*APAKAH PETRUS PAUS YG PERTAMA?*

 Perkataan Yesus kepada Petrus, "*Engkau adalah Petrus dan di atas batu
karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku*" telah menyebabkan badai
perdebatan yang belum mereda selama berabad-abad. Gereja Katolik Roma
menyatakan bahwa kata-kata ini membuktikan Petrus telah dijadikan lebih
unggul daripada rasul-rasul lainnya dan penghormatan ini telah dialihkan
kepada paus-paus Gereja Katolik Roma. Dan kesimpulannya, ketika berbicara
tentang takhta Petrus, yaitu *ex cathedra*, maka ia tidak mungkin bersalah.

Kewenangan Paus tidak lagi diterima secara serius oleh umat Katolik seperti
dulu. Ketika ia berbicara mengenai keburukan Keluarga Berencana atau dosa
perceraian, perkataannya sering kali tidak dihiraukan oleh banyak orang
Katolik, khususnya di Amerika Serikat. Dewasa ini banyak orang yang
menganggap dirinya orang-orang Katolik yang baik tidak sependapat dengan
paus mengenai peran wanita di dalam gereja dan bahkan mengenai aborsi. Namun
ajaran resmi Katolik Roma yang menyangkut kewenangan gereja dalam
persoalan-persoalan seperti itu masih tetap berlaku.

*Bagaimanakah gagasan kepausan ini muncul dan mengapa?*

*Suatu Permulaan*

Tahun 452 SM, ketika Attila, orang Hun, memimpin pasukan berkudanya menuju
Sungai Donau dengan maksud menguasai bagian barat dari Kerajaan
Romawi. Serangan
yang mendadak melintasi pegunungan Alpen membawanya ke Italia bagian utara.
Ia bergerak terus menuju Roma sampai ia berjumpa dengan suatu delegasi
Romawi, yang memohonnya untuk meninggalkan daerah itu. Ia baru saja hendak
mengabaikan mereka ketika ia mendengar bahwa Leo, uskup Roma, ada diantara
rombongan itu, sebagai Kerajaan Romawi. Mereka saling berhadapan, seorang
raja asing dan seorang pemimpin gereja yang memerintah. Menurut beberapa
sejarawan, Attila sudah memutuskan bahwa ia tak dapat meneruskan usaha
penaklukannya karena memburuknya keadaan pasukannya disebabkan perjalanan
kaki yang jauh. Bagaimanapun juga, ia menyetujui permintaan Leo untuk
menyelamatkan ibu kota. Hal ini menjadikan Leo lebih ulung, bukan saja
sebagai seorang pemimpin agama, tetapi juga sebagai seorang politikus.

Apakah sangkut-pautnya dengan perkembangan kepausan? Leo, yang dikenal dalam
sejarah sebagai *Leo Agung*, memanfaatkan kepercayaan yang makin kuat bahwa
perkataan Kristus kepada Petrus, "*Engkau adalah Petrus dan di atas batu
karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku*," dapat dipakai untuk para uskup
Roma. Ini memberinya keunggulan dan wewenang yang ia butuhkan untuk
memerintah.

Akan tetapi, mengapakah kehormatan ini harus diberikan kepada uskup Roma?
Betapapun, gereja dimulai di Yerusalem, dan jemaat-jemaat penting lainnya
terdapat di tempat-tempat seperti Antiokhia di Siria dan Efesus. Namun,
ingatlah bahwa Roma adalah ibukota Kerajaan Romawi. Kota ini mempunyai
kekuatan dan pengaruh politik, sebuah kota tempat orang-orang percaya
mula-mula mendirikan sebuah gereja Kristen yang kuat. Beberapa perkiraan
menetapkan jumlah orang-orang percaya di Roma sekitar 30 ribu orang. Di
barat, baik gereja maupun kotanya tidak mempunyai saingan. Lagi pula, para
penulis Kristen yang mula-mula mengatakan bahwa Petrus dan Paulus telah
mendirikan gereja di Roma. Lalu timbullah pemikiran bahwa uskup Roma menjadi
calon pengganti rasul-rasul tersebut.

Lalu kita harus memahami sesuatu tentang struktur gereja. Uskup-uskup
bermunculan diberbagai bagian yang berbeda dari negeri itu, tetapi
kadangkala mereka berkumpul bersama untuk bersidang dan mendiskusikan
masalah-masalah gereja. Seperti yang dapat diduga, uskup dari gereja-gereja
yang lebih penting mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam
pertemuan-pertemuan tersebut. Jadi beberapa uskup mulai menjalankan
kekuasaan atas daerah-daerah geografis tertentu. Gerejka-gereja yaang lebih
kecil mempunyai imam yang memberi laporan kepada uskup. Dengan demikian,
Roma bertambah besar kewenangan dan kekuasaannya.

Akhirnya, semua ini mencapai puncaknya. Setelah Konstantinus menjadi kaisar
pada tahun 312, ia memutuskan untuk memindahkan ibukota Kerajaan Romawi ke
Roma Baru, yaitu Konstantinopel, sebuah kota yang ia namakan menurut namanya
sendiri. Jadi, kekuatan politik beralih dari barat ke timur (Yunani ada di
Timur dan melambangkan suatu garis pemisah di antara barat dan timur). Ketika
Konstantinus mengatur Konsili yang terkenal pada tahun 325, maka itu
diselenggarakan di Nicea, hanya beberapa mil dari Konstantinopel.

Persaingan di antara kedua kota itu berkembang. Suatu hari Kaisar dari
Konstantinopel
mengadakan sidang umum, seperti yang telah dilakukan oleh Konstantinus. Akan
tetapi, ia mengundang uskup-uskup dari bagian timur kerajaan sedangkan uskup
Roma diabaikan. Konsili ini menyelesaikan beberapa persoalan teologis,
tetapi juga menyatakan bahwa wewenang uskup Konstantinopel berada pada
peringkat kedua setelah uskup Roma karena Konstantinopel adalah "Roma Baru".

Sementara itu, di "Roma Lama", pernyataan ini ditafsirkan sebagai suatu
tantangan terhadap wewenang uskup Roma. Maka pada suatu sinode pada tahun
berikutnya di Roma, uskup-uskup barat menandaskan, "Gereja Roma yang kudus
harus lebih diutamakan daripada gereja-gereja lainnya, bukan berdasarkan
keputusan sinode, tetapi karena kepadanya telah diberi keunggulan oleh
perkataan Tuhan dan Penebus kita di dalam kitab Injil ketika Ia berkata,
"Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan
jemaat-Ku."

Demikianlah, suasana teologis ketika Leo menjadi uskup. Secara politik,
kekuasaan Roma mulai berkurang dan karena itu alasan lama mengenai
keunggulan gereja Roma oleh sebab kekuasaan dan pengaruh Roma kurang
berpengaruh. Tetapi ini tak menjadi soal. Sekarang Roma dapat menuntut
keunggulannya berdasarkan keunggulan Petrus. Dan karena kemerosotan politis
kota itu, maka uskup sanggup menjalankan kekuasaan yang lebih besar.

Leo benar-benar menyadari kedudukan tinggi yang telah ia warisi. Jadi, pada
hari pelantikannya ia menegaskan bahwa jabatannya yang baru meninggikan
"kemuliaan Rasul Petrus yang kudus... dalam takhtanya, kuasanya
dilangsungkan dan kewenangannya bersinar." Kristus berjanji untuk mendirikan
gereja-Nya di atas Petrus, dan inilah penggenapan perkataan-Nya. Leo adalah
seorang pengkhotbah dan organisator yang baik. Ia mengambil banyak prinsip
pemerintahan Romawi dan menerapkannya kepada gereja. Organisasi gereja
dibakukan di seluruh kerajaan.

Meskipun Leo telah berhasil mencegah serangan Attila orang Hun, ia tidak
sanggup mencegah kaum Vandal yang menyerang Roma pada tahun 455. Di pintu
gerbang kota Roma, Leo bertemu dengan *Gaiseric*, raja orang Vandal, yang
telah membawa pasukannya sampai ke sebelah utara sungai Tiber. Leo memohon
belas kasihan, tetapi kaum Vandal menjarah Roma selama 14 hari. Mereka
menjarah istana-istana, menahan tawanan politik dan bahkan anggota-anggota
dari kaum aristokrat sebagai sandera politik. Dengan kapal-kapal yang sarat
dengan harta benda dan manusia, kaum Vandal berlayar menuju Kartago.

Uskup Leo menghibur penduduk dan menaikkan ucapan syukur kepada Allah. Oleh
karena ia menjadi penengah kepada raja Vandal, suatu pembunuhan masal telah
dihindari dan sebagian gereja-gereja terlindungi. Ia mengajak rakyat Roma
untuk mengakui bahwa Allah telah melembutkan hati kaum barbar itu. *Bruce
Shelley* dalam penelitiannya tentang sejarah gereja mengatakan bahwa Leo
tidak menyebut dirinya dan ia tidak perlu melakukannya, meskipun ia telah
menyelamatkan Roma untuk kedua kalinya. "Ia telah memakai gelar kafir yang
kuno *Pontifex Maximus*, imam besar keagamaan di seluruh kerajaan, dan semua
orang mengerti bahwa Leo-lah, bukan Kaisar, yang telah memikul tanggung
jawab atas kota yang kekal itu. Petrus telah mulai berkuasa."

Setelah melompat beberapa abad ke depan, kita kembali melihat persaingan
yang terjadi antara *uskup Roma dan uskup Konstantinopel*. Kedua bagian
gereja ini berpisah semakin jauh. Berabad-abad telah berlalu sampai suatu
hari pada tahun 1054, ketika suatu kebaktian akan dimulai di gereja Himat
Kudus di Konstantinopel, dua orang wakil dari gereja Roma muncul dan
meletakkan suatu *bula paus* (suatu pengumuman resmi dari paus) di atas
Altar. Uskup Roma, secara resmi mengucilkan uskup Konstantinopel. Akan
tetapi, uskup Konstantinopel tidak gentar. Bula itu akhirnya dibuang di
jalan ketika seorang diaken gereja itu mendesak utusan dari Roma untuk
membawanya kembali. Jadi blok timur dari Kekristenan memisahkan dirinya dari
Roma. Peristiwa ini menjelaskan adanya Gereja Ortodoks Timur, yang
menguatkan banyak ajaran agama (meskipun dengan berbagai perbedaan yang
penting), tetapi menolak untuk menerima kekuasaan Paus. (bersambung).

*Para Paus dan Kekuasaan Politik*

*Perselisihan Antara Paus dan Kaisar*

*Perang Salib*

*Kekacauan di dalam Kepausan*

*Paus Tidak Mungkin Bersalah*

*Kepausan dan Perjanjian Baru*


 *www.dede-wijaya.co.cc*

*www.dedewijaya.co.cc*

*www.dedewijaya83.co.cc*

*dedewijaya.blogspot.com*

*dedewijaya83.blogspot.com*

*dedewijaya.multiply.com*

*dedewijaya83.multiply.com*

*dedewijaya.wordpress.com*

*www.sabdaspace.org/blog/dedewijaya*

*www.in-christ.net/blog/dedewijaya*


Posisi teologi:

*Gereja Fundamental Baptist Independent Alkitabiah*

*Dispensational in theology
Pre-Tribulational Rapture Pre-millennial
Textus Receptus and Masoretic Text (traditional-text based)
Baptism by immersion
Six-day literal creation
Literal & Grammatical & Historical in hermeneutics*

Kirim email ke