artikel spt ini bisa cukup bagus mensemangati org
setidaknya agr hidup ini jgn putus asa dgn kekurangan
thd yg lain walau sbenarya kekurangan itu bukanlah
kekurangan scr hakiki, tapi kurang mesyukuri ni'mat
Allah SWT.

bg si mata satu (dajjal?), yaitu org yg melihat dgn
cara sepihak, hanya akan mengatakan sukses sesiapa dgn
usahanya tapi mereka tak peduli dgn usahanya itu baik
atw buruk. 

contoh, 
pengusaha judi/germo/bar elite di kampung2 barat,
kalau diwawancarai bisa juga merendah hati bahwa dulu
dirinya begitu gigih lakukan ini-itu hingga skrg
'sukses'. tapi ya sukses yg begitu arah.

entahlah 
george soros, yg pialang saham? 
robert muppet, yg engkongnya berita? 
---

maaf,
ini bukan hendak membiaskan tujuan artikel itu
disampaikan, tapi dgn tulus ingin lbh mengajak pd
temans Muslim agr jgn turut terbawa menilai ssorg itu
sukses semata dari materinya saja, tapi perhatikan
juga usaha apa & bgmana meraihnya. 



salam,
Fahru
--- Agus Safudi - HRD <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

                
>       
> Thursday, 03 February 2005
> 
> 
> 
> Berikut ini dipaparkan beberapa kutipan Purdi E
> Chandra, pendiri Primagama dan Entrepreneur
> University yang menjadi pembicara utama dalam
> seminar yang mengangkat tema "gila", maka setiap
> ungkapan yang dikemukakan Purdi terasa "gila" dan
> membuat peserta tertawa.
> 
>  
>
<http://www.purdiechandra.com/images/stories/purdiphoto09.jpg>
> Saya masuk kuliah di empat universitas tapi tidak
> selesaikan kuliah. Tapi saya juga heran kenapa bisa
> dirikan Primagama, sebuah lembaga bimbingan belajar
> terbesar di Indonesia yang cabangnya sampai ratusan.
> 
> Padahal saya tidak terlalu pintar-pintar amat.
> Makanya saya berpikir kalau kita terlalu pintar
> menyebabkan terlalu banyak pertimbangan, yang
> akhirnya tak ada sama sekali yang bisa dikerjakan.
> Makanya mungkin alangkah baiknya anak kita jangan
> terlalu pintar (hadirin tertawa). Anak saya yang di
> SMP ranking 11 langsung minta mobil. Ini sudah luar
> biasa dibandingkan sebelumnya yang ranking 20-an.
> Dia juga mau jadi pengusaha. Lihat saja banyak orang
> pintar tapi tidak mau kerja.
> 
> 
> Untuk mau menjadi pengusaha jangan terlalu banyak
> pertimbangan. Laksanakan saja niat itu dan tunggu
> hasilnya. Coba lihat pakar akuntansi tidak mau
> berusaha karena apa. Yah itu tadi karena mereka
> belum berusaha sudah takut jadi pengusaha, karena
> mereka sudah mempelajari dulu hitung-hitungan
> menjadi pengusaha yang mengerikan makanya mereka
> takut sebelum berusaha.
> 
> Lalu kenapa orang mau jadi pengusaha. Saya kira Jaya
> Setiabudi sudah memaparkan banyak tadi. Yah jadi
> pengusaha itu misalnya gini, saya merasa tiap hari
> kerjanya apa. Paling kalau ada yang mau
> ditandatangani baru muncul. Makanya yang perlu
> diketahui calon pengusaha tidak usah muluk-muluk
> kalu sudah bisa tanda tangan yah bagus-lah (hadirin
> tertawa).
> 
> Pengusaha itu tidak perlu tinggi-tinggi sekolah,
> karena yang mereka perlukan hanya tahu tanda tangan
> dan mengingat bentuk tanda tangannya jangan sampai
> salah tanda tangan satu dengan lainnya.
> 
> Selain itu, pengusaha kebanyakan dari orang malas.
> Sebab orang yang sudah pintar itu diperebutkan sama
> perusahaan untuk menjadi karyawan. Makanya yang jadi
> pengusaha itu dulunya orang malas. Orang malas
> sebenarnya bukan hal yang negatif karena melihat
> pengalaman selama ini, kebanyakan mereka yang jadi
> pengusaha. 
> 
> Nah, orang pintar akan dibutuhkan pengusaha sebagai
> tulang punggung perusahaan. Misalnya, saya sebagi
> Direktur, banyak pegawai saya adalah para doktor,
> sementara saya tamat kuliah juga tidak. Paling saya
> membuat akademi perguruan tinggi dan memanggil para
> doktor mengajar di tempat saya dan gelar saya dapat
> dari akademi saya sendiri. 
> 
> Setelah berbicara bahwa seorang pengusaha tak harus
