LINDUNGILAH KAMI DARI PENGUASA YANG ZALIM

Jalaluddin Rakhmat
(buletin al-tanwir, Nomor 101, Edisi 7 Oktober  1997]

Kini kita akan membahas ayat wa iyyaka nasta’in. di antara permohonan
tolong kita kepada Allah ialah agar kita dilindungi dari laknat
penguasa yang zalim. Beberapa waktu yang lalu, ketika saya berulang
tahun, anak-anak saya memberikan hadiah buku. Salah satu di antaranya
berjudul serial killers, pembunuh berantai dalam sejarah. Buku itu
membuat saya ngeri. Kok bias, orang membunuh dengan sewenang-wenang.
Buku ini mulai berkisah tentang para penguasa yang zalim dan para
bangsawan yang kejam.


            Di daerah Rumania, di sebauh Negara bagian, ada seorang
raja. Namanya Vlad. Ia mempunyai kebiasaan yang sangat aneh.
Diceritakan bahwa di kerajaanya banyak sekali gelandagan, orang-orang
miskin yang kelaparan. Oleh raja, para gelandangan dan orang miskin
itu diundang ke istananya. Kemudian ia makan malam, dan menyembelih
mereka, atau memasukkanya ke suatu tempat untuk dibakar hidup-hidup.
Hal itu ia lakukan sambil menikmati makan malamnya. Katanya, itu salah
satu cara untuk mengatasi kemiskinan. Vlad mempunyai kebiasaan
menikmati kesenangan dalam menyiksa orang sambil makan. Salah satu
siksaan yang paling ia sukai adalah meletakkan korban di atas ujung
logam yang sangat tajam. pantat korban itu diletakkan di atas ujung
logam tersebut. Kalau orang itu bergerak, maka tusukannya makin lama
makin dalam, dan darahnya bercucuran. Vlad mengambil darah itu,
meminumnya sebagai dessert, cuci mulut.


            Karena kelakuanya yang aneh itu, ia disebut dalam bahasa
Rumania dengan “Dracula”, setan Vlad Dracula. Dari situlah kemudian
muncul film tentang drakul yang artinya orang yang senang menghisap
darah. Dahulu drakula hanya merupakan dongeng dalam film, maka Vlad
Dracula adalah manusia yang hidup dan pernah menjadi penguasa.


            Kira-kira 100 tahun setelah itu, tinggalah seorang
perempuan bangsawan, puteri jelita. Ia lahir di daerah yang tidak jauh
dari Rumania. Suatu hari, ia memukul pembantunya. Darah memercik ke
tubuhnya. Ketika darah itu diusapkan ke kulitnya, ia merasa kulitnya
menjadi lebih muda dan bersinar. Setelah itu ia terobsesi oleh
keinginan untuk mengambil darah gadis-gadis muda. Ia menangkapi
gadis-gadis di kampungnya, dan memasukan mereka ke rumahnya. Ia
memiliki kesenangan untuk mandi dengan darah segar yang diambil dari
tubuh para gadis itu.


            Ketika berkunjung ke rumahnya, saudara perempuannya, yang
menjadi perdana menteri Hongaria, terkejut. Ia mencium bau yang sangat
tidak enak di seluruh tangan. Ternyata, di rumah itu banyak gadis yang
di belenggu. Ada yang sudah pucat pasi. Ada yang jantungnya dilubangi,
dan darah yang megucur dari jantung itu ditampung. Ada juga yang sudah
mati. Tikus dan kucing memakan sisa-sisa dagingnya. Di tempat itu juga
ditemukan berebagai cara dan alat penyiksaan, seperti gunting, cungkil
mata, dan sebagainya. Pokoknya, ngeri! Salah satu hal yang sangat
mengerikan itu ialah, orang-orang itu dibakar lapar, lalu diberi makan
dengan daging yang dikerat dari tubuh mereka sendiri.


            Anda mungkin tidak percaya, bagaimana mungkin ada manusia
yang sekejam itu. Dalam bahasa inggris, orang yang membunuh banyak
orang secara berturut-turut disebut serial killers, pembunuhan
berantai.


            Ada lagi seorang pembunuh, tapi kali ini seorang rakyat
biasa. Namanya Burke. Ia bekerja mencari nafkah dengan membunuh orang.
Orang yang dibunuh itu dijual ke dosen fakultas kedokteran untuk
kepentingan penelitian. Dokter tersebut menginginkan mayat-mayat yang
masih segar, bukan dari kuburan. Waktu itu, ia menjual mayat seharga
10 pound, yang pada zaman itu sangat mahal. Agar pembunuhan itu tidak
diketahui, ia membunuh korbannya dengan mengganggu saluran
pernafasannya. Misalnya, calon korban diberi wiski sampai mabuk,
dipijit hidungnya (dibekap), hingga menggelepar-gelepar, dan mati.
Kematian itu terlihat sepeti bukan karena pebunuhan.


            Lalu Burke mengembangkan teknik-teknik penyumbatan
pernapasan lainnya. Dalam bahasa inggris sekarang, praktik itu
diungkap dengan istilah to burke, artinya membunuh orang dengan
menyekap saluran pernapasan. Sebab, asal-usul pembunuhan seperti itu
adalah Burke. Beberapa orang telah dibuat mati dengan disumbat
pernapasanya. Setelah ketahuan ia membunuh dengan cara demikian, Burke
kemudian digantung.


            Belakangan saya tahu bahwa Burke-Burke baru telah banyak
lahir di negeri ini. Mereka membakar hutan yang asapnya mengganggu
“pernafasan” pesawat terbang hingga menewaskan lebih dari 200 orang.
Itulah serial killers yang lebih mengerikan daripada Burke.


            Dalam Koran saya membaca berita pembakaran hutan. Menurut
satelit, ribuan hektar hutan kita telah habis dilalap api. Ada aturan
agar limbah kayu tidak dibakar. Juga ada aturan agar limbah kayu itu
tidak dimanfaatkan oleh penduduk. Anda mungkin pernah mendengar, ada
seorang penduduk yang memanfaatkan limbah kayu itu untuk kayu bakar
atau dijual di pasar untuk kehidupanya sehari-hari. Ia kemudian
ditangkap, dipukuli oleh penjaga perusahaa sampai meninggal dunia.


            Lama kelamaan, limbah kayu itu semakin banyak, dan
akhirnya dibakar sebagai upaya pembersihan. Karena ini terjadi di
musim kemarau, maka kebakaran itu meluas. Dulu pemerintah tidak hirau
walaupun ada peringatan dari mana-mana, misalnya dari WALHI. Sekarang
pemerintah tidak bisa cuek lagi, karena kepulan asap itu mengganggu
Negara-negara tetangga. Dari televisi dan Koran kita tahu bahwa
Thailand sudah memutuskan untuk bergabung dengan Malaysia dan
singapura guna menuntut ganti-rugi kepada pemerintah Indonesia.


            Sekarang bebagai musibah sedang menimpa negeri kita:
musibah moneter, kebakaran hutan, kelaparan, gempa bumi, kecelakaan
lalu lintas, dan berbagai kerusuhan. Dalam nyanyian Ebiet, “atau alam
mulai enggan, bersahabat dengan kita!.”
            Sebetulnya kita harus menangis atas kejadian-kejadian
seperti itu. Kata para sufi, makrokosmos alam raya ini sedang
berguncang karena berguncangnya mikrokosmos. Saya bacakan tulisan
Al-Fakhr Al-Razi: “kala seorang penguasa itu adil dan benar, maka dari
pemerintahanya akan timbul keadilan, kebaikan, dan ketenteraman bagi
seluruh alam semesta ini. Tapi jika penguasa itu zalim, maka hilanglah
berbagai kebaikan. Satu demi satu kebaikan itu hilang. Dan terjadilah
goncangan di alam semesta ini.”
            Setelah membaca buku serial killers, hamper saja saya
muak. Tiba-tiba saya membaca di Koran, melihat di TV, tentang
orang-orang yang mengganggu saluran pernapasan. Dan orang-orang yang
diganggu pernapasanya itu bukan Cuma beberapa orang seperti yang
dilakukan oleh Burke. Burke hanya mengganggu orang-orang yang tinggal
di dekat pemondokanya, atau ia undang ke rumahnya untuk kemudian
disekap hingga kehabisan nafas. Sementara sekarang, jumlah orang yang
diganggu pernapasanya itu mencapai jutaan.


            Di Koran saya baca, dua orang meninggal karena gangguan
pernapasan. Saya harus menambahkan: dua orang yang dilaporkan oleh
wartawan tidak pernah kita mendengar jeritan saudara-saudara kita. Di
hutan-hutan itu, selain binatang, terdapat juga saudara-saudara kita.
Mereka dipanggang habis-habisan, sama seperti yang dilakukan oleh Vlad
Dracula di Rumania. Tapi beritanya tidak sampai ke telinga kita.
Karena, pertama, wartawan tidak ada yang sampai ke lokasi itu, sebab
kalau sampai, ia termasuk orang yang terpanggang juga. Kedua,
sekiranya diduga keras di situ ada perkampungan, maka ia tidak akan
diberitakan, sebab orang-orang di kampung itu tidak mempunyai duit.
Pada zaman kepitalis seperti sekarang ini, hanya yang memiliki duit
sajalah yang bisa menjadi berita. Dunia memang tidak adil.


            Di negeri demokrasi ini, semua orang diperlalukan sama,
kecuali dalam hal duit. Dengan duit, orang bisa dibeda-bedakan. Ke
mana saja anda pergi duit menyebabkan tindakan diskriminatif. Di
pesawat, orang-orang yang duitnya besar akan duduk di kursi yang lebih
lebar, di bagian depan-namanya kelas eksekutif atau first class.
Sekdangkan orang yang uangnya sekikit, duduknya di kelas ekonomi. Naik
kereta api, juga begitu. kalau anda banyak duit, anda dilayani lebih
baik, diberi makanan lebih enak, duduk di kursi yang lebih nyaman.
Jadi, ada diskriminasi. Sampai-sampai memakan buah saja berbeda. Meski
sama-sama makan rambutan, orang-orang berduit akan memakan rambutan
yang enak, sedangkan orang miskin memakan rambutan yang agak masam.


            Kata Al-Fakhr Al-Razi, gangguan alam semesta ini
disebabkan karena ada sulthan ‘anid, penguasa yang sewenang-wenang.
Bila anda meminta doa perlindungan dari penguasa yang sewenang-wenang,
bacalah Al-Tanwir, No. 100, yakni doa yang terdapat dalam Al-Shahifah
Al-Sajjadiyyah, yang berjudul Idza Sa’alAllah Al-Afiyah. Doa ini
dahsyat. Saya tertarik oleh doa ini, karena belakangan ini doa itu
sangat relevan dengan apa yang menimpa saya sendiri.


            Seperi anda ketahui, pada hari minggu, 21 september 1997
beberapa waktu yang lalu, di aula masjid Istiqlal ada seminar.
Seminarnya sangat terbatas. Di harian Terbit saya membaca, ketika
panitinya ditanya mengapa cendekiawan lain seperti jalaluddin Rakhmat
tidak diundang supaya seminar bersifat adil dan berimbang, mereka
menjawab: “tidak, seminar ini terbatas saja.” Kata Hadimulyo, kalau
terbatas, jangan adakan seminar, adakan saja rapat akbar. Panitia itu
berkata, “kami tidak ingin mengundang perdebatan. Kami hanya ingin
memberi masukan kepada aparat keamanan.”

            Lalu seperti anda ketahui, keluarlah sebuah resolusi dari
seminar di aula Masjid Istiqlal itu- belakangan, karena seminar itu,
saya menyebut istiqlal menjadi istighlal, yang artinya “eksploitasi,
penindasan, atau pemanafaatan buat kepentingan sendiri.” Resolusi itu
memutuskan, di antaranya, agar yayasan-yayasan syiah dilarang (yayasan
muthahhari ditulis sebagai yang pertama). Ada seorang tokoh, yang
tidak akan saya sebut namanya, berkata: “kami di bandung sudah
bertekad untuk menghancurkan yayasan Muthahhari.”


            Sebetulnya, yang diusulkan untuk ditutup bukan yayasan
Muthahhari saja, tatapi juga mulut jalaluddin Rakhmat. Akhirnya saya
teringat doa ini. Kalau mereka mengajukan saya dan yayasan Muthahhari
ke jaksa Agung saya ajukan mereka kepada Allah swt. Kepada-Nya saja
saya ajukan resolusi ini, “siapa saja yang bermaksud jelek kepadaku,
palingkanlah kejelekanya dariku: gagalkanlah segala tipu dayanya:
tolaklah segala kejahatanya: hancurkanlah segala tipu dayanya di
tempat asalnya: dan jadikanlah antara aku dan dia penghalang sampai
engkau butakan matanya untuk melihatku; engkau tulikan pendengaranya
dari sebutanku; engkau tutup hatinya sehingga tidak ingat lagi
kepadaku; engkau bungkamkan lidahnya dari menyerangku; engkau tahan
kepalanya; engkau rendahkan kegagahanya; engkau patahkan
kesombonganya; engkau tundukan tengkuknya; engkau hancurkan
ketingggian hatinya ; dan engkau lindungi aku dari semua bahayanya,
kejelekanya, umat dan caci makinya, kedengkian dan permusuhanya, tipu
daya dan rekayasaya, serta anak buah dan kaki tanganya. Sesungguhnya
engkau Maha gagah dan Maha kuasa.”


            Doa ini sangat luar biasa dan dahsyat. Saya yakin, insya
Allah mereka tidak akan berhasil menutup yayasan Muthahhari. Tapi tak
urung, orang-orang rebut juga kepada saya, karena saya kelihatan
tenang-tenang saja. Seharusnya saya tampil dan mengumumkan bahwa itu
keliru. Saya bilang, saya tidak punya waktu, dan saya sudah
menyerahkan resolusi saya kepada Allah swt. “wa kafa billahi wakilan”;
“hasbiyAllah ni’ma al-mawla wa ni’ma al-nashir; “katabAllah la
aghlibanna ana wa rusuli innAllah qawiyyun aziz. Allah telah
mewajibkan bahwa aku dan rasul-rasul ku akan mengalahkan kalian.
Sesungguhnya Allah Maha perkasa dan Maha gagah. (QS. Al-Mujadilah,
58;21)

Mengapa Memohon Pertolongan kepada Allah?

Wa iyyaka nasta’in artinya “kepada Mu kami memohon
pertolongan-sebelumnya kita mengatakan, “kepada Mu kami menyembah.”
Mengapa kita memohon pertologan setelah kita beribadah? Bukankah
sebaiknya kita memohon pertolongan dulu sebelum melakukan ibadah?
Jawabanya, kata Al-Fakhr Al-Razi,


Seolah-olah orang yang salat itu berkata, “aku memulai ibadah ini, dan
aku memohon pertolongan kepada Allah untuk menyempurnakan ibadahku.
Sehingga kesempurnaan ibadah itu tidak terganggu karena kematian,
sakit atau karena hati yang lalai.” Kami beribadah, dan kami memohon
kepada Mu agar menyempurnakan ibadah kami, sehingga kesempurnaan
ibadah kami tidak terganggu. Karena itu, setelah iyyaka nasta’in.


Seakan-akan ketika manusia mengatakan iyyaka na’budu , dalam hatinya
ia berkata, “tuhanku, aku datang kepada Mu dengan membawa hati yang
tidak ikut bersamaku; aku datang kepadamu, tapi hatiku lari darimu.
Maka aku memohon kepada Mu agar engkau menghadirkan hatiku dalam
ibadah ini. Bukankah Rasulullah saw. Bersabda bahwa hati seorang
mukmin terletak di antara jari jemari Tuhan (maksudnya, bahwa hati
manusia itu mudah sekali berubah dan hanya Tuhanlah yang bisa
meneguhkan hati). Karena itu kita berkata, ‘aku beribadah kepada mu,
ya Allah, dan aku memohon tolong agar engkau menghadirkan hati kami
dalam ibadah kami. Bukankah hati kami terletak di antara jari
jemari-Mu.’


Aku tidak memohonkan pertolongan kepada selainmu. Tidak kepada jibril,
tidak kepada mikail. Aku hanya meminta petolongan kepada Mu saja.
Dalam hal ini aku mengikuti mazhab Ibrahim as. Ketika beliau akan
dilemparkan ke dalam api, namruz mengikat kedua kaki dan tanganya,
lalu melemparkanya ke dalam api. Jibril datang dan berkata, “apakah
engkau memerlukan bantuanku?” Ibrahim menjawab, “aku tidak memerlukan
bantuanmu. Cukuplah bagiku untuk tidak menyampaikan permohonan kepada
Tuhan. Karena aku tahu bahwa Tuhan mengetahui keadaanku.” Tapi sebagai
pengikut nabi Ibrahim, kita menambah kalimat lagi pada ucapan beliau
itu. Kalau berliau diikat kedua kaki dan tanganya oleh namruz, maka
dalam salat kita, kita mengikat kaki kita sehingga kita tidak
berjalan; mengikat mata kita sehingga kita tidak melihat ; mengikat
telinga kita sehingga kita tidak mendengar; dan mengikat lidah kita
sehingga kita tidak berbicara. Semuanya kita hadapkan kepada Allah
swt. Dengan suka rela. Ibrahim diikat dengan terpaksa oleh namruz,
kita mengikat diri kita dalam salat secara suka rala dan hanya tunduk
kepada Allah. Kalau Ibrahim di hadapkan ke api namruz, kita dihadapkan
ke api jahanam. Kalau Ibrahim tidak ridha menerima bantuan selain dari
Tuhan, maka kita pun tidak ridha meminta bantuan kepada siapa pun
kecuali kepada Allah swt. Saja. Sebagaimana Allah berkata kepada api
yang membakar Ibrahim, “ya naru kuni bardan wa salaman ala Ibrahim”
(QS. Al-Anbiya’,21;69), kita juga berharap agar Allah berkata kepada
api jahanam sehingga neraka itu berkata, “lewatlah hai orang beriman.
Cahayamu telah mematikan nyala apiku.”


Iyyaka nasta’in artinya “aku tidak meminta tolong selain kepada mu,
karena selain mu tidak akan sanggup memberikan pertolongan kepadaku.
Kalaupun ada orang yang menolongku, pertolonganya itu juga karena
pertolonganmu.” Kalau ada orang yang membela kita, itu sebetulnya
karena pertolongan Allah jua.


Ketika kita mengucapkan iyyaka na’budu, boleh jadi dalam hati kita
telah terbit satu perasaan bahwa kita sudah mampu beribadah kepada
Allah swt. Orang menyebutnya ‘ujub, merasa bangga karena kita sudah
beribadah kepada Allah swt. Kita lupa bahwa ibadah kita terjadi karena
bantuan Allah. Oleh sebab itu, setalah mengatakan iyyaka na’budu,
buru-burulah mengatakan iyyaka nasta’in, kepada mullah kami meminta
pertolongan, dengan begitu, kita menghilangkan ujub dari dalam hati
kita.

http://almunawwarah.com/artikel-lindungilah-kami-dari-penguasa-yang-zalim-20
-- 
http://www.kompasiana.com/ahsa


------------------------------------

Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/kisunda/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/kisunda/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    kisunda-dig...@yahoogroups.com 
    kisunda-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    kisunda-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke