RENUNGAN
IDA ARIMURTI KAMIS, 25 AGUSTUS 2005 : Allah tidak pernah tidur Malam telah larut
saat saya meninggalkan kantor. Telah lewat pukul 11
malam. Pekerjaan yang menumpuk, membuat saya harus pulang selarut ini. Ah, hari yang
menjemukan saat itu. Terlebih, setelah beberapa saat berjalan, warna langit tampak memerah. Rintik hujan
mulai turun. Lengkap sudah, badan yang lelah ditambah dengan "acara"
kehujanan. Setengah berlari saya mencari tempat
berlindung. Untunglah, penjual nasi goreng yang mangkal di pojok jalan, mempunyai tenda sederhana. Lumayan, pikir saya. Segera saya berteduh, menjumpai bapak
penjual yang sendirian ditemani rokok dan lampu petromak yang masih menyala. Dia menyilahkan saya duduk. "Disini
saja dik, daripada kehujanan...," begitu katanya saat saya meminta ijin
berteduh. Benar saja, hujan mulai deras, dan kami
makin terlihat dalam kesunyian yang pekat. Karena merasa tak nyaman atas
kebaikan bapak penjual dan tendanya, saya berkata, "tolong bikin mie
goreng pak, di makan disini saja. Sang Bapak tersenyum, dan mulai menyiapkan
tungku apinya. Dia tampak sibuk. Bumbu dan penggorengan pun telah siap untuk di
racik. Tampaklah pertunjukkan sebuah pengalaman yang tak dapat diraih dalam
waktu sebentar. Tangannya cekatan sekali meraih botol kecap
dan segenap bumbu. Segera saja, mie goreng yang mengepul telah terhidang.
Keadaan yang semula canggung mulai hilang. Basa-basi saya bertanya, "Wah
hujannya tambah deras nih, orang-orang makin jarang yang keluar ya Pak?"
Bapak itu menoleh kearah saya, dan berkata, "Iya dik, jadi sepi nih
dagangan saya.." katanya sambil menghisap rokok dalam-dalam. "Kalau hujan begini, jadi sedikit yang
beli ya Pak?" kata saya, "Wah, rezekinya jadi berkurang dong
ya?" Duh. Pertanyaan yang
bodoh. Tentu saja tak banyak yang membeli kalau hujan begini. Tentu, pertanyaan
itu hanya akan membuat Bapak itu tambah sedih. Namun, agaknya saya keliru... "Gusti Allah, ora sare dik, (Allah itu tidak
pernah istirahat), begitu katanya. "Rezeki saya ada dimana-mana. Saya
malah senang kalau hujan begini. Istri sama anak saya di kampung pasti dapat
air buat sawah. Yah, walaupun nggak lebar, tapi lumayan lah tanahnya."
Bapak itu melanjutkan, "Anak saya yang disini pasti bisa ngojek payung
kalau besok masih hujan.....". Degh. Dduh, hati saya tergetar. Bapak itu benar,
"Gusti Allah ora sare". Allah Memang Maha Kuasa, yang tak pernah
istirahat buat hamba-hamba-Nya. Saya rupanya telah keliru memaknai hidup.
Filsafat hidup yang saya punya, tampak tak ada artinya di depan perkataan sederhana
itu. Makna nya terlampau dalam, membuat saya banyak berpikir dan menyadari
kekerdilan saya di hadapan Tuhan. Saya selalu berpikiran, bahwa hujan adalah bencana,
adalah petaka bagi banyak hal. Saya selalu berpendapat, bahwa rezeki itu selalu
berupa materi, dan hal nyata yang bisa digenggam dan dirasakan. Dan saya juga
berpendapat, bahwa saat ada ujian yang menimpa, maka itu artinya saya cuma
harus bersabar. Namun saya keliru. Hujan, memang bisa menjadi bencana, namun
rintiknya bisa menjadi anugerah bagi setiap petani. Derasnya juga adalah berkah bagi sawah-sawah yang
perlu diairi. Derai hujan mungkin bisa menjadi petaka, namun derai itu pula
yang menjadi harapan bagi sebagian orang yang mengojek payung, atau mendorong
mobil yang mogok. Hmm...saya makin bergegas untuk menyelesaikan mie
goreng itu. Beribu pikiran tampak seperti lintasan-lintasan cahaya yang
bergerak di benak saya. "Ya Allah, Engkau Memang Tak Pernah
Beristirahat" Untunglah,hujan telah reda, dan sayapun telah selesai makan. Dalam perjalanan pulang, hanya kata itu yang teringat,
Gusti Allah Ora Sare..... Gusti
Allah Ora Sare..... Begitulah, saya sering takjub pada hal-hal kecil yang
ada di depan saya. Allah memang selalu punya banyak rahasia, dan mengingatkan
kita dengan cara yang tak terduga. Selalu saja, Dia memberikan Cinta kepada
saya lewat hal-hal yang sederhana. Dan hal-hal itu, kerap membuat saya menjadi
semakin banyak belajar. Dulu, saya berharap, bisa melewati tahun ini dengan
hal-hal besar, dengan sesuatu yang istimewa. Saya sering berharap, saat saya
bertambah usia, harus ada hal besar yang saya lampaui. Seperti tahun
sebelumnya, saya ingin ada hal yang menakjubkan saya lakukan. Namun, rupanya tahun ini Allah punya rencana lain buat
saya. Dalam setiap doa saya, sering terucap agar saya selalu dapat belajar dan
memaknai hikmah kehidupan. Dan kali ini Allah pun tetap memberikan saya yang terbaik. Saya tetap belajar, dan terus belajar,
walaupun bukan dengan hal-hal besar dan istimewa. Aku berdoa agar diberikan kekuatan...Namun, Allah memberikanku cobaan agar aku kuat
menghadapinya. Aku berdoa agar diberikan
kebijaksanaan...Namun, Allah memberikanku masalah agar aku mampu memecahkannya. Aku berdoa agar diberikan
kecerdasan...Namun, Allah memberikanku otak dan pikiran agar aku dapat belajar
dari-Nya. Aku berdoa agar diberikan
keberanian...Namun, Allah memberikanku persoalan agar aku mampu menghadapinya. Aku berdoa agar diberikan cinta dan kasih
sayang..... Namun, Allah memberikanku orang-orang yang
luka hatinya agar aku dapat berbagi dengannya. Aku berdoa agar diberikan
kebahagiaan...Namun, Allah memberikanku pintu kesempatan agar
aku dapat memanfaatkannya.
|
- [Ida-Krisna Show] RENUNGAN IDA ARIMURTI KAMIS, 25 AGUSTUS... Ida arimurti
- Re: [Ida-Krisna Show] RENUNGAN IDA ARIMURTI KAMIS, 2... Bambang Darusman