hanya sekedar berbagi, mudah-mudahan menjadi tambahan wawasan...

salam
:)
--------------------------------
     Bismillaahirrohmaanirrohiim
Cinta Tanah Air Bagian Dari Iman
                   IO
--------------------------------

> From: "maiyah kc"
> To:
> Sent: Tuesday, February 28, 2006 7:29 AM
> Subject: [padhang-mbulan] Karikatur Cinta
>
> fwd from Gatra Nomor 15, Senin, 20 Februari 2006
> Karikatur Cinta
>
> PERGOLAKAN tingkat dunia yang diawali karikatur Jyllands-Posten mungkin
akan berlangsung lebih lama, jauh dan mendalam dibandingkan dengan yang kita
bayangkan, kita analisis dan perhitungkan. Ia bukan sekadar ''lagu pop''
tentang Islamofobia, ''iman'' demokrasi dan hegemoni tafsir atas term
terorisme.
>
> Mungkin juga lebih dari sekadar asumsi tentang rasa seteru dolar terhadap
euro, desain global penguasaan atas bumi yang sedang tiba pada ''bantingan
kartu'' tertentu di samping tahap-tahap scheduling kartu-kartu lain sejak
glasnost dan perestroika yang ''mendemokratiskan'' Uni Sovyet, kemudian
Afghanistan, Irak, mendung berarak sekilas-sekilas di angkasa Suriah dan
Iran, kemudian juga Indonesia: yang pilihan kartunya lain dari yang lain.
>
>
> Lebih dari sekadar peristiwa politik, ideologi, dan kebudayaan: bisa jadi
skala waktu yang melatarbelakangi karikatur itu adalah peradaban yang cukup
panjang. Denmark bukan Britain yang punya pengalaman pergaulan dan apresiasi
terhadap Islam berabad-abad lamanya. Denmark adalah salah satu bagian dari
wajah gemerlap Skandinavia yang sangat percaya pada tingkat tinggi
kedewasaan demokrasi yang telah dicapainya. Salah satu ''ayat'' utama
demokrasi, yakni kebebasan ekspresi, yang secara khusus dimanifestasikan
oleh kebebasan pers sehari-hari, dijunjung sedemikian rupa sehingga tidak
bisa dibayangkan bahwa agama, nabi, kitab suci, atau Tuhan akan dihormati
melebihi kebebasan ekspresi.
>
> Dan di puncak keindahan bebasnya ekspresi itu, jika seseorang harus
menyusun kalimat, menggubah lagu, menggoreskan lukisan, atau menggambar
karikatur -- maka tema primernya, untuk situasi mutakhir dunia yang sangat
direpotkan oleh terorisme, dan itu diidentikkan dengan Islam -- tak ada lain
kecuali ungkapan kejengkelan, rasa sebel, mungkin sampai ke tingkat benci,
kepada Islam. "For the sake of freedom of expression," kata Jyllands-Posten,
"the only thing expressed by the cartoons, however, was contempt for
Muslims."
>
>
> Ludah
>
> Dalam sebuah peperangan, menantu Muhammad SAW, yakni Ali ibn Abi Thalib --
yang di samping seorang teolog, spiritualis, budayawan, ahli strategi
sosial, pendekar bela diri yang tak terkalahkan dalam olah pedang, juga
seorang ilmuwan yang disepakati oleh semua ulama sebagai pemilik ''puncak
kefasihan'' atau nahjul-balaghah -- berhasil mengalahkan lawannya. Ali
berhasil memukul pedang lawannya hingga terlempar, kemudian menjatuhkannya
dan menudingkan ujung pedang itu di leher lawannya. Ia tinggal
menusukkannya, dan itu tidak melanggar HAM atau disebut pelaku kekerasan,
sebagaimana ribuan tentara Belanda dulu mati di tanah air kita sama sekali
bukan karena menjadi korban gerakan kekerasan bangsa Indonesia.
>
>
> Namun tiba-tiba lawannya yang tergeletak itu meludahi wajah Ali. Ali
kaget, mengusap lelehan air ludah di wajahnya, terdiam sesaat, kemudian
menarik pedangnya dan beranjak pergi meninggalkan lawan yang dengan satu
gerakan kecil bisa dibunuhnya. Tatkala seseorang bertanya kepadanya kenapa
ia malah pergi dan bukan membunuh musuhnya padahal diludahi segala, Ali
menjawab: "Karena aku diludahi, maka timbul amarah dan rasa benci di dalam
hati saya kepadanya. Karena itu, saya meninggalkannya, karena betapa
marahnya Tuhan kepada saya kalau saya membunuh lawan saya itu disebabkan
oleh amarah dan kebencian."
>
>
> Tidak perlu ada pameran tentang kearifan, kebesaran jiwa, atau kemurnian
nilai dari peristiwa Ali itu, karena setiap manusia dalam sejarah
masing-masing sudah dibekali Tuhan akal, kecerdasan, kepekaan rohani, dan
pemetaan nilai-nilai. Tetapi mungkin perlu ada transfer fakta bahwa Ali
adalah menantu seorang yang setiap kali dipaksa melakukan peperangan: ia
selalu menyusun strategi yang tujuan utamanya adalah meminimalkan korban di
kedua pihak. Sehingga, pada seluruh peperangan yang pernah Muhammad SAW
alami, keseluruhan korban di bawah 500 orang.
>
>
> Jika Engkau Memaafkan
> Ada seorang teman bernama Abdullah ibn Ubay, yang kerjanya tiap
hari --benar-benar tiap hari: mengejek Muhammad SAW, menyindir-nyindir,
melecehkan, dan menghinanya. Itu berlangsung sepanjang hidup Muhammad SAW.
Atas keadaan ini, bikinlah sayembara: siapa pun yang bisa menemukan satu
kata saja balasan ejekan atau hinaan dari Muhammad SAW, apalagi kemarahan
dan tindakan kekerasan --boleh diambil dari bahan sejarah yang mana pun,
dari buku hadis, sunah Rasul maupun sirah Rasul-- mari kita urunan untuk
memberi hadiah kepada yang bisa menemukannya. Termasuk tak ada satu kata
buruk pun dari mulut Muhammad SAW atas orang-orang kampung Thaif yang
mengusirnya dan melemparinya dengan batu hingga berdarah.
>
>
> Allah sendiri memberikan acuan moral yang jelas kepada setiap orang yang
dianiaya. Ia secara yuridis berhak melakukan hal yang sama, tak boleh lebih,
kemudian dikunci oleh-Nya dengan keindahan: "Jika engkau memaafkannya, itu
lebih baik di hadapan-Ku."
>
>
> Muhammad SAW adalah manusia jelata (ia menolak menjadi mulkan-nabiyya atau
nabi yang raja, dan memilih menjadi 'abdan-nabiyya, yakni nabi yang rakyat
jelata) yang amat sengsara selama hidupnya, juga disengsarakan sesudah
matinya, bahkan sampai berabad-abad sesudah itu. Fitnah dan kesalahanpahaman
publik adalah menu utamanya. Panjang rumahnya 4,80 cm, lebarnya 4,62 cm.
Allah tak mengizinkannya sekadar untuk punya satu anak lelaki, kecuali si
Qosim yang diambil oleh-Nya kembali di masa kanak-kanaknya. Menantunya
dibunuh orang. Kedua cucunya juga. Cucu pertamanya diracun oleh istrinya
sendiri, ketahuan olehnya, ia memaafkannya, kemudian besok paginya diracun
lagi dan meninggal. Cucu yang kedua bukan hanya dibunuh, tapi kepalanya
diseret dengan kuda sejauh ratusan kilometer, sehingga kuburannya di dua
tempat.
> Muhammad SAW amat suka kambing bakar, khususnya kaki depan sebelah kiri.
Dan kaki itulah yang dipanggang oleh Zaenab, seorang wanita Yahudi, dilumuri
racun dan disuguhkan kepada beliau. Tubuh Muhammad SAW panas parah karena
itu, dirawat di rumah Maimunah, tapi kemudian beliau meminta pindah opname
di rumah Aisyah. Sebab Maimunah masih familinya sendiri, sehingga
orang-orang yang bukan keluarganya tidak bebas membesuk beliau. Dengan
pindah ke rumah Aisyah, maka semua golongan, parpol, ormas, lain agama dan
aliran, punya peluang yang sama untuk menjenguk beliau.
>
>
> Mencicipi Kesengsaraannya
> Ini orang menjahit pakaiannya sendiri, menambal sepatunya sendiri, selama
hidupnya tidak pernah makan kenyang tiga hari berturut-turut kecuali selalu
ada hari-hari kelaparan. Istrinya tidak pernah bisa seminggu penuh
menyuguhkan makanan secara sempurna kecuali selalu ada saat-saat panjang
yang tak ada apa pun yang bisa disiapkan di meja makan rumah tangga mereka.
>
> Jika di malam hari salat tahajud terlalu lama di masjid sehingga pulang
terlambat, suami yang kalau bersuara selalu lirih dan kalau berjalan selalu
menundukkan muka ini merasa pekewuh untuk membangunkan istrinya, sehingga
tidur beralaskan kayu di depan pintu rumahnya.
>
> Tentu semua gambaran kemelaratan itu bukanlah melankoli kesengsaraan. Tapi
fitnah yang menimpanya sepanjang sejarah mungkin takkan tertanggungkan oleh
siapa pun lainnya. Salah satu puncak kesengsaraan Muhammad SAW terkandung di
balik salah satu statemennya yang penuh kedalaman duka: "Al-Islamu mahjubun
bil-Muslimin." Islam ditutupi oleh kaum muslimin. Entah sedikit, entah
sejumlah, entah banyak, entah kebanyakan -- perilaku kaum muslimin bukan
hanya tidak merepresentasikan Islam, lebih dari itu bahkan menutupi Islam.
Menutupi itu melenyapkan, meniadakan.
>
> Beribu kali saya terlibat dalam forum massa, umum maupun kaum muslimin,
dan yang terindah adalah tatkala forum itu diberi judul "Memetik
Kesengsaraan Rasulullah".
>
> Beberapa kawan menanyakan, apakah saya tidak tersinggung atau marah atas
karikatur di Denmark itu. Dengan sangat hati-hati saya memberikan beberapa
jawaban: dengan segala keburukan dan kehinaan, saya ini amat amat amat
mencintai Rasulullah Muhammad SAW. Ia manusia yang paling mencintai Allah
dan paling dicintai Allah: bagaimana mungkin ada satu molekul dari hidup
saya yang tak berisi cinta kepadanya. Kadar cinta saya kepada beliau membawa
saya naik mabuk di atas mabuk, melayang lebih dari segala melayang,
meringkuk lebih dari segala meringkuk, bahkan jauh melebihi kehidupan dan
kematian saya.
>
>
> Segala hinaan, ejekan, lecehan, dan cercaan, sampai tingkat sebrutal apa
pun, tak akan mengurangi kadar cinta saya, 1 cc-pun. Cinta kepada Rasulullah
memenuhi jiwa dan hidup saya, sehingga cinta saya kepada keluarga, khalayak,
bangsa, negara, dan umat manusia: menjadi lebih indah, bercahaya, dan penuh
kedamaian, di kandungan cinta kepada beliau. Sedahsyat-dahsyat penghinaan
tak bisa menandingi kedahsyatan dan mutlaknya kematian, padahal cinta saya
kepada beliau mengatasi hidup dan mati. Dan kalau Rasulullah tidak pernah
marah, bahkan bersikap lembut dan selalu memaafkan orang yang menghinanya:
bagaimana mungkin orang yang mencintai Rasulullah berani melakukan yang
bukan kelembutan dan permaafan?
>
>
> Juga titipan Allah melalui Muhammad SAW yang bernama Islam sangat memberi
saya kecerdasan, kecerahan, kekuatan, dan ketenteraman -- yang tak akan bisa
seserpihkan dikurangi kadarnya oleh segala jenis penghinaan. Islam sangat
memberi perlindungan dan sandaran. Islam sendiri tidak memerlukan saya, saya
yang membutuhkan Islam. Bahkan, kalau boleh berterus terang, segala macam
cercaan itu tidak berakibat apa-apa selain menambah senyuman saya dalam
Islam dan memupuk cinta saya kepada Muhammad SAW. Penghinaan itu bahkan
membantu dan menambahi tingkat tinggi maqam surga beliau.
>
>
> Adapun tentang teman-teman Denmark itu, apakah engkau tidak mempelajari
sejarah mereka, alam pikiran mereka, pengalaman peradaban mereka: sehingga
engkau kaget oleh jenis ekspresi mereka? Atas dasar kenyataan ke-Denmark-an
yang mana dan dimensi apa pada realitas alam pandang mereka sehingga engkau
mengharapkan sesuatu yang bukan seperti karikatur itu? Kenapa engkau
mengharapkan ayam mengembik atau mengharuskan kambing berkokok?
>
>
> Pun tentang kaum muslimin yang berang, marah, naik pitam, mengamuk: kenapa
engkau heran atau mengharapkan mereka tak berbuat seperti itu? Apa engkau
kira mereka adalah Ali bin Abi Thalib? Berdasarkan tradisi pendidikan Islam
yang mana, kebudayaan keagamaan kaum muslimin yang mana, kedewasaan,
kearifan, dan kematangan kemanusiaan yang mana -- sehingga engkau
memprihatinkan amuck mereka?
>
>
> Saya tidak akan meludahi mukamu, sebab aku tidak yakin engkau akan tidak
marah juga seperti itu, bahkan dendammu mungkin akan tak pernah lenyap
sepanjang hidupmu. Saya juga tak akan pernah membuat karikatur menggambar
wajahmu seperti kera atau tokek, karena yang amat tersinggung pasti bukan
hanya engkau, melainkan juga keluargamu, familimu, orang segolonganmu,
masyarakatmu, mungkin juga bangsa dan negaramu. Kalau aku meludahi wajahmu
karena demikianlah kebebasan ekspresiku, maka engkau pun menempeleng
kepalaku sebab demikian jugalah kebebasan ekspresimu.
>
> [Untuk itu marilah..] Kita gambar bersama-sama saja karikatur-karikatur
cinta.
>
>
> Emha Ainun Nadjib
> Budayawan
> [Kolom, Gatra Nomor 15 Beredar Senin, 20 Februari 2006]
>



Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh 
manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya 
adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan. 
Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu 
wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang 
tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas 
yang engkau mampu. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/keluarga-islam/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke