Sdr. Adi:
> Setuju dengan pendapat Tiwan. Gunakan bahasa Indonesia yang baik di tempat
> umum dan pelihara dan kembangkan kebudayaan lokal adalah wujud demokrasi.
>
salam sejahtera,
sekali lagi saya mohon maaf, bila lamunan saya berkepanjangan.
kalau saya perhatikan yang menjadi sumber ekor mail saya adalah
pembukaan Serat Kalatidha yang saya pajang di atas tulisan
saya. terus terang dari tembang yang berbahasa jawa itupun
saya kurang faham tadinya, kecuali setelah buka-buka kamus
bahsa jawa-kuna dan kawi, dan sekian interpretasi barulah
saya mampu menterjemahkan. itupun tidaklah sempurna.

saya tertarik mengangkat pembukaan Kalatidha ini, karena
ia dilagukan dalam suatu karawitan bernada "tembang bacaan"
(cengkok waosan) yang bertujuan untuk mengajarkan sesuatu.
dilantunkan lantang tanpa iringan gamelan oleh mendiang
Ki Narto Sabdo, lulusan SR yang menjadi seniman
autodidak yang sangat besar perhatiannya pada olah budaya.
dia yang berhasil meramu karawitan gaya jawa tengahan dengan
berbagai sub-gaya (gagrag) yang dipadukan dengan kliningan sunda,
ludrukan jombang, banyuwangi, banyumas bahkan dengan gong-bali.

dia pula yang mengilhami dalang-dalang wayang kulit jaman sekarang
dengan variasi gaya dan olah tutur. dan sayang dia meninggal sebelum
sempat menyelesaikan proyek besar propinsi jawa tengah untuk
membentuk wacana dan wadah budaya, yang sekarang dikenal
dengan sebutan JATIDIRI JAWA TENGAH.

kembali kepada ketertarikan saya mengangkat Kalatidha. Tak lain
adalah bahwa pembukaan SK itu rupanya cocok benar dengan
kondisi pemerintahan dan negara kala itu (tulisan saya itu
adalah reposting dari mail yang saya tulis Oktober 1998). untuk
itu sekedar memberi gambaran berikut saya sertakan lagi
tembang SK itu dengan terjemahannya.

semoga ada faedahnya,

salam,
Moderator ML WOJOSETO
[EMAIL PROTECTED]

> >Mangkya darajating praja
    (Keadaan negara kini)
> >Kawuryan wus unya luri
   (Kehormatan atau harga diri telah hilang sulit dicari)
> >Rurah pangrehing ukara
   (Kacau balau urusan pemerintahan)
> >Karana tanpa palupi
   (Karena tiada suri tauladan)
> >Atilar silastuti
   (Dengan meninggalkan etika/adab)
> >Sujana sarjana kelu
   (Orang pilihan dan cerdik pandai ikut)
> >Kalulun kala tidha
   (Hanyut dalam jaman yang menghawatirkan)
> >Tidhem tandhaning dumadi
   (Sunyi tanpa tanda-tanda semua makhluk)
> >Hardayeng rat, dening karoban rubeda
   ((yang ada) hanya huru hara dunia, karena
    kebanjiran bencana)



______________________________________________________________________
Untuk bergabung atau keluar dari Milis, silakan LAKUKAN SENDIRI 
dengan mengirim e-mail kosong ke alamat;
Bergabung: [EMAIL PROTECTED]
Keluar: [EMAIL PROTECTED]

Sambut MASA DEPAN BARU Indonesia!

Kirim email ke