Saya baca transkrip ini. Interview yang bagus! ------------------------Martin Manurung----------------------------- [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://www.cabi.net.id/users/martin ____________________________________________ "Love your enemies, do good to those who hate you" PERSPEKTIF DJI SAM SOE FILTER FORUM Jeffrey: Pemilu Batal, Risiko Besar Nara Sumber : Jeffrey Winters Pemandu: Febrira (Ifeb) Galib, Wimar Witoelar Penanya Tamu: Albert Hasibuan SH Rabu 31 Maret 1999 08:00-09:00 Untuk pertama kali sejak meninggalkan Indonesia di bawah ancaman pembunuhan dan perhatian pers yang besar, Doktor Jeffrey A. Winters, dosen ekonomi dan politik di Northwestern University, Chicago, USA, memberikan wawancara eksklusif kepada acara talk show mingguan PERSPEKTIF DJI SAM SOE FILTER FORUM yang dipandu oleh Febrira (Ifeb) Galib dan Wimar Witoelar Kedatangan Jeffrey Winters ke Indonesia yang sebetulnya dimaksudkan untuk peluncuran kedua buku terbarunya, DOSA-DOSA ORDE BARU dan MODAL BERPINDAH, MODAL BERKUASA berakhir dengan satu lagi catatan yang memalukan untuk masyarakat Indonesia, upaya penegakan hukum yang malah semakin menjauh dari penyelidikan kasus KKN pejabat pemerintah Indonesia. Berikut transkrip lengkap wawancara eksklusif kepada acara talk show mingguan PERSPEKTIF DJI SAM SOE FILTER FORUM yang dipandu oleh Febrira (Ifeb) Galib dan Wimar Witoelar, khusus untuk pembaca detikcom: Wimar : Jeff, ini Ifeb dan saya Wimar, terima kasih , selamat pagi disini, selamat malam di Chicago ya. Jeff: Yes..yes.. selamat pagi. Wimar : Gimana, di sana nggak seterkenal di sini? Jeff: Ha......ha.. saya senang kalau saya kembali di sini saya menjadi anonim, jadi tidak ada yang kenal saya. Wimar : Naik bis pun cuek saja? Jeff: Ya biasa-biasa. Yang jelas ancaman bunuh nggak ada. Soalnya takut keliru, nanti banyak orang yang tampangnya seperti Jeff Winters, orang lain kena tembak. Wimar : Nah, ini kita mau tanya Pak Jeffrey. Bagaimana reaksi Pak Jeffrey terhadap ketidakadilan pemerintah Indonesia, mengalihkan kasus KKN Freeport menjadi kasus pemeriksaan seorang Jeffrey Winters? Jeff: Iya, terus terang dari awal, saya berkali-kali bilang bahwa, jangan saya yang menjadi fokus. Ini kan seperti minggu lalu, Media Indonesia pernah menulis, Jeffrey Winters, semut. Dalam hal ini walaupun ada saja yang namanya korupsi, kok gajahnya tidak tampak. Tetapi Jeffrey Winters atau semut tampak terus. Jadi saya dari awal bilang, janganlah saya yang menjadi fokus. Saya hanya bisa menjadi sumber informasi saja, lebih baik, lihat masalahnya saja. Wimar : Sesudah ini Jeff mau diam saja, atau bersedia menjadi nara sumber? Jeff: Oh ya..ya, tidak ada masalah, saya selalu bersedia untuk diskusi atau menjawab. Hanya seperti kemarin itu, jadi tersangka. Ifeb : Sudah memperhitungkan risiko belum Pak Jeff, waktu kembali lagi untuk yang kedua kalinya setelah kasus ini diungkap? Wimar : Sudah ada ancaman sebelumnya kan? Jeff: Yah, ancaman tembak mati itu sesuatu yang baru kali ini. Ancaman yang sebelumnya bahwa saya mau diperiksa. Status saya dulu nggak begitu jelas terus terang. Sekarang sudah jelas. Ifeb : Jadi ada juga orang yang bertanya, ini berani nggak datang untuk yang ketiga kalinya? Jeff: Oh, well, saya tidak akan datang cepat, dan itu alasan sebenarnya karena saya di sini kerja. Kuliah untuk murid-murid saya baru mulai kemarin pagi. Jadi saya harus kerja sampai pertengahan Juni di sini, mengajar. Wimar : Murid-murid Jeff percaya nggak Jeff itu terkenal di Indonesia? Jeff: Ya, banyak mahasiswa di kampus saya prihatin sekali dengan situasi di Indonesia, tetapi mereka tidak bisa bayangkan. Saya kemarin kasih lihat fotonya sniper yang di harian Merdeka itu, luar biasa. Saya sendiri terkejut waktu itu. Tetapi mahasiswa saya pada ketawa, kok itu bisa terjadi. Wimar : Kan di foto sama saya juga dengan koran itu. Jeff: ya betul. Wimar : Tapi tolong kasih tahu juga sama mahasiswa Anda kalau mereka prihatin sama Indonesia, bilang yang nggak bener itu cuma Jaksa Agungnya, kalau kita-kita sih, orang normal. Kita tahu kok yang mana betul yang mana salah. Jadi mereka nggak usah kecewa sama masyarakat Indonesia. Ini radio station resmi lho, M97. Kita mendukung kok, kebenaran. Jeff : Ah ya bagus bagus. Saya juga bilang waktu ini kepada mahasiswa di sini juga, sebenarnya masalahnya, saya sampai kembali ke Chicago masih bingung sekali. Lho kenapa suatu sistem yang terkenal pemerintahannya hampir yang paling terkenal di dunia dengan korupsinya, kok sampai sekarang belum ada satu kasus pun yang diselidiki. Wimar : Karena Jaksa Agungnya yang itu, dan presidennya yang itu. Saya kira masyarakat kita sama. It doesn't take a political scientist untuk menjawab. Ifeb : Pak Jeff sendiri optimis nggak bahwa kasus KKN ini sendiri akan bisa dibongkar suatu saat nanti? Wimar : Kalau ada pergantian regim akan terbongkar nggak? Jeff : Mungkin kalau ada pergantian rejim, tetapi kalau dari pengalaman saya langsung, misalnya di Kejaksaan Agung Jumat kemarin itu , saya tidak melihat interest sama sekali dari pihak mereka untuk benar-benar melihat ke dalam kasus KKN Freeport itu, tetapi justru saya merasa selama beberapa jam duduk di situ, mereka malah mencari kesalahan saya. Dan dengan itu saya pikir, waduh ini nggak ada harapan sama sekali. Wimar : Jadi mereka tidak menunjukkan kepentingan untuk menggali kasus korupsi di Freeport itu? Jeff : Iya , jadi begini. Ini menarik, waktu saya masuk pertama kali ke ruang itu, mereka langsung memakai prosedur bahwa saya harus menulis dengan tangan saya sendiri jawaban saya, baru setelah itu mereka mau ketik oleh orang lain ya. Itu sebenarnya kuno sekali dibandingkan dengan Mabes Polri yang (mewawancara) hari sebelumnya itu, yang sudah canggih sekali. Tetapi saya bilang langsung kepada Bapak yang menghadapi saya di situ. Saya bilang " Pak begini, ini begitu banyak informasi, dan kasus ini begitu kompleks lebih baik kita berbincang-bincang saja, berdiskusi panjang lebar tentang semua detilnya. Saya bilang kalau saya coba tulis ini dengan tulisan tangan, saya bisa di sini satu bulan. Dan jawabannya begini, ini memang caranya di sini. Wah ya udah. Wimar : Sudah dogmatis sekali, tapi itu sebetulnya caranya di gedung itu, bukan di Indonesia. Indonesia nggak begitu Jeff. Jeff : Oh Ya..ya. ini saya senang bahwa Anda tetap bedakan dua-duanya itu. Terus terang saya selalu bedakan rakyat Indonesia dari pemerintahannya. Dan saya juga minta Pemerintah Amerika Serikat jangan disamakan dengan rakyat Amerika Serikat. Wimar : Oh, sama sekali tidak. Jeff, setelah Anda pergi , Anda kan terus-terusan berada di televisi ya, termasuk waktu meninggalkan airport Cengkareng, yang paling cantik itu saya lihat, waktu orang tanya ini gimana nih Freeport penyelidikannya? Terus Jeff jawab dengan gaya yang sangat Indonesia, aksen yang sangat Indonesia, bilang, ya saya nggak tahu, maklumlah saya bukan Jaksa Agung. Itu klasik sekali, jadi kayaknya di sini, masyarakat perlu ditekankan lagi, yang harus cari bukti-bukti korupsi kan Jaksa Agung ya, bukannya kita-kita. Kita cukup menunjukkan saja. Jeff : Ya betul. Jadi saya melihat beberapa orang yang tanya saya, beberapa orang, terutama dari media, ada yang tanya saya terus, apakah Anda sudah menyelidiki kasus ini sampai detil-detil? Saya harus menjawab berkali-kali, saya hanya menjadi salah satu orang yang sampaikan informasi dan dugaan kuat, yang diharapkan akan dilanjutkan oleh Jaksa Agung. Tetapi jangan harap saya sendiri akan menjadi Jaksa Agung, itu bukan tugas saya. Ifeb : Pak Jeff , ada Albert Hasibuan on the line, Pak Albert selamat pagi, silakan langsung pak. Albert : Jadi Jeff, dari pemeriksaan di kejaksaan agung itu ternyata bahwa Jeff Winters itu ditanyakan hal-hal yang menyangkut Jeff Winters. Apakah ini tidak merupakan pembalikan dari proses hukum yang disebut proses hukum yang artificial. Jeff : Maksudnya Pak proses hukum apa? Albert : Ya, proses hukum yang kebalikan, yang sebetulnya informasi itu harus ditindaklanjuti oleh Kejaksaaan Agung, tetapi kemudian Jeff Winters lah yang harus diperiksa, dan itu saya sebutkan proses hukum atau penegakan hukum yang artificial yang quasi-penegakan hukum. Apa Jeff Winters setuju terhadap pendapat saya itu? Jeff : Ya betul sekali, itu sangat tepat. Jadi saya merasa itu selama saya duduk di kantor Jaksa Agung, saya rasa sistem selama itu, prosedurnya resmi sangat tepat, tetapi tujuannya salah. Wimar : Kayak orang main bola, bawa bolanya sudah bagus tetapi ke gawang sendiri. Albert : Apakah ini bukan kesengajaan dari pihak Kejaksaan Agung, yang justru tidak menginginkan ungkapan kebenaran dari proses KKN dari Freeport ini dan justru ingin menggambarkan kebohongan? Wimar : Jadi sengaja menutupi, Jaksa Agung itu. Jeff : Iya, dan saya berkali-kali bilang terus terang Pak, ini kepada pihak Jaksa Agung, masalahnya pada dasarnya, Freeport sangat beruntung, Indonesia dan rakyat sangat dirugikan dalam kontrak ini. Jadi timbul pertanyaan, di pihak Indonesia siapa yang beruntung? Nah saya tidak melihat, (pemerintah) benar-benar ingin membela rakyat-negara. Wimar : Mereka termasuk yang ikut beruntung juga sih. Jeff: Saya nggak tahu Ifeb : Pak Jeff, kita akan bikin lagi Freeport yang baru nanti dan rakyat Indonesia ikut beruntung. Wimar : Pak Jeff, ini saya tanya ya. Kita dengar Pak Jeff, Albert, Ifeb, saya, orang di jalan, di rumah, di kantor, semua itu sependapat, tetapi Jaksa Agung pendapatnya lain. Nah, Anda sebagai ahli ilmu politik melihat ini apa artinya? Apa rejim ini legitimasinya sebentar lagi akan disusul dengan pergantian, kehancuran, atau ini akan begini terus? Bagaimana perubahan politik? Jeff : Ya saya kira banyak tergantung kepada Pemilunya nanti, dan apakah pemilu ini benar-benar merupakan suatu proses yang free dan fair, tetapi jangan pikir bahwa yang berkuasa sekarang tidak akan berusaha sampai setengah mati untuk mempertahankan dirinya. Mereka akan berusaha dan tidak akan lepas dengan gampang. Jadi saya kira secara singkat, rakyat harus mengerti mereka tidak akan digeser tanpa upaya yang kuat dari rakyat. Wimar : Jeff, saya tanya Anda sebagai ilmuwan politik, saya potong ya, mereka tidak akan menyerah walaupun rakyat minta-minta. Apa betul person-person yang ada di Pemerintah betul-betul ingin memegang kekuasaan walaupun mereka itu sudah sangat tidak disukai, kan tidak enak juga ya. Apa mereka itu suatu rejim yang begitu keras dan tidak peduli sama perasaan keluarganya, tetangganya, temannya, anaknya. Apa mereka akan ngotot terus? Jeff : Ya, mereka bisa coba, tetapi jika mereka coba maksa begitu, hasilnya apa? Hasilnya suatu pemerintahan yang terus terang tidak bisa stabil, tidak bisa punya legitimasi tinggi dan saya kira nanti tidak bisa jalan. Jadi itu dengan kata lain, krismon akan diperpanjang. Jadi jalan keluarnya hanya satu. Wimar : Tidak ada yang menang jadi ya? Jeff : Tidak ada menang, kalau mereka coba mempertahankan diri. Albert : Jadi kalau dalam pemilu nanti ada kemungkinan status quo bisa lahir dan para reformis ini bisa kalah, bagaimana harus diadakan hingga para reformis itu, atau yang maju itu dapat memetik kemenangan dari pemilu ini? Jeff : Saya kira yang penting jangan pasif. Jangan menerima seadanya, tetapi tiap rakyat Indonesia, ini tidak berbeda dari perjuangan untuk kemerdekaan dulu. Nggak bisa orang tertentu saja yang maju ke depan,tapi setiap orang harus merasa dia pegang masa depannya sendiri. Wimar : Semua orang biasa juga. Jeff : Semua orang biasa. Jeff : Salah satu message saya di acara peluncuran buku, waktu saya baca makalah saya, itu tidak perlu pakai kekerasan, bisa dengan cara damai. Tetapi tidak pasif, tidak pasif sama sekali. Wimar : Kita bicaranya aja nggak keras ya, secara damai. Albert : Tetapi disini dari pengamatan saya, ada sebagian rakyat Indonesia yang memenuhi apa yang dikatakan escape from freedom, jadi dia lebih mementingkan, atau lebih enak pada suasana status quo ini, bagaimana pendapat Jeff? Jeff : Well ya, sebenarnya cukup banyak orang selama ini menikmati keuntungan besar, walaupun mayoritas besar juga tidak ikut senang. Tetapi mereka juga pasti harus melihat sekarang bahwa dengan rejim yang lama ini begitu kotor, bahwa sekarang, hampir semua hilang. Jadi saya kira mereka harus tinjau kembali juga, review sedikit, bagaimana, apa yang diciptakan selama ini, dan apakah negara Indonesia bisa bertahan. Ini sudah sampai posisi yang sangat serius. Albert : Tetapi mereka juga sudah terharu dengan pembaruan-pembaruan dalam arti pembaruan-pembaruan yang diselenggarakan pemerintah sekarang ini, dengan Free Press dan segala macam, tetapi mereka juga mendukung ini dan sebagian lagi rakyat besar merasa belum cukup. Apa gejala ini bisa juga berlangsung terus Jeff? Jeff : Saya kira berlangsung terus tidak. Saya melihat selama ini terus terang rakyat Indonesia masih sangat sabar, dalam arti menunggu perubahan lewat prosedur seperti pemilu. Tetapi kalau kecewa nanti dengan hasilnya belum tentu bisa tahan. Wimar : Jeff, sekarang ada kemungkinan, ada bahaya yang membesar dari hari ke hari, mengenai Pemilu, bahwa itu mungkin akan mundur atau tidak jadi karena berbagai kemelut. Tetapi itu kalau sampai tidak jadi, yang paling rugi itu status quo atau pembaharu atau siapa? Jeff : Oh yang paling rugi pembaharu itu. Dan saya kira itu risikonya besar sekali, kalau Pemilunya ditunda atau dibatalkan, itu risikonya luar biasa. Ifeb : Kira-kira seperti apa pak Jeff? Jeff : Ya bayangkan saja, begitu marah orang yang merasa waduh ini sudah keterlaluan selama ini, dan sekarang kesempatan nomor satu untuk perubahan yang damai juga tidak bisa. Wimar : Jadi kalau peraturan Pemilu, soal kampanye segala macam tetap saja pemerintah ngotot, apa kita harus terima saja? Jeff : Ya jangan terima begitu saja, aktif dong, aktif dan jangan pasif. Saya melihat konflik sekarang antara KPU dengan Habibie dan Golkar itu ini menarik sekali, karena ini keputusan pertama dan langsung ada masalah Wimar : ya, belum apa-apa udah masalah. Jeff : Belum apa-apa ada masalah, kenapa tidak langsung diterima bahwa menteri-menteri tidak boleh berkampanye walaupun selama Orde Baru kita melihat bahwa aparatur pemerintah disalahgunakan. Wimar : Sekarang pun sedang disalahgunakan. Jeff : Iya, siapa akan percaya bahwa dalam kali ini itu tidak akan persis sama dengan dulu. KPU sangat wajar dengan mengatakan supaya tidak ada keraguan ini free dan fair, lebih baik jangan menteri-menteri langsung campur tangan. Ifeb : Pak Jeff, kereta lewat ya, he..he.. Pak Jeff, kapan datang lagi ke Indonesia. Jeff : Ya, yang jelas, saya mengajar sampai bulan Juni, jadi sayang sekali saya tidak bisa datang. Wimar : Tetapi kalau Jaksa Agung datang kesana mau menginterograsi di rumahnya Jeff, mau ya? Jeff : Ha.ha.. ______________________________________________________________________ To subscribe, email: [EMAIL PROTECTED] To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Indonesia Baru: berkeadilan tanpa kekerasan!