Wassalaamu `alaikum
Terimakasih Bang Anut atas penjelasan yg diberikan,
Saya menilainya sudah cukup jelas dan clear sehingga
tidak perlu lagi dipermasalahkan mengenai tambahan kata tersebut.
karena kata yg berlebihan saya rasa sudah punya gambaran masing-2,
seperti,  
Kepada yth, Ibuku yg kurindukan
dengan
Kepada Yth, yg kurindukan dan yang kukasihi serta kucintai Ibuku yang tersayang.
 
Mengenai syahadat yg dicampur jawa (“kanjeng”) atau (bahasa arab dicampur jawa), bagaimana itu?, barangkali masih teringat oleh kita beberapa waktu yg lalu orang sholat menggunakan bahasa Indonesia, sahkah?
~
Sebenarnya saya pribadi ingin menyampaikan kepada saudara kita
Agar tidak mengambil bulat-bulat terhadap semua dalil, sebagaimana telah
disampaikan pula oleh saudara kita Pak Munif.
Jika hal itu terjadi maka akan lahir perkara-perkara yg membingungkan, coba kita lihat:
 
Hadits yg berbunyi “Sholatlah kalian sebagaimana engkau melihat aku sholat”
Apa jadinya? akhirnya menyalahkan orang yg mengatakan berbeda laki-laki dan
perempuan. Padahal kita lihat sendiri bagaiman hadits yg shohih mengenai perbedaan laki-laki dan perempuan dalam menegur Imam.
Lalu apa jadinya hadits dibawah ini jika terjadi pada perempuan dalam sholat:
“Diriwayatkan daripada Abdullah bin Malik bin Buhainah r.a katanya: Sesungguhnya ketika Rasulullah s.a.w mengerjakan sembahyang, baginda merenggangkan kedua tangannya sehingga ternampak putih di ketiak baginda.”
Perempuan yg merapatkan sikut ditentang total dangan dalil yg diatas tadi
“…sebagaimana sholat nabi”, apa jadinya jika putih ketiak perempuan tampak
dalam sholat padahal kita tau batas aurat laki-laki dan perempuan.
 
Atau laki-laki silahkan renggangkan tangan lebar-lebar saat shaff dalam keadaan rapat, apa yg terjadi ketika saudara anda bangkit dari sujud??? (kepala atau telinga membentur sikut, akhirnya telinga jadi merah).
 
Mau merenggangkan tangan atau tidak silahkan saja, karena dalam sholat
Yg saya tau ada syarat, ada rukun, ada sunat haiatussholah dan ada pula sunnat ab`atussholah.
Tapi sebaiknya tidak memberi harga mati lalu mencela yg lain.
 
Seperti pula hadits shohih tentang TASBIH dan TAHMID yg dibaca 33x, apakah harus segitu jumlahnya? Apakah bid`ah jika saya baca 94x atau 106x ???
 
Berikutnya, bagaimana jika hadits dibawah dipaksa harus dilakukan???
“Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya: Dari Nabi s.a.w baginda bersabda: Sesiapa yang menjenguk-jenguk ke dalam rumah sesuatu kaum tanpa mendapat izin mereka, maka di halalkan bagi mereka untuk mencungkil matanya”
 
Demikian saudaraku, semoga hal ini tidak merenggangkan persaudaraan diantara kita (kau dan aku), semata-mata harapanku agar kita saling berbagi pengetahuan, namun bagaimana bisa jika sebelumnya telah tertanam dihatimu kebencian kepada saudaramu ini? (Tapi semoga saja tidak)
 
Marilah kita saling berkasih sayang, sungguh kecintaanku kepadamu sebagaimana pula kecintaanku terhadap diriku sendiri.
 
Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya Sesungguhnya Rasulullah s.a.w bersabda: Janganlah kamu berbicara dengan ucapan yang buruk, janganlah kamu sindir menyindir, janganlah kamu memperdengarkan khabar orang lain dan janganlah sebahagian kamu menjual atas jualan sebahagian yang lain. Sementara itu, jadilah kamu sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara.
 
Demikian mohon maaf jika ada kesalahan,
Wallahu a`lam


banganut <[EMAIL PROTECTED]> menulis:
Kepada: keluarga-islam@yahoogroups.com
Dari: "banganut" <[EMAIL PROTECTED]>
Tanggal: Sun, 17 Sep 2006 01:27:32 -0000
Topik: Balasan: [keluarga-islam] Re: Kenapa Pakai "Syayyidina" ?

Saya coba susun :
berawal dari ayat yg di tulis sdr "Nashir Ahmad M.":
[Q.S. 24.An-Nuur 63]. "Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur- angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih."
Lalu dari hadits yang ditulis sdr "Al-Fatih":

 "Jauhilah oleh kamu sekalian sikap berlebihan, karena sesungguhnya sikap berlebihan itulah yang telah menghancurkan umat-umat sebelum kamu." Dan, dari Ibnu Mas'ud r.a., bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, "Binasalah orang yang berlebih-lebihan dalam tindakannya. " (HR Muslim).
"Janganlah kamu berlebih-lebihan memujiku,  sebagaimana orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan memuji (Isa)  putra Maryam. Aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah, 'Abdullah  wa rasuluhu (hamba Allah dan Rasul-Nya)'. " (HR Bukhari dan Muslim).
(Penj. berkenaan hadits ini di jelaskan maksudya oleh Bambang Kartika :
sesungguhnya yang dimaksud berlebih-lebihan seperti kaum nasrani adalah dimana menempatkan seseorang sebagai anak tuhan / anak Allah, dalam kontek disini nabi Isa mempunyai kelebihan / mujizat dan kemudian di sejajarkan dengan Allah, bahkan didalam kontek yang lain Nabi Isa sebagai penebus segala dosa anak manusia.
)

Kesimpulan sementara;
Panggilan, pujian, penghormatan yang menyimpang sehingga seperti sejajar dengan Tuhan sebagaimana yang dilakukan oleh nasrani atau yahudi, menyebut Isa anak Allah, atau Malaikat anak Allah. Dalam hal panggilan seperti ini, tentu tidak ada yang mempertentangnya.

Sedangkan pemanggilan yang bersifat penghormatan, pujian, panggilan yaitu sayyid (sayyidina) atau sejenisnya, apakah boleh ?
Sebelum kearah sana, tentu kita perlu bertanya apakah arti sayyid itu sendiri, secara umum kita tahu bahwa arti kata tersebut adalah tuan  kalau dalam bahasa inggrisnya sir/Mr.


Sekarang dalil-dalil dalam pemanggilan, pujian, penghormatan terhadap nabi s.a.w.

1. Namanya saja tanpa embel-embel selain nama
"Al-Fatih":
"Allahumma shalli 'ala Muhammadin wa 'ala ali Muhammad, kama
shallaita 'ala Ibrahim wa 'ala ali Ibrahim. Wa barik 'ala Muhammad
wa 'ala ali Muhammad kama barakta 'ala Ibrahim wa 'ala ali Ibrahim,
fil 'alamina innaka Hamiidun Majiid."

Artinya:
"Ya, Allah curahkanlah shalawat kepada () Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah curahkan shalawat kepada () Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, curahkanlah barakah kepada () Muhammad dan
keluarganya, sebagaimana Engkau telah curahkan barakah kepada () Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha
Mulia." (HR. Al Bukhari dan Muslim)
(Penj. anut : () Arti sebelumnya ada kata Nabi, yaitu Nabi Muhammad atau Nabi Ibrahim, saya hapus mengikuti sesuai dengan tulisan arabnya tanpa ada kata Nabi)
2. Ada embel-embel selain nama

"DodiIndra":
'Anna ibni Mas'ud RA qoola : Qoolannabiy SAW : Idzaasholaytum 'alay faakhsinuu sh-sholaata fainnakum laattadruuna la'alladzaika yu'rudhu 'alayya, faquluu : Allohummaaj'alla sholawaatuka waruhmatuka wabarokatuhu 'alay sayyadinaal mursaliina wa imaamil muttaqiina wakhoottaminnabiyyana 'abdika warosuulika 'imaamulkhoiri warosuulirrohmati, Allohummaabasyhul maqoomalmahmuuda walladzii yaghiithohul 'awwaluuna wal'akhiruuna ( 'HR Al Daylamiy )
(Penjelasan anut : Kalau kita merujuk dari hadits ini malah lebih banyak lagi gelar Muhammad bukan hanya sayyid)
Ibnu Mas'ud berkata : " Sesungguhnya Nabi SAW bersabda : Bila Ingin membaca sholawat kepadaku maka bacalah dengan baik, maka sesungguhnya kamu tidak tahu bahwa itu akan diperlihatkan kepadaku, maka katakanlah : Yaa Alloh, jadikanlah sholawatMU dan RohmatMU serta BErkahMU atas BAginda sebagai utusan (SAYYIDINA MURSALIN) dan Imam bagi orang yang taqwa serta penutup para Nabi, sebagai hamba-MU dan utusanMU, panutan
kebaikan dan rosul pembawa rohmat. Ya Alloh, jadikanlah dan berikanlah
kedudukan yang Mulia kepada orang yang membangunkan orang-orang yang
pertama dan yang terakhir " ( HR. Dailamy )

Kesimpulan sementara;
a. Pemanggilan Nabi s.a.w dengan nama saja "Muhammad" tanpa embel-embel bisa dibenarkan
b. Pemanggilan Nabi s.aw. dengan embel-embel lain juga masih dibenarkan selama tidak sejajar dengan Allah sebagaimana pemberlakuan nasrani terhadap Isa dan Yahudi terhadap Malaikat.

Kesimpulan:

Alangkah indahnya shalawat seiring juga dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul
Alangkah malunya banyak shalawat tapi maksiat jalan terus

Tidak ada gunanya banyak pujian terhadap Nabi, ataupun tidak memuji dengan memanggil nama saja jika ketaatan dalam mewujudkan Islam secara kaffah di muka bumi ini. Sebagaimana dalam al-Qur'an, jika kamu tanya siapakah Tuhan kalian ? mereka menjawab: Allah, tetapi mereka masuk neraka karena tidak taat. Atau
Sebagaimana dalam qur'an tentang orang yang menyalahkan pemimpin yang mereka puji tapi menjerumuskan mereka kedalam neraka karena mentaati perintah yang bertentangan dengan Allah. Yang halal mereka haramkan, yang haram mereka halalkan.
Inilah hakekat pujian, penghormatan terhadap Allah dan Muhammad, wujud dari ketaatan itu sendiri. sebagaimana sikap orang mukmin pada zaman nabi tentang ayat:
"Infiru khifafan wa tsiqalan" Berangkatlah baik dalam keadaan ringan atau pun berat atau sebagaimana orang yang menjual harta dan jiwanya kepada jalan Allah yang dijanjikan Allah surga bagi mereka.

Wassalam

anut




Apakah Anda Yahoo!?
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!
__._,_.___

Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan.
Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas yang engkau mampu.





SPONSORED LINKS
Single family home Family home finance Family home
Family home mortgage Family home business

Your email settings: Individual Email|Traditional
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch to Fully Featured
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe

__,_._,___

Kirim email ke