin forced
regression
di shelf pada mid-Oligocene sea level fall (30 Ma).

  Saya pikir, teman2 Medco bisa klarifikasi ini (Pak Iman, silakan...).

  salam,
  awang






|-+
| |   Awang Satyana|
| |   [EMAIL PROTECTED]|
| |   oo.com  |
| ||
| |   28/03/2006 02:25 |
| |   PM   |
| |   Please respond to|
| |   iagi-net |
| ||
|-+
  
-|
  | 
|
  |   To:   iagi-net@iagi.or.id 
|
  |   cc:   
|
  |   Subject:  Re: FW: [iagi-net-l] asosiasi turbidit (laut dalam?) dengan 
delta   |
  
-|




Januari lalu, saya (dan rombongan teman2 BPMIGAS) ke wilayah ruwet ini
bersama Pak Wartono (UGM) dan Pak Budianto Toha (UGM), itu ada di tepi
Kedung Ombo. Tersingkap di satu lokasi tak berjauhan antara sekuen Bouma
A-C dan slump structure yang ruwet itu. Karena dua2nya deep-water
sedimentation, maka gravity flow saya pikir bisa menyebabkan baik Bouma
sequence maupun struktur slump itu.

  Aktivitas gempa jelas bisa memicu sub-marine slides, dan bahkan mungkin
ini justru mekanisme utama di active margin.

  salam,
  awang

Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Bagaimana dengan gempa sebagai trigger longsoran ?

Asosiasi fluktuasi aliran sungai dalam satu tahun barangkali hanya
akan menghasilkan periode satu tahunan. Gempa memilki frekuensi cukup
sering di daerah Selatan Sumatra-Jawa. Tsunami yg terjadi kemaren
mungkin siklus 200 tahunan (?), tentunya dalam skala geologi yg jutaan
tahun merupakan frekuensi yang cukup sering terjadi. Kemungkinan
jumlah sedimennya tentunya juga tidak sedikit.

Untuk daerah2 stabil (passive margin) barangkali engga banyak
dipengaruhi kegempaan, tetapi dipengaruhi deltaic. Nah, bagaimana
dengan daerah active margin ini ?
Sumber sedimen tentusaja tetap ada, hanya apakah sandy atau shally
tergantung provenace atau material yg longsong saja lah.

Barangkali ada yg pernah melihat strutur aneh di sungai (lupa
namanya) di daerah Wonosari, yg sering dipakai sebagai stopsite
fieldtrip. Disitu terlihat skuence Tc-Td-Te yg berulang-ulang, namun
ada satu singkapan yg struturenya ruwet ndak karuwan. Dulu tahun
1990an E Mutti pernah lihat tapi duia duek saja, dan bilang dia mboh
apa itu !.


RDP



-
Talk is cheap. Use Yahoo! Messenger to make PC-to-Phone calls.  Great rates
starting at 1cent;/min.


This e-mail (including any attached documents) is intended only for the
recipient(s) named above.  It may contain confidential or legally
privileged information and should not be copied or disclosed to, or
otherwise used by, any other person. If you are not a named recipient,
please contact the sender and delete the e-mail from your system.


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Re: [iagi-net-l] Tar-Sand, upside dan downside.

2006-04-05 Terurut Topik Prasiddha Hestu Narendra
Mas Mbang, iki lho ada bincang2 di milis IAGI Juni 2005
antara P Awang dan Abah mengenai buton, kalo boleh aku
forward lagi nih. Mungkin P Awang bisa nambah info baru.

salam,
pras

Re: [iagi-net-l] Hubungan Buton dan Lengan Sulawesi Timur.]
Awang Satyana
Mon, 06 Jun 2005 23:17:40 -0700

Abah, ya Kapantoreh itu nama pegunungan di Buton utara.
Ofiolit/ultrabasa 
tersingkap baik di utara maupun selatan Buton bagian barat.
Bor terakhir di 
Buton adalah Jambu-1 (Conoco, 1992), 5015 ft, mengejar
sampai Tondo klastik, 
ada hydrocarbon shows. Kebetulan dulu saya monitoring harian
juga sumur ini 
saat masih di Pertamina Balikpapan. 
 
Tak ada strktur yang berarti di Pulau Muna dan benar hampir
seluruh 
permukaannya ditutupi karbonat Kuarter Wapolaka yang
sebagian duduk di basement 
kontinen.
 
Ada petroleum system aktif di wilayah Buton. Source-nya
sudah diidentifikasi 
dari karakterisasi geokimia, yaitu Winto dark shales yang
berumur Trias dan 
karbonatan, tipe kerogen II. Merupakan source yang
diendapkan di marine, dan 
cenderung punya API yang rendah, persis seperti di Seram
(Manusela). Wilayah 
selatan yang masih terpendam, tak seterangkat yang utara,
masih bisa prospek. 
Tetapi, tentu butuh pemelajaran lebih lanjut.
 
salam,
awang

[EMAIL PROTECTED] wrote:

\
Awang ,

Terima kasih atas penjelasannya, memang posisi Buton itu
sangat menarik ,
sayang pada saat itu pengetahuan -ku sebagai mahasiswa masih
sangat
minim m( apa iyaa sekarang sudah tidak ya  hahaha).
Tapi omong omong Kapantoreh itu kan nama daerah (pegunungan)
diutara
Pulau Buton ya ?).
Gulf Oil pernah melakukan seismik di Pulau Muna , kalau saya
tidak salah
hasilnya secara data kurang baik karena tertutup oleh
karbonat ( Muna
kan terkenal hasik kayu jatinya).

Saya tidak tahu kesimpulan sementara mengenai Pulau Buton
dan sekitarnya,
berdasarkan hasil survei dan pemboran terakhir, mungkin Anda
dapat
menjelaskan untuk kita ?
Hatur nuhun deui.

Si Abah.


Pulau Buton mungkin pulau kedua di wilayah Sulawesi yang
terkenal setelah
 Sulawesi sendiri. Dari sejak SD, anak2 sudah diajarkan
bahwa Buton
 penghasil aspal alam. Ingatan itu sangat kuat melekat
sehingga tidak
 mungkin terlupakan lagi.

 Tetapi, untuk memahami geologi dan tektonik Pulau Buton,
ia tidak bisa
 berdiri tersendiri, ia harus dipahami dengan pulau-pulau
di sekitarnya,
 terutama Pulau Muna di sebelah baratnya dan Pulau
Wangi-Wangi di sebelah
 timurnya - pulau terbesar di Kepulauan Tukang Besi.
(Mengapa orang2 Buton
 menamakan ibukotanya Bau-Bau sedangkan pulau tetangganya
Wangi-Wangi
 tentu menarik untuk mengkaji toponim-nya).

 Secara singkat, pengetahuan sekarang menempatkan Buton dan
Tukang Besi
 sebagai sebuah mikro-kontinen yang lepas dari wilayah
Australia (bisa NW
 Australia, bisa Kepala Burung Papua - kedua mintakat ini
pun berhubungan
 sebenarnya) pada sekitar pertengahan Yura dan membentur
Lengan Tenggara
 Sulawesi, yang diwakili secara frontal oleh Muna, pada
Miosen Awal. Jadi,
 Buton tak punya urusan apa pun dengan Lengan Timur
Sulawesi, tetapi ia
 memang punya urusan dengan Lengan Tenggara Sulawesi sebab
ia pernah
 membenturnya.

 Antara stratigrafi Neogen dan pra-Neogen harus dibedakan
di Buton.
 Stratigrafi pra-Neogen adalah stratigrafi asli mintakat
Australia dan
 urutannya persis seperti mikro-kontinen2 lain di Indonesia
Timur (misalnya
 : Banggai Sula, Buru Seram, Obi Bacan). Stratigrafi Buton
paling mirip
 stratigrafi Seram. Stratigrafi Neogen adalah stratigrafi
asli insitu di
 tempat ia membentur Muna. Dulu, sebelum Buton tubrukan
dengan Muna, di
 depannya tentu ada kerak samudra. Saat perbenturan
terjadi, mau tidak mau
 kerak itu tercuat, obducted, sebagian lagi terkerat-kerat,
sliced, karena
 proses konvergensi-pertemuan lempeng, yang intensif. Nah,
batuan ultrabasa
 yang Abah temukan itu adalah bagian dari kerak samudera
tadi, di Buton
 terkenal sebagai nama Kapantoreh Ophiolite Kompleks.

 Akan halnya sedimen Neogen, mereka merupakan kompleks
sedimen yang
 sebagian diendapkan sebagai foreland basin sediments
(molassic deposits)
 dihalangi oleh tinggian Kapantoreh ophiolite tadi. (dalam
gambaran yang
 sama, terjadi juga di kompleks benturan Banggai Sula vs.
Sulawesi Timur
 dengan tinggian Batui thrust sebagai barier-nya). Formasi
Tondo (klastik),
 Sampolakosa (karbonat dan napal) , Wapolaka (terumbu)
menyusun sedimen
 berturut2 sejak Miosen Tengah-Kuarter. Ini adalah batuan2
post-collision
 units.

 Setelah menubruk Muna, ternyata, Buton pun dibentur Tukang
Besi di sebelah
 timur pada Plio-Pleistosen, maka apa yang dialami Muna
dialami pula oleh
 Buton. Tabrakan berantai kalau kita boleh sebut.. Nah,
maka terumbu
 Kuarter di Buton (Wapolaka reef) itu terangkat terus.
Persis seperti
 terumbu-terumbu Kuarter di Luwuk, Sulawesi Timur. Kalau
pernah ke Luwuk,
 teras terumbu Kuarter bagus sekali kalau dilihat dari
lapangan terbang
 Bobong. Lalu, pandangan ke lepas pantai dari Luwuk, mata
kita akan
 terantuk ke pulau samar2, itulah Pulau Peleng, pulau
terbarat dari
 

Re: [iagi-net-l] ExxonMobil Terbesar di AS

2006-04-05 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
mas Bambang Pujas,
Asset negara tentunya jauh lebih besar, namun kita berkumpul menjadi
satu negara berbendera merahputih, tentunya berbeda dengan kita
berkumpul dibawah naungan perusahaan. Dibawah naungan perusahaan kita
ini buruh, dibawah naungan negara kita ini bangsa/warga.

Nah sekarang kita tengok dari aspek kekuatan mengatur (mengontrol).

Asset atau kekayaan negara Indonesia ini tentunya suangaaat buesar.
Namun pemerintah Indonesia ini miskin dalam artian nilai uang yg
dapat dipakai untuk bermain-main menjalankan ketatanegaraan yg
sangat terbatas. Namun kekayaan negara Indonesia ini tersebar di
jumlah penduduk yg 300juta. Dan sayangnya tersebar tidak merata ya.
Nah, kalau saya bandingkan dengan negara serumpun Malesa (wedian knapa
aku ini slalu nengok malesa sih :), maka Malesa ini pemerintahnya
kaya, sehingga memiliki kekuatan untuk mengontrol (power to control).
Sedangkan pemerintah Indonesia hanya memiliki sedikit uang utk dipakai
bermain-main.

Perusahaan (entitas bisnis) memiliki kekayaan (uang) cukup besar, dan
semuanya dibawah kontrol Board Directornya. Bahkan bisa saja disini
lebih besar dari nilai yg dipakai pemerintahan Indonesia. Namun tetep
saja asset totalnya jauuuh lebih kecil dari negara (karena negara
memilki teritorial, sedangkan perusahaan tidak memiliki teritorial.

Nah saya yakin suatu saat nanti entitas bisnis ini akan menembus
batas-batas negara, sedemikian sehingga negara tidak memiliki kekuatan
kontrol apapun terhadap anggota-anggotanya (rakyat dan penyelenggara
negara). Bisa saja rakyat ini menjadi loyal ke perusahaan ketimbang
loyal ke Negara.

Sebenernya yg kita ributkan selama ini hanyalah nafsu untuk
mengontrol dan mengatur jalannya kehidupan. Tidak dimilkinya kemampuan
mengontrol diri sendiri ini yg disebut sebagai terjajah (tidak
merdeka). Saya sendiri merasa di Indonesia ini kemampuan ilmiah
akademis tidak memiliki kekuatan kontrol lagi, justru politisilah yg
lebih banyak mengontrol. Segala sesuatu dipolitisir. Segalanya menjadi
membuyat.

rdp

On 4/5/06, B. Pujasmadi  [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Kalo pendapatan sebuah perusahaan lebih besar dari pendapatan negara, apa 
 itu artinya? Negara salah urus, atau sumber daya yang lemah? Padahal aset 
 negara kita mestinya jauh lebih besar dari asset perusahaan sekelas Exxon.

   BPJ

 Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Lah kalau budgetnya saja sudah berlipet-lipet dari APBN kita  makanya
 kita ndak ada apa-apanya dimata EXXON :(
 Mnurutku salah satunya ya jangan sesekali memasukkan Exxon dalam percaturan
 politik kenegaraan. Mboh gimana caranya .. pokoke setiap entity bisnis
 dihadapi dengan bisnis juga. Jangan sampai Politisi deal bisnis, wah pasti
 ambyarr deh 

 Tapi aku rasa suatu saat nanti yg disebut dengan NEGARA juga akan hilang
 dengan sendirinya seperti hilangnya kerajaan dalam perjalanan sejarah
 manusia. Jadi siapa nih yang harus dibelain kalau toh negara juga lenyap.

 RDP
 are we the Saudi's of geothermals ?
 *==

 PERINGKAT PERUSAHAAN
 ExxonMobil Terbesar di AS*


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



[iagi-net-l] Info Lowongan

2006-04-05 Terurut Topik Sukmandaru Prihatmoko
Rekan2,

 

Saya dimintai tolong kawan yang sedang mencari kandidat untuk mengisi
lowongan kerja (katanya iklan akan dimuat di Kompas dalam waktu dekat).
Perusahaan ini bergerak di eksplorasi mineral dan batubara. Yang dibutuhkan:

 

1 Sn. Accountant

1 Jr. Accountant

1 GIS operator

1 Chief Geologist, 15 year experience

3 Sn. Geologists, 5 - 8 yr experience

5 Geologists, 3 - 5 yr experience

8 Jr. Geologist, 1 - 3 yr experience (yg ini katanya fresh graduate juga
boleh nglamar)

 

Kalau tertarik, atau punya kawan dan kerabat yg tertarik, sila kirimkan 1
page summary of CV (plus foto) anda ke [EMAIL PROTECTED]

 

Mengingat mulai meningkatnya pasar geologists (susah cari geologist saat
ini), kawan saya tsb meminta bantuan saya untuk posting di milist-milist yg
relevan. Mohon maaf sebelumnya kalau mengganggu.

 

Penyampai amanat,

Daru 

 

 



RE: [iagi-net-l] ExxonMobil Terbesar di AS

2006-04-05 Terurut Topik Winderasta, Wikan (wikanw)
Ada yang menarik dari sebuah tabel : who controls the world's oil and
gas reserves (source Credit Suisse) ?
Dari data tabel tersebut top ranking dari 20-an pemegang proved reserve
terbesar adalah perusahaan nasional (yang di dominasi negara-negara
Timur Tengah, Venezuela, Rusia, Nigeria, dan Petronas). Baru peringkat
berikutnya adalah internasional merger companies (ExxonMobil sebagai
perusahaan terbesar menempati peringkat 14, disusul BP, Chevron, Shell,
Total, ConocoPhillips, dan ENI).

Sepertinya ke depan, perusahaan nasional akan lebih memegang kendali
terhadap reserve dan resource mereka sendiri. Tentunya diharapkan akan
terdapat momentum penting bagi perusahaan nasional Indonesia untuk bisa
memegang peranan lebih besar, dan seharusnya dengan imbalan peningkatan
kesejahteraan rakyat. 

WW 

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, April 05, 2006 2:30 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] ExxonMobil Terbesar di AS

mas Bambang Pujas,
Asset negara tentunya jauh lebih besar, namun kita berkumpul menjadi
satu negara berbendera merahputih, tentunya berbeda dengan kita
berkumpul dibawah naungan perusahaan. Dibawah naungan perusahaan kita
ini buruh, dibawah naungan negara kita ini bangsa/warga.

Nah sekarang kita tengok dari aspek kekuatan mengatur (mengontrol).

Asset atau kekayaan negara Indonesia ini tentunya suangaaat buesar.
Namun pemerintah Indonesia ini miskin dalam artian nilai uang yg dapat
dipakai untuk bermain-main menjalankan ketatanegaraan yg sangat
terbatas. Namun kekayaan negara Indonesia ini tersebar di jumlah
penduduk yg 300juta. Dan sayangnya tersebar tidak merata ya.
Nah, kalau saya bandingkan dengan negara serumpun Malesa (wedian knapa
aku ini slalu nengok malesa sih :), maka Malesa ini pemerintahnya kaya,
sehingga memiliki kekuatan untuk mengontrol (power to control).
Sedangkan pemerintah Indonesia hanya memiliki sedikit uang utk dipakai
bermain-main.

Perusahaan (entitas bisnis) memiliki kekayaan (uang) cukup besar, dan
semuanya dibawah kontrol Board Directornya. Bahkan bisa saja disini
lebih besar dari nilai yg dipakai pemerintahan Indonesia. Namun tetep
saja asset totalnya jauuuh lebih kecil dari negara (karena negara
memilki teritorial, sedangkan perusahaan tidak memiliki teritorial.

Nah saya yakin suatu saat nanti entitas bisnis ini akan menembus
batas-batas negara, sedemikian sehingga negara tidak memiliki kekuatan
kontrol apapun terhadap anggota-anggotanya (rakyat dan penyelenggara
negara). Bisa saja rakyat ini menjadi loyal ke perusahaan ketimbang
loyal ke Negara.

Sebenernya yg kita ributkan selama ini hanyalah nafsu untuk mengontrol
dan mengatur jalannya kehidupan. Tidak dimilkinya kemampuan mengontrol
diri sendiri ini yg disebut sebagai terjajah (tidak merdeka). Saya
sendiri merasa di Indonesia ini kemampuan ilmiah akademis tidak memiliki
kekuatan kontrol lagi, justru politisilah yg lebih banyak mengontrol.
Segala sesuatu dipolitisir. Segalanya menjadi membuyat.

rdp

On 4/5/06, B. Pujasmadi  [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Kalo pendapatan sebuah perusahaan lebih besar dari pendapatan negara,
apa itu artinya? Negara salah urus, atau sumber daya yang lemah? Padahal
aset negara kita mestinya jauh lebih besar dari asset perusahaan sekelas
Exxon.

   BPJ

 Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Lah kalau budgetnya saja sudah berlipet-lipet dari APBN kita  
 makanya kita ndak ada apa-apanya dimata EXXON :( Mnurutku salah 
 satunya ya jangan sesekali memasukkan Exxon dalam percaturan politik 
 kenegaraan. Mboh gimana caranya .. pokoke setiap entity bisnis 
 dihadapi dengan bisnis juga. Jangan sampai Politisi deal bisnis, wah 
 pasti ambyarr deh 

 Tapi aku rasa suatu saat nanti yg disebut dengan NEGARA juga akan 
 hilang dengan sendirinya seperti hilangnya kerajaan dalam perjalanan 
 sejarah manusia. Jadi siapa nih yang harus dibelain kalau toh negara
juga lenyap.

 RDP
 are we the Saudi's of geothermals ?
 *==

 PERINGKAT PERUSAHAAN
 ExxonMobil Terbesar di AS*


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI
Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-




-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran 

Re: FW: [iagi-net-l] asosiasi turbidit (laut dalam?) dengan delta

2006-04-05 Terurut Topik Awang Satyana
Ferdi,
   
  Betul, active margin adalah batas konvergensi lempeng, misalnya subduction 
atau collision. Kalau shelf, bisa berkembang luas walaupun di depannya active 
margin. Sundaland di zaman Neogen adalah shelf yang luas, termasuk yang Malacca 
dan Java Sea, dan di sisi barat serta selatannya kita tahu itu adalah active 
margin (Sumatra-Java trench). Yang tak bisa berkembang dengan baik adalah delta 
yang sangat tebal (ini milik passive margin - karena ia butuh space of 
accommodation yang hebat); tetapi kalau shelf bisa saja.
   
  salam,
  awang

[EMAIL PROTECTED] wrote:
  Pak Awang
Apa pengertian active margin adalah subduction zone...?
Kalau iya , apa mungkin kita ketemu shelf yang luas dan di depannya ada
active margin...?

RE: [iagi-net-l] asosiasi turbidit (laut dalam?) dengan delta


Awang Satyana
Tue, 04 Apr 2006 21:26:47 -0700


Kalau tak mau delta sebagai feeder-nya, saya pikir jangan mencari di
setting
cekungan yang bersifat embayment (terbuka luas ke passive margin seperti
Kutei,
Sarawak, Niger, Mississipi offshore) sebab delta yang sangat besar akan
selalu
berkembang di setting ini.

Harus dicari di wilayah2 yang delta minimal berkembang, tetapi epeiric
seas
(shelf) berkembang luas, dan di depannya adalah active margin. Contoh di
Indonesia saya pikir bisa mulai dikaji untuk turbidit ekivalen Talang Akar
di
tepi timur Pegunungan Barisan sekarang. Itu bisa menjadi turbidit yang
bukan
disuplai oleh huge delta ala Kutei-Makassar, tetapi mungkin forced
regression
di shelf pada mid-Oligocene sea level fall (30 Ma).

Saya pikir, teman2 Medco bisa klarifikasi ini (Pak Iman, silakan...).

salam,
awang






|-+
| | Awang Satyana |
| | | | oo.com |
| | |
| | 28/03/2006 02:25 |
| | PM |
| | Please respond to|
| | iagi-net |
| | |
|-+
-|
| |
| To: iagi-net@iagi.or.id |
| cc: |
| Subject: Re: FW: [iagi-net-l] asosiasi turbidit (laut dalam?) dengan delta |
-|




Januari lalu, saya (dan rombongan teman2 BPMIGAS) ke wilayah ruwet ini
bersama Pak Wartono (UGM) dan Pak Budianto Toha (UGM), itu ada di tepi
Kedung Ombo. Tersingkap di satu lokasi tak berjauhan antara sekuen Bouma
A-C dan slump structure yang ruwet itu. Karena dua2nya deep-water
sedimentation, maka gravity flow saya pikir bisa menyebabkan baik Bouma
sequence maupun struktur slump itu.

Aktivitas gempa jelas bisa memicu sub-marine slides, dan bahkan mungkin
ini justru mekanisme utama di active margin.

salam,
awang

Rovicky Dwi Putrohari wrote:
Bagaimana dengan gempa sebagai trigger longsoran ?

Asosiasi fluktuasi aliran sungai dalam satu tahun barangkali hanya
akan menghasilkan periode satu tahunan. Gempa memilki frekuensi cukup
sering di daerah Selatan Sumatra-Jawa. Tsunami yg terjadi kemaren
mungkin siklus 200 tahunan (?), tentunya dalam skala geologi yg jutaan
tahun merupakan frekuensi yang cukup sering terjadi. Kemungkinan
jumlah sedimennya tentunya juga tidak sedikit.

Untuk daerah2 stabil (passive margin) barangkali engga banyak
dipengaruhi kegempaan, tetapi dipengaruhi deltaic. Nah, bagaimana
dengan daerah active margin ini ?
Sumber sedimen tentusaja tetap ada, hanya apakah sandy atau shally
tergantung provenace atau material yg longsong saja lah.

Barangkali ada yg pernah melihat strutur aneh di sungai (lupa
namanya) di daerah Wonosari, yg sering dipakai sebagai stopsite
fieldtrip. Disitu terlihat skuence Tc-Td-Te yg berulang-ulang, namun
ada satu singkapan yg struturenya ruwet ndak karuwan. Dulu tahun
1990an E Mutti pernah lihat tapi duia duek saja, dan bilang dia mboh
apa itu !.


RDP



-
Talk is cheap. Use Yahoo! Messenger to make PC-to-Phone calls. Great rates
starting at 1ยข/min.


This e-mail (including any attached documents) is intended only for the
recipient(s) named above. It may contain confidential or legally
privileged information and should not be copied or disclosed to, or
otherwise used by, any other person. If you are not a named recipient,
please contact the sender and delete the e-mail from your system.


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-





Re: [iagi-net-l] sepiiiiiiiiiiii

2006-04-05 Terurut Topik liamsi
Sekedar meramaikan,
Tanggal 3-4 April kemarin di Bali diselenggarakan seminar
Geothermal yang diselenggarakan oleh Badan Geologi dimana IAGI
dan API diminta ikut memberikan kontribusinya / kepanitiannya,
Seminar ini  dibuka oleh Menteri ESDM , salah satu pembicaranya
Sukusen Sumarinda ( Dir Hulu Pertamina )disamping seminar tsb, ada kunjungan ke 
Lap Panasbumi Bedugul
yg selama ini cukup kontroversial ( ada penolakan yang cukup
kuat dari yang mengatasnamakan masyarakat sekitar) ternyata
dari yang dilihat kemarin sepertinya masalah masalah tsb sudah
dapat diselesaikan dg baik, bahkan para pemuka agama dan adat
berKumpul dan memeberikan dukungannya,bahkan sebagai sekurity
nya dipakai para pecalang, Proyek ini yang seharusnya untuk
tahap awal sudah hrs beroperasi pada 2006 terpaksa mundur
sampai 2-3 tahun karena berbagai permasalahan tsb.saat ini
dilapangan sedang dilakukan persiapan persiapan untuk
pengeboran sumur sumur baru.Kalau Proyek ini selesai semuanya
maka akan ada listrik yang mengalir ke Bali sebesar 175 MW dari
GeothermalDemikian sekilas info

ISM



   Rekan rekan

   Setelah libur panjang kok sepi sekali ya ?
   Padahal minggu ini liburan panjang lagi.

   Sesepi FOSI ya .

   Si - Abah


 - To 
 unsubscribe, send email to:
 iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to:
 iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti

 IAGI-net Archive 1:
 http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net
 Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
 -


___
indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id



-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: [iagi-net-l] ExxonMobil Terbesar di AS

2006-04-05 Terurut Topik yrsnki


  Vick

  Apakah Anda politics phobia


  Si-Abah




  mas Bambang Pujas,
 Asset negara tentunya jauh lebih besar, namun kita berkumpul menjadi
 satu negara berbendera merahputih, tentunya berbeda dengan kita
 berkumpul dibawah naungan perusahaan. Dibawah naungan perusahaan kita
 ini buruh, dibawah naungan negara kita ini bangsa/warga.

 Nah sekarang kita tengok dari aspek kekuatan mengatur (mengontrol).

 Asset atau kekayaan negara Indonesia ini tentunya suangaaat buesar.
 Namun pemerintah Indonesia ini miskin dalam artian nilai uang yg
 dapat dipakai untuk bermain-main menjalankan ketatanegaraan yg
 sangat terbatas. Namun kekayaan negara Indonesia ini tersebar di
 jumlah penduduk yg 300juta. Dan sayangnya tersebar tidak merata ya.
 Nah, kalau saya bandingkan dengan negara serumpun Malesa (wedian knapa
 aku ini slalu nengok malesa sih :), maka Malesa ini pemerintahnya
 kaya, sehingga memiliki kekuatan untuk mengontrol (power to control).
 Sedangkan pemerintah Indonesia hanya memiliki sedikit uang utk dipakai
 bermain-main.

 Perusahaan (entitas bisnis) memiliki kekayaan (uang) cukup besar, dan
 semuanya dibawah kontrol Board Directornya. Bahkan bisa saja disini
 lebih besar dari nilai yg dipakai pemerintahan Indonesia. Namun tetep
 saja asset totalnya jauuuh lebih kecil dari negara (karena negara
 memilki teritorial, sedangkan perusahaan tidak memiliki teritorial.

 Nah saya yakin suatu saat nanti entitas bisnis ini akan menembus
 batas-batas negara, sedemikian sehingga negara tidak memiliki kekuatan
 kontrol apapun terhadap anggota-anggotanya (rakyat dan penyelenggara
 negara). Bisa saja rakyat ini menjadi loyal ke perusahaan ketimbang
 loyal ke Negara.

 Sebenernya yg kita ributkan selama ini hanyalah nafsu untuk
 mengontrol dan mengatur jalannya kehidupan. Tidak dimilkinya kemampuan
 mengontrol diri sendiri ini yg disebut sebagai terjajah (tidak
 merdeka). Saya sendiri merasa di Indonesia ini kemampuan ilmiah
 akademis tidak memiliki kekuatan kontrol lagi, justru politisilah yg
 lebih banyak mengontrol. Segala sesuatu dipolitisir. Segalanya menjadi
 membuyat.

 rdp

 On 4/5/06, B. Pujasmadi  [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Kalo pendapatan sebuah perusahaan lebih besar dari pendapatan negara,
 apa itu artinya? Negara salah urus, atau sumber daya yang lemah?
 Padahal aset negara kita mestinya jauh lebih besar dari asset
 perusahaan sekelas Exxon.

   BPJ

 Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Lah kalau budgetnya saja sudah berlipet-lipet dari APBN kita 
 makanya
 kita ndak ada apa-apanya dimata EXXON :(
 Mnurutku salah satunya ya jangan sesekali memasukkan Exxon dalam
 percaturan
 politik kenegaraan. Mboh gimana caranya .. pokoke setiap entity
 bisnis
 dihadapi dengan bisnis juga. Jangan sampai Politisi deal bisnis, wah
 pasti
 ambyarr deh 

 Tapi aku rasa suatu saat nanti yg disebut dengan NEGARA juga akan
 hilang
 dengan sendirinya seperti hilangnya kerajaan dalam perjalanan sejarah
 manusia. Jadi siapa nih yang harus dibelain kalau toh negara juga
 lenyap.

 RDP
 are we the Saudi's of geothermals ?
 *=
 PERINGKAT PERUSAHAAN
 ExxonMobil Terbesar di AS*


 -
 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti

 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
 -





-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: [iagi-net-l] Tar-Sand, upside dan downside.

2006-04-05 Terurut Topik Awang Satyana
Belum ada info baru lagi Mas Pras, tetapi kelihatannya Buton sedang cukup 
intens dilirik orang ya, beberapa bulan terakhir ini saya suka ditanyai soal 
Buton. 
   
  Cekungan kawan senasibnya, yang sama-sama dibenturkan ke sisi timur 
Sulawesi, yaitu Cekungan Banggai-Sula baru saja berubah status jadi cekungan 
produksi (dari lapangan minyak Tiaka - JOB Pertamina-Medco Tomori). Cekungan 
Buton pun, kalau tereksplorasi dengan baik, tak menutup kemungkinan akan 
mengalami nasib baik seperti kawannya itu.
   
  Seperti kata Mas Bambang, sejak dari SD, anak2 sudah diajari bahwa di situ 
ada aspal alam. Sebagai geologist, kita tahu itu adalah hidrokarbon juga. 
Tinggal dicari saja dengan lebih teliti di mana yang masih fase minyaknya. 
Memang kecenderungan jadi aspalnya besar, sebab kerogen type-nya setipe kerogen 
type marin di Seram dengan API rendah dan S tinggi. Sekali ter-ekspos ke 
meteoric water flushing dan biodegradasi, gampang saja jadi tarmat dan aspal.
   
  Mana upside, mana downside di Buton dan hubungannya ke karakter minyaknya 
bisa dipakai model pola biodegraded dan unbiodegraded Klamono field (Pertamina) 
di Salawati Basin. Klamono field terbiodegradasi tingkat mild (dari karakter 
minyaknya hanya normal-alkane nomor rendah yang dimakan, belum kelompok2 no k 
tinggi - lihat publikasi saya di proceedings PIT IAGI 2000, Satyana and 
Wahyudin, 2000 :  Meteoric water flushing and microbial alteration of Klamono 
and Linda oils, Salawati Basin, Eastern Indonesia : geochemical constraints, 
origin, and regional implications). 
   
  Klamono duduk di flank barat Ayamaru Platform. Di Klamono Kais carbonates 
jadi reservoir produktif, di Ayamaru Platform Kais carbonates jadi akuifer. Di 
Klamono, bidegradasi berjalan mild. Bisa diprediksikan bahwa makin ke timur 
mendekati Ayamaru Platform biodegradasi akan makin parah, dan makin ke barat 
dari Klamono biodegradasi akan makin berkurang. Benar, semua sumur yang dibor 
di timur Klamono berisi kalau tak tar maka aspal (contoh : Klamumuk menembus 
tar mat di Kais levelnya). 
   
  Jadi, kalau cari minyak di Buton carilah down-side aspal Buton ke arah mana 
reservoir tenggelam, dan jangan cari reservoir dengan temperatur  80 deg C.
   
  Kalau saya sih, lebih memandang surface seeps dengan optimis : sudah terjadi 
generasi minyak nih di wilayah ini ! daripada dengan pesimis berkata 
wah...seal failure ! (sama gembiranya kalau melihat gas chimney di seismik 
daripada yang adem ayem saja).
   
  salam,
  awang 

Prasiddha Hestu Narendra [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Mas Mbang, iki lho ada bincang2 di milis IAGI Juni 2005
antara P Awang dan Abah mengenai buton, kalo boleh aku
forward lagi nih. Mungkin P Awang bisa nambah info baru.

salam,
pras

Re: [iagi-net-l] Hubungan Buton dan Lengan Sulawesi Timur.]
Awang Satyana
Mon, 06 Jun 2005 23:17:40 -0700

Abah, ya Kapantoreh itu nama pegunungan di Buton utara.
Ofiolit/ultrabasa 
tersingkap baik di utara maupun selatan Buton bagian barat.
Bor terakhir di 
Buton adalah Jambu-1 (Conoco, 1992), 5015 ft, mengejar
sampai Tondo klastik, 
ada hydrocarbon shows. Kebetulan dulu saya monitoring harian
juga sumur ini 
saat masih di Pertamina Balikpapan. 

Tak ada strktur yang berarti di Pulau Muna dan benar hampir
seluruh 
permukaannya ditutupi karbonat Kuarter Wapolaka yang
sebagian duduk di basement 
kontinen.

Ada petroleum system aktif di wilayah Buton. Source-nya
sudah diidentifikasi 
dari karakterisasi geokimia, yaitu Winto dark shales yang
berumur Trias dan 
karbonatan, tipe kerogen II. Merupakan source yang
diendapkan di marine, dan 
cenderung punya API yang rendah, persis seperti di Seram
(Manusela). Wilayah 
selatan yang masih terpendam, tak seterangkat yang utara,
masih bisa prospek. 
Tetapi, tentu butuh pemelajaran lebih lanjut.

salam,
awang

[EMAIL PROTECTED] wrote:

\
Awang ,

Terima kasih atas penjelasannya, memang posisi Buton itu
sangat menarik ,
sayang pada saat itu pengetahuan -ku sebagai mahasiswa masih
sangat
minim m( apa iyaa sekarang sudah tidak ya  hahaha).
Tapi omong omong Kapantoreh itu kan nama daerah (pegunungan)
diutara
Pulau Buton ya ?).
Gulf Oil pernah melakukan seismik di Pulau Muna , kalau saya
tidak salah
hasilnya secara data kurang baik karena tertutup oleh
karbonat ( Muna
kan terkenal hasik kayu jatinya).

Saya tidak tahu kesimpulan sementara mengenai Pulau Buton
dan sekitarnya,
berdasarkan hasil survei dan pemboran terakhir, mungkin Anda
dapat
menjelaskan untuk kita ?
Hatur nuhun deui.

Si Abah.


Pulau Buton mungkin pulau kedua di wilayah Sulawesi yang
terkenal setelah
 Sulawesi sendiri. Dari sejak SD, anak2 sudah diajarkan
bahwa Buton
 penghasil aspal alam. Ingatan itu sangat kuat melekat
sehingga tidak
 mungkin terlupakan lagi.

 Tetapi, untuk memahami geologi dan tektonik Pulau Buton,
ia tidak bisa
 berdiri tersendiri, ia harus dipahami dengan pulau-pulau
di sekitarnya,
 terutama Pulau Muna di sebelah baratnya dan Pulau
Wangi-Wangi di sebelah
 timurnya - pulau terbesar di Kepulauan 

Re: [iagi-net-l] ExxonMobil Terbesar di AS

2006-04-05 Terurut Topik Noel Pranoto
Pak, apa iya kekayaan negara kita terletak di penduduknya yg 300 juta
jiwa? Lha wong income per capita-nya saja cuma US$3,700 per tahun
dibanding Malaysia yang US$10,400? Kalo penduduknya banyak tapi miskin
(dlm terminology purchasing power) ya kategorinya tetap negara miskin.


 sangat terbatas. Namun kekayaan negara Indonesia ini tersebar di
 jumlah penduduk yg 300juta. Dan sayangnya tersebar tidak merata ya.
 Nah, kalau saya bandingkan dengan negara serumpun Malesa (wedian knapa
 aku ini slalu nengok malesa sih :), maka Malesa ini pemerintahnya
 kaya, sehingga memiliki kekuatan untuk mengontrol (power to control).
 Sedangkan pemerintah Indonesia hanya memiliki sedikit uang utk dipakai
 bermain-main.


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



[iagi-net-l] Shale-Gas Play : Exploring and Producing Gas from Source Rocks

2006-04-05 Terurut Topik Awang Satyana
Belakangan, konsep eksplorasi dan memproduksi gas dari serpih yang berkualitas 
sebagai batuan induk ramai dikerjakan perusahaan2 pemain gas di wilayah 
midcontinent US. Tak perlu lagi mencari reservoir batupasir/karbonat/basement 
yang berindikasi mengandung gas, cari saja langsung batuan induknya (serpih) 
bor, retakkan (fract), dan produksikan gasnya. 
   
  Metode ini sebenarnya sudah terbukti sejak 1998, saat gas diproduksikan dari 
Barnett shale (berumur Karbon) di cekungan Fort Worth north-central Texas. 
Pekerjaan2 tujuh tahun terakhir menunjukkan bahwa potensinya terus mengembang, 
bahkan ada yang memprediksikan bahwa gas produksi gas dari Barnett shale bisa 
melampaui produksi gas dari lapangan gas terbesar di US, Hugoton Field. 
Sebanyak 1 TCFG telah diproduksikan dari Barnett shale ini sampai akhir 2005 
kemarin (AAPG Explorer edisi Februari 2006). Devon Energy, pemain gas 
terbesar di US midcontinent telah mengebor sebanyak 2000 sumur produksi untuk 
menguras gas di Barnett shale.
   
  Apakah hanya di Fort Worth Basin ? Tidak, belakangan ditemukan pula shale-gas 
play di Fayetteville shale di Arkoma Basin (Arkansas-Oklahoma) yang seumur 
dengan Barnett shale. Sebanyak 80 sumur telah dibor operator2 gas di wilayah 
ini dan umumnya menemukan gas. Tebal shale bervariasi dari 50-75 ft di 
Arkansas, 300 ft di bagian timur Arkoma, sampai melebihi 1000 ft di wilayah 
Mississippi Embayment. 
   
  Apa syarat-syarat utama play ini ? Shale harus punya kualitas source rock 
yang baik, gas-generative capacity yang baik,  harus matang, fracturability 
yang tinggi-bedded (agar mudah di-frac), horizontal drilling. Maka evaluasi 
geologi-geokimia yang baik, teknik horizontal drilling dengan geo-steering yang 
baik, dan production dengan frac technology  adalah mutlak diperlukan.
   
  Frac technology dalam hal ini sama saja dengan meniru proses alamiah ekspulsi 
gas dari shale yang memang melalui microfracturing di fissile zones serpih kaya 
organik tersebut. Maka semakin fissile shale itu semakin baik.
   
  Kalau suatu saat ditemukan shale dengan log GR off-scale dan high resistive, 
jangan dilewatkan, itu berpotensi shale-gas play. Tak perlu reservoir, tak 
perlu perangkap, hanya perlu shale yang kaya organik, matang, bor horizontal 
dan frac !
   
  salam,
  awang


-
Talk is cheap. Use Yahoo! Messenger to make PC-to-Phone calls.  Great rates 
starting at 1cent;/min.

Re: [iagi-net-l] klasifikasi basement cekungan di Indonesia (mohon pencerahan)

2006-04-05 Terurut Topik Y S Yuwono

Salam,

Dengan makin menipisnya sediaan HC dunia, basement menjadi kian penting 
untuk dipelajari, lebih-2 dengan adanya temuan basement produktif di 
beberapa cekungan termasuk di Indonesia. Mempelajari basement cukup sulit 
karena terbatasnya samples yang tersedia. Oleh karena itu samples yang 
sedikit itu hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk dipelajari dari 
berbagai aspect. Karena rekan-rekan di Pers Minyak tidak terlalu familiar 
dengan jenis batuan basement, sebaiknya minta bantuan para hard rocker yang 
berpengalaman untuk mempelajarinya, sehingga dapat diperoleh informasi yang 
maksimal atas samples basement yang dimiliki Oil Companies, saya siap bila 
diperlukan.

Salam,
YSY


- Original Message - 
From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]

To: iagi-net@iagi.or.id; [EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, April 04, 2006 10:28 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] klasifikasi basement cekungan di Indonesia (mohon 
pencerahan)



Basement, penting diklasifikasikan karena anggapan umum bahwa hidrokarbon 
selama ini terjadi (statistik) selalu berasosiasi dengan basement 
kontinental atau attenuated-continental crust atau minimal intermediate 
(accreted) crust, dan bukan dengan yang oseanik. Apakah ini benar atau 
salah kaprah ? Statistik mungkin benar, tetapi tak selalu terhubung ke 
kebenaran geologi. Kita bisa diskusikan ini di kesempatan lain.


 Para pemain di basement sekarang tentu perlu lebih detail mengevaluasi 
basement sebab mereka harus tahu kecenderungan basement ini untuk retak 
(menjadi reservoir), dan itu benar akan ada pengaruh dari tipe basement 
dan umurnya. Basement yang granitik tentu akan beda dengan basement yang 
sekis misalnya saat kena kompresif. Basement yang lebih tua tentu telah 
lebih banyak mengalami deformasi dibandingkan yang lebih muda, ini jelas 
akan berpengaruh ke peluang pembentukan retakan.


 Basement juga punya pengaruh ke konduktivitas termal heatflow dari 
mantel, dan ini adalah sebagian unsur dari pembentuk sejarah termal 
cekungan. Pada basement2 yang hasil akresi seperti di Sumatra, perlu juga 
diketahui pola akresi basement2 itu karena ini akan mempengaruhi pola 
deformasi di cekungan di atasnya. Dan, tingginya GG di Sumatra Tengah yang 
anomali itu dicurigai juga sebagai akibat tingginya heatflow di sepanjang 
pola akresi Mutus Assemblage.


 Secara regional, klasifikasi basement untuk cekungan2 di indonesia sudah 
lama dibuat orang. Detailed basement per cekungan ada sebagian, terutama 
yang produktif di Indonesia Barat.


 salam,
 awang

[EMAIL PROTECTED] wrote:
 saya kurang tahu kenapa harus ada klasifikasi basement berdasarkan umur 
dan

jenisnya ...?
apakah nantinya berhubungan dengan gradien geothermal untuk pematangan
source rocks...?

Regards

Kartiko-Samodro
Telp : 3852



|-+
| | oki musakti |
| | | | o.com |
| | |
| | 29/03/2006 06:08 |
| | PM |
| | Please respond to|
| | iagi-net |
| | |
|-+

-|

| |
| To: iagi-net@iagi.or.id |
| cc: |
| Subject: Re: [iagi-net-l] klasifikasi basement cekungan di Indonesia 
(mohon pencerahan) |

-|





Pertanyaan dan usul menarik. BTW sebelumnya, yang dimaksud 'basement' ini
apakah batuan beku atau metamorf yang menjadi 'alas' dari formasi2 sedimen
diatasnya?

Saya rasa ada-tidaknya (thermogenic) HC accumulation tidak (terlalu)
tergantung pada umur basement tapi lebih dari dipengaruhi umur, 
konfigurasi

dan kedalaman batuan sediment atasnya ie. control pada source rock
maturity, migration dan entrapment.

Apalagi kalau kita bicara biogenic HC. Kalau ini mah benar-benar gak
peduli umur batuan. Asal sarat-sarat pembentukannya misalnya rapid
sedimentation, adanya methane forming bacteria dll terpenuhi.

Ini kalau kita masih berada dalam koridor organic origin of HC. Kalau
bicaranya anorganic HC source ya lain lagi ceritanya.

Wallahu'alam
Oki
johnson achmad paju wrote:
beberapa jam lalu saya baru membaca sedikit tentang sengkang basin di
west arm sulawesi, ternyata menurut (grainge  davies, IPA, 1983)...
basement cekungan ini adalah pre-miocene (probably Eocene) volcanic Langi
Formationhal ini tentunya sangat berbeda bila kita bandingkan dengan
basement yang ada cekungan2 penghasil migas misalnya NSB, SSB, CSB, NW
java, East java, Kutai dlsb. yang mungkin sebagian besar berumur mesozoik,
paleozoik atau bahkan pre-kambrium (?)

nah yang jadi pertanyaan saya apakah sudah ada yang pernah
mengklasifikasikan cekungan2 di indonesia berdasarkan umur basement nya ?
mungkin hal itu juga cukup signifikan dalam eksplorasi HC di setiap
cekungan, kalo beberapa waktu ini kita kenal ada istilah siklus I
(inversion deposit), II (rifting deposit) dan III (basement)...nah bisa2
yang rancu adalah pemahaman tentang siklus III nya