> pintar, pendiri lembaga pendidikan Primagama dan
> Entrepreneur University, Purdie E Chandra, mengupas
> pembicaraan mengenai fungsi otak kanan sebagai salah
> satu tips menjadi pengusaha, berikut beberapa
> petikannya.
> 
> Untuk menjadi pengusaha memang harus sedikit "gila".
> Lebih gila lagi kalau teman-teman tidak mau jadi
> pengusaha (hadirin tertawa). Untuk menjadi seorang
> pengusaha pakailah otak kanan Anda. Kalau perlu
> jangan gunakan sama sekali otak kiri. Kenapa harus
> otak kanan?
> 
> Ini yang lucu karena otak kanan mengajarkan kita hal
> yang tidak rasional. Berbeda dengan otak kiri, ia
> memberitahukan sesuatu yang rasional, teratur, dan
> berurut-urut. Misalnya begini, murid SD disuruh
> kreatif sama gurunya. Ia disuruh membuat gambar
> pemandngan. Karena dari dulu gambar pemandangan yang
> ia tahu hanya yang ada gunung lalu dibawahnya jalan
> raya dan sungai, maka sampai dia SMU pun hanya
> gambar itu yang ia tahu. Ketika diperintahkan
> menggambar pemandangan. Ini keteraturan tapi tidak
> ada kreativitas. Kalau ada otak kanan maka ia akan
> memberitahukan sesuatu yang lebih kreatif. Lalu,
> apakah Anda mau dari dulu jadi karyawan terus
> menerus, tidak kreatif ingin menjadi pengusaha dan
> punya karyawan.
> 
> Atau begini, anda bangun setiap pagi, mandi, naik
> angkot ke kantor, bekerja lalu menjelang sore pulang
> ke rumah setelah itu tidur dan besoknya lagi ke
> kantor. Itu dijalani selama belasan tahun bahkan
> sampai kakek-nenek. Dan sama sekali terbatas waktu
> yang sebanyak-banyaknya dengan orang luar yang lain
> dari yang dibayangkan.
> 
> Itulah keteraturan dan yang mengatur semua itu
> adalah otak kiri. Apakah Anda mau seprti itu
> seterusnya? Makanya gunakanlah otak kanan. Mau jadi
> pengusaha biasakanlah otak kanan Anda yang bekerja.
> Dan Anda tak perlu setiap hari ke kantor dan pulang
> sore.
> 
> Kenapa tangan kanan kita selalu bergerak? Karena
> yang menggerakan adalah otak kiri makanya teratur
> hasilnya. Lalu, apakah kita harus seperti anak SD
> terus yang hanya pintar menggambar pemandangan satu
> model yang diajarkan gurunya?
> 
> Otak kanan tidak banyak hitungan atau pertimbangan
> macam-macam. Ia lebih banyak mengerjakan apa yang
> dipikirkannya. Kalau mau usaha jangan terlalu banyak
> hitung-hitungan. Waktu bikin banyak usaha saya tidak
> banyak hitung-hitungan dan Alhamdulillah sukses.
> Saya kira banyak pengusaha lain yang seperti itu.
> Lihat saja beberapa orang terkaya di dunia tidak
> sampai selesai kuliahnya, Bill Gates misalnya bahkan
> dia menjadi penyokong dana utama Harvard University
> (Universitas ternama dunia di Amerika).
> 
> Ibaratkan kita mau jadi pengusaha itu sama seperti
> ketika hendak masuk kamar mandi. Kenapa? Karena
> masuk kamar mandi kita tidak berpikir-pikir....kalau
> kebelet....yah langsung masuk saja. Terserah di
> dalam kamar mandi "sukses" atau tidak itu urusan
> belakang. Kalau di dalam kamar mandi tidak ada sabun
> kan kita akhirnya keluar juga dan ada upaya untuk
> mencari. Orang terkadang akan mencari sesuatu apapun
> yang menurutnya mendesak dengan berbagai cara. Kalau
> pun pada saat itu tidak ada sabun di rumah ia akan
> berusaha untuk mencari sabun sampai dapat. Untuk
> latih otak kanan tidak perlu sekolah-sekolah tinggi.
> Anak saya yang SMP sekarang kalau bukan karena takut
> ditanya calon mertua kelak, mungkin dia sudah
> berhenti sampai SMP saja. Jangan sampai calon mertua
> nanti tanya, anaknya lulusan apa? (peserta seminar
> tertawa).
> 
> bersambung....
> 



        
                
__________________________________ 
Do you Yahoo!? 
Yahoo! Mail - You care about security. So do we. 
http://promotions.yahoo.com/new_mail
_______________________________________________
is-lam mailing list
is-lam@milis.isnet.org
http://milis.isnet.org/cgi-bin/mailman/listinfo/is-lam

Kirim email ke