Dear Nakita-ers

    Bunda Fadli saya ada artikel yang pernah dikirm sama Mba Uttiek, semoga 
dapat membantu artikelnya ya...

Salam
Indri







GANGGUAN TIDUR TAK BOLEH DIANGGAP SEPELE
Di usianya sekarang anak jadi kurang fit. Di usia dewasanya nanti anak 
menghadapi risiko stroke, hipertensi, dan jantung. 

      <!--[if !vml]--><!--[endif]--> Apakah anak Anda pernah mengalami gangguan 
tidur? Mungkin Anda menjawab tidak, tapi jangan terlalu yakin dulu, lo. 
Alasannya, beberapa gangguan tidur pada anak sulit terdeteksi kecuali 
benar-benar diamati. Untuk itu, cobalah menjawab pertanyaan di bawah ini: 

      * Apakah anak kerap mengantuk di siang hari terlebih di saat menjalankan 
aktivitas yang membosankan atau tidak terlalu melibatkan aktivitas fisik, 
seperti pada saat mendengarkan penjelasan guru di sekolah, pergi dan pulang 
sekolah dengan kendaraan, membaca, atau menonton teve? 

      * Apakah anak mendengkur keras saat tidur dan sering diselingi tarikan 
napas panjang yang spontan dan cepat seolah tercekik?

      * Apakah anak kurang mampu berkonsentrasi dengan baik? 

      * Apakah anak kurang produktif/banyak pekerjaan sekolahnya terbengkalai? 

      * Apakah anak mudah lupa? 

      * Apakah anak kegemukan? 

      Jika sebagian besar jawabannya "ya", besar kemungkinan ia mengalami 
gangguan tidur yang penyebabnya disebut obstructive sleep apnea (OSA), yakni 
tersumbatnya saluran napas atas saat tidur (meski masih memungkinkan penderita 
melakukan upaya bernapas). Selain anak, orang dewasa pun banyak mengalami OSA. 

      AKIBAT OTOT TERLALU RELAKS 

      OSA disebabkan beberapa faktor. Pertama, mengendurnya otot-otot 
pernapasan sewaktu tidur. Kedua, kelebihan jaringan pada saluran pernapasan 
bagian atas. Ketiga, adanya ketidaknormalan anatomi saluran pernapasan bagian 
atas dan rahang. Jadi dalam kondisi normal seharusnya otot-otot yang 
mengendalikan lidah dan jaringan lunak serta langit-langit mulut menjaga 
saluran napas tetap terbuka selama kita tidur. Namun pada penderita OSA, 
otot-otot tersebut terlalu relaks sehingga saluran pernapasan menyempit dan 
memicu anak untuk mendengkur dan selanjutnya sulit bernapas. Bahkan jika 
saluran pernapasan tersebut tertutup sama sekali, penderita akan mengalami 
henti napas. Inilah yang disebut sebagai apnea tidur, yang dapat berlangsung 
selama 10 detik hingga 2 menit. Ironisnya hal ini bisa terjadi berulang kali 
bahkan ratusan kali selama penderita OSA tidur.

      Nah, di saat seseorang mengalami apnea tidur, sistem tubuhnya akan 
mengaktifkan otak untuk "membangunkan" tubuh (mini arousal) dan "memberi 
perintah" untuk kembali bernapas. Hal ini tentu menguntungkan agar henti napas 
yang bersangkutan tidak berlanjut. Namun kerugiannya, kerja jantung dan otak 
penderita OSA menjadi lebih keras. Jika kondisi ini terus berulang setiap hari, 
setiap minggu, sepanjang bulan dan selama bertahun-tahun, 

      berarti peluang anak untuk mengalami hipertensi, stroke, serta gangguan 
jantung di saat dewasa menjadi semakin besar. Hampir 70% pasien stroke 
menderita apnea tidur. Lebih menyedihkan OSA menghambat pemulihan pascastroke 
dan tidak menutup kemungkinan akan memperburuk keadaan. 

      BERBAGAI TERAPI 

      Lantas apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi OSA? Memeriksakan anak 
merupakan tindakan yang disarankan. Pilihlah rumah sakit yang memiliki klinik 
tidur sehingga penderita dapat menjalani sleep study di bawah pengawasan ahli. 
Jika hasilnya memang positif, penderita OSA akan ditawarkan beberapa pilihan 
terapi sesuai dengan berat ringannya kasus. Terapi- terapi tersebut adalah: 

      * Terapi operasi pelebaran saluran napas atas (UPP) atau somnoplasty. 

      * Terapi operasi plastik mulut. Ini dilakukan untuk mengatasi penyempitan 
jalan napas yang disebabkan oleh kecilnya rahang bawah. 

      * Terapi dengan menggunakan dental appliances. Alat ini berfungsi 
mengganjal mulut untuk mencegah lidah terjatuh, dan bisa melebarkan saluran 
napas. 

      * Terapi Continous Positive Airway Pressure (CPAP), yaitu meniupkan udara 
bertekanan tinggi ke jalan napas selama tidur sehingga tidak akan lagi terjadi 
penyempitan. Pada praktiknya, saat tidur penderita OSA akan menggunakan alat 
yang berbentuk masker. 

      Semua terapi ini berlaku bagi semua kalangan dan usia, bahkan bayi 
sekalipun.

      Setelah menjalani terapi, pasien tentu diharapkan dapat tidur dengan 
nyenyak dan sempurna sepanjang malam. Yang terpenting lagi, dapat mengurangi 
berbagai risiko OSA hingga ke titik terendah. 

      CIRI-CIRI ANAK DENGAN GANGGUAN TIDUR

      Beberapa di antaranya adalah: 

      * Mendengkur dan tampak kesulitan bernapas saat tidur. 

      * Berkeringat terus-menerus saat tidur. Sekalipun tampak sedang tidur, 
organ-organ tubuh anak penderita OSA sebenarnya tetap terjaga untuk selalu siap 
"membangunkan" fungsi sadar otaknya saat napasnya terhenti. Berkat 
"perjuangannya" itu jalan napasnya memang menjadi selalu terbuka, namun 
organ-organ tubuhnya kecapekan. Maka itulah anak jadi berkeringat saat tidur. 

      * Bernapas melalui mulut merupakan salah satu usaha anak untuk tetap bisa 
bernapas, saat saluran napasnya mengecil. 

      * Mudah marah dan cepat tersinggung akibat emosi anak yang tidak stabil 
karena kurang tidur. 

      * Sulit berkonsentrasi dan mudah lupa karena otak anak lelah akibat 
kurang tidur. Hal ini sangat berpengaruh pada prestasinya. 

      * Aktif yang berlebihan. Akibat tidurnya tidak sempurna anak menjadi 
uring-uringan dan melampiaskannya dengan perilaku hiperaktif. 

      * Anak juga mudah tertidur di mana saja. Kurang tidur di malam hari 
membuat anak menjadi cepat lelah, baik fisik maupun mental. Tubuhnya butuh 
istirahat supaya energinya kembali. 

      * Kegemukan. Banyak orangtua beranggapan tubuh anaknