"Perang Sesungguhnya" di Sri Lanka Baru Saja Dimulai

Oleh Sarath W. Surendre, President of Sasana Abhiwurdhi Wardhana Society, 
Buddhist News Network, October 21, 2003 

Diterjemahkan oleh: Jimmy Lominto


Perang berikutnya di Sri Lanka adalah tentang meringankan kelaparan, 
kemiskinan, dan ketiadaan-harapan. 

"Orang yang melayani orang sakit, sama dengan melayani Buddha" (Vinaya I, 320) 

Kuala Lumpur, Malaysia -- isu dan frekuensi "pengalihan agama secara tidak 
etis" berlaku sebagai pengingat yang keras akan apa yang sesungguhnya telah 
menimpa Sri Lanka. Masalah ini bukan saja berfungsi membuka lebar-lebar mata 
kita, tapi juga mencela dan memprovokasi kita untuk merenungkan secara mendalam 
di mana sebenarnya letak kekeliruan langkah kita. 

Pertama, isu ini menunjukkan bahwa di kala sedang dalam  ketiadaan-harapan, 
umat manusia berada dalam posisi yang paling rentan. Jika ada orang menawarkan  
harapan atau suatu celah untuk membebaskan diri mereka dari kemelaratan, pasti 
akan mereka tangkap, terlepas dari benar atau salah bantuan yang diberikan itu 
secara moral.

 Kedua, situasi ini dengan dingin melukiskan berbagai dampak perang yang 
menyedihkan, yang bukan saja sakit untuk ditanggung, tapi sudah pasti juga 
nyata dan mencampakkan. Sementara rakyat Sri Lanka mulai dapat melihat secercah 
harapan bahwa perdamaian jangka panjang akan kembali berjaya di pulau mereka 
yang indah, tetapi, berbagai kerusakan yang telah ditimbulkan oleh kekerasan 
selama dua dekade masih akan tetap di sana.

Sementara darah kita mendidih oleh pelbagai teknik dan metode mengerikan yang 
digunakan para evangelis untuk memenangkan converts (orang-orang yang beralih 
agama/keyakinan), kita juga harus cukup jujur untuk menanyakan satu pertanyaan 
yang keras, yaitu: Di manakah LSM-LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) Buddhis?

Sementara kita terkaget-kaget cemas menyaksikan pendidikan, makanan, papan, dan 
obat-obatan digunakan sebagai umpan untuk memikat orang-orang yang tertindas, 
kita juga harus memeriksa berbagai prioritas kita yang keliru diletakkan 
sehingga memandang tindakan berdana semata-mata hanya untuk menyokong para biku 
saja. Tidakkah Buddha secara eksplisit mengajarkan bahwa "Orang yang melayani 
orang sakit, sama dengan melayani Buddha?" (Vinaya, I, 320)

Harap jangan keliru. Memang ada beberapa evangelis yang tanpa mengernyitkan 
alis tega menggunakan cara apa pun untuk mendapatkan convert. Berbagai metode 
pemangsa dan nafsu makan bak burung pemakan bangkai mereka itu adalah sesuatu 
yang harus diwaspadai kita, sebagai Buddhis. Tapi, menghadapi mereka secara 
langsung dengan mengeluarkan berbagai ancaman dan sanksi legal hanya akan 
memacu mereka untuk mencari berbagai daya untuk mengelakkan diri dari 
rintangan-rintangan tersebut. Kita mungkin hanya menangani gejala dari 
persoalan yang sebenarnya. 

Pelbagai tindakan seperti menentukan hukum-hukum pengalihan agama yang lebih 
membatasi atau memandatkan penghambat-penghambat "no boundary" bagi agama-agama 
lain yang melanggar batas wilayah-wilayah tradisional Buddhis adalah 
langkah-langkah yang hanya dapat menghambat sebentar saja derap maju mereka 
yang tak berbelas kasih itu. Malangnya, langkah-langkah semacam itu tak akan 
dapat menghentikan penimbunan hasil pampasan jika kita tidak menangani akar 
permasalahan yang telah memunculkan lingkungan yang kondusif untuk berkembang 
biaknya berbagai aktivitas evangelikal dengan subur.

Solusi jangka panjangnya bukan hanya terletak pada menjaga dan melindungi 
wilayah kita, melainkan juga dengan tulus mengakui bahwa wilayah kita sendiri 
telah berubah. Kita harus mengakui bahwa Sri Lanka pasca perang tak sama lagi 
seperti dulu. Banyak infrastruktur pedesaan yang telah porak poranda. Karena 
transportasi dan komunikasi yang buruk, barang-barang menjadi lebih mahal untuk 
dikirimkan di daerah-daerah pedesaan. Sementara komunitas pedesaan menderita 
kurangnya peluang ekonomi, mereka juga harus menghadapi pelbagai kesulitan 
dalam memperoleh berbagai kebutuhan pokok dengan harga yang terjangkau untuk 
mempertahankan kelangsungan hidup mereka yang paling mendasar. Efek kembar 
penghasilan rendah dan harga-harga yang tinggi menyebabkan banyak penderitaan 
dalam kehidupan sosial mereka. Tanpa tabungan yang memadai atau jaring pengaman 
kesejahteraan sosial, komunitas-komunitas miskin papa itu ditinggalkan untuk 
mengatasi kemiskinan mereka sendiri. Berbagai efek yang melenyapkan
 semangat menjadi semakin akut manakala penyakit, gizi yang buruk, serta 
pandangan umum bahwa tiada lagi harapan menancapkan kuku tajamnya dan harapan 
pun berubah menjadi keputusasaan.

Di saat-saat seperti inilah banyak dari mereka membutuhkan pertolongan 
mendasar, bukan hanya sekadar keyakinan pada Buddha-Dharma saja. Karena derita 
maha dahsyat itu sudah begitu kasat mata, maka tak lagi perlu menjabarkan 
sesuatu yang sudah sedemikian jelas. Sekarang, kita tak perlu meratapi Empat 
Kebenaran Arya. Yang jauh lebih penting adalah kita perlu segera bertindak 
untuk meringankan rasa sakit mereka dengan mendistribusikan makanan, 
obat-obatan, dan pupuk. Kita perlu membangun kembali infrastruktur dasar 
seperti sekolah, kanal air, sumur air, listrik, jalanan, dan jaringan 
distribusi komersial yang mendasar. Kita juga perlu menjangkau 
kelompok-kelompok yang paling rentan seperti kelompok wanita, manula, dan 
anak-anak.

Tetapi, hal yang paling penting untuk dibangun kembali, saya percaya, adalah 
rasa percaya terhadap kemanusiaan. Hanya melalui tindakan-tindakan penuh kasih 
sayang dan kebajikan, yang dilakukan dengan penuh kejujuranlah penerimaan 
mereka yang sesungguhnya baru bisa didapatkan. Kita harus super hati-hati untuk 
jangan sampai keliru memahami ajaran Buddha tentang "mengandalkan diri sendiri" 
sebagai suatu bentuk ketidakpedulian yang pasif. Tindakan kebajikan sejati tak 
lain tak bukan adalah merasakan ketidaknyamanan.

Dengan demikian, LSM-LSM Buddhis yang mengkhususkan diri untuk pembangunan 
komunitas dan pengembangan kesejahteraan seharusnya memimpin pembangunan 
kembali daerah pedesaan Sri Lanka. Saat kita bicara tentang memberikan bantuan 
untuk suatu komunitas, tidak seharusnya kita bicara tentang proyek-proyek yang 
akan menjadi tonggak sejarah atau tentang menentukan berbagai obyektif atau 
menghasilkan kertas-kertas kerja saja. Yang betul-betul jadi persoalan adalah 
mendapatkan individu-individu dan kelompok-kelompok berdedikasi tinggi yang 
rela  menghadapi derita serta ketidaknyamanan yang dialami orang-orang yang 
masuk dalam daftar bantu mereka. Ketidaknyamanan itu termasuk mentolerir 
kondisi-kondisi yang tidak memenuhi syarat kesehatan, minum dari sumur yang 
sama, menahan bau busuk yang sama, dan berada di sana sebagai pengamat langsung 
rasa sakit kelaparan dan kemelaratan.

Menjadi penting sekali manakala tersedia sebuah tangan yang siap memegang orang 
yang baru saja menitikkan air mata, menyediakan sebuah pundak untuk bersandar 
kala orang membutuhkan pelukan yang memberikan keyakinan. Menjadi penting 
sekali saat menghadapi keadaan yang benar-benar tiada harapan, ada seseorang di 
sana untuk memberikan dukungan, menunjukkan jalan keluar untuk masa depan yang 
lebih baik. Kemanusiaan yang mendasar terdiri atas  tindakan-tindakan macam 
ini. Jika kita melakukannya dengan benar, bukan saja orang akan memperoleh 
kembali keyakinan mereka dalam hidup, selain itu, keyakinan mereka terhadap 
perjuangan hidup mereka sehari-hari juga akan dikuatkan. Dan bayangkanlah ini: 
Jika Buddha Dharma adalah landasan dari keyakinan itu dan LSM Buddhislah yang 
menghantarkan harapan tersebut, untuk apa para petani atau penduduk desa miskin 
itu mencari ke tempat lain?

Kita harus terjaga bangun pada fakta bahwa berbagai kelompok evangelis sedang 
melakukan semuanya itu dan mereka melakukannya dalam cara yang sangat 
terorganisir. Meskipun kita mungkin tidak suka obyektif akhir mereka untuk 
membuat orang pindah ke agama mereka setelah mendapatkan bantuan tersebut, 
tapi, kita juga harus belajar meneladani keberanian mereka dalam menahan derita 
dalam melakukan pelayanan macam ini.

Mungkin the World Fellowship of Buddhists sudah selayaknya berusaha membangun 
mekanisme untuk menyediakan bantuan yang relevan dan mendanai LSM-LSM Buddhis 
sejati yang menspesialisasikan diri dalam pelayanan kesejahteraan, pengembangan 
komunitas, dan rehabilitasi. Sudah waktunya bagi kita untuk menimbang aspek 
sosial keselamatan spiritual alih-alih hanya terfokus pada aktivas-aktivitas 
Dharma dan penyebarannya.

Jika kita benar-benar mengindahkan Ratana Sutta, kita dapat belajar banyak 
mengenai rekonstruksi sosial dan penyembuhan sosial. Dalam sutta dikatakan 
bahwa Buddha memimpin serombongan biku menuju kota Vesali yang terserang wabah 
epidemik dengan terlebih dahulu membersihkan daerah yang terjangkit wabah dan 
dipenuhi kotoran. Hanya setelah kondisi mendasar lingkungan ditangani, Buddha 
baru membabarkan ceramah untuk membantu dan melindungi penduduk dari kelaparan, 
penyakit, dan berbagai jenis kemalangan lainnya.

Jika kita benar-benar mematuhi ajaran Buddha, maka sudah seharusnya kita 
belajar dari sekian banyak keteladanan pribadi Beliau, terutama dalam menangani 
berbagai isu sosial. Begitu banyak konferensi, seminar, dan pertemuan Buddhis 
datang pergi silih berganti, tapi track record kita dalam memberikan bantuan 
untuk meringankan derita dalam artian yang paling mendasar adalah yang paling 
tidak menimbulkan inspirasi. Derita petani atau penduduk desa Buddhis yang 
kelaparan tak akan dapat dirubah melalui pertukaran ide para "pakar" dalam 
ballroom AC hotel mewah. Ia baru bisa melihat dan merasakan perubahan jika 
penolong memberinya pupuk untuk tanahnya, memberi istrinya obat dan perawatan 
kesehatan yang layak, anak-anaknya sekolah dasar, serta cukup roti untuk makan 
dan cukup susu untuk minum.

Harapan mereka akan masa depan yang lebih baik baru akan dapat terwujud 
manakala LSM-LSM Buddhis dapat membantu menerjemahkan Jalan Arya Beruas Delapan 
ke dalam tindakan, sehingga inspirasi dari Kebenaran Universal Buddhis dapat 
dilihat dan dirasakan di pesawahan desa itu sendiri. Waktu untuk merenung dan 
berdiskusi telah lama berlalu, manakala perangan berikutnya di Sri Lanka adalah 
tentang meringankan kelaparan, kemiskinan, dan ketiadaanharapan.

Untuk melakukannya, kita semua harus terorganisir dengan lebih baik. Kalau 
tidak, kita akan kalah dalam peperangan selanjutnya dan efek-efeknya akan lebih 
mengerikan lagi karena pecundang terbesarnya bukan hanya Sri Lanka, melainkan 
agama Buddha itu sendiri - BNN 

--------------------------------- 
Mr Sarath W. Surendre is currently the President of Sasana Abhiwurdhi Wardhana 
Society based in the Buddhist Maha Vihara, Kuala Lumpur. 

  ==============================================================

Bagi saudara-saudari seDharma yang tertarik untuk Belajar, Berlatih, dan 
Berbagi Hidup Berkesadaran serta mengembangkan Socially Engaged Buddhism* (SEB) 
di Indonesia silahkan bergabung dengan kami di Milis Dharmajala. 

*Agama Buddha yang terjun aktif ke dalam segala aspek kehidupan manusia  
seperti urusan sosial kemasyarakatan, budaya, ekonomi, politik,  perlindungan 
lingkungan hidup…dsbnya tapi yang dilakukan secara PENUH KESADARAN atau dengan 
PERHATIAN PENUH.

Silahkan kunjungi:
http://groups.yahoo.com/group/Dharmajala/
  


Untuk bergabung, kirimkan email ke:
[EMAIL PROTECTED]
  
 
Dharmajala bertujuan untuk:

Menyingkap Tabir Ketidaktahuan
Membongkar Sekat Ketidakpedulian
Menganyam Tali Persahabatan 
Merajut Jaring Persaudaraan
Saling Asah, Asih, dan Asuh dalam Semangat Sanggha 
Aktif Mengupayakan Transformasi Diri Transformasi Sosial
Melalui Hidup Berkesadaran
=========================================================






 


                
---------------------------------
Do you Yahoo!?
 Make Yahoo! your home page   

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Has someone you know been affected by illness or disease?
Network for Good is THE place to support health awareness efforts!
http://us.click.yahoo.com/UwRTUD/UOnJAA/i1hLAA/b0VolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

** Kunjungi juga website global Mabindo di www.mabindo.org ** 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/MABINDO/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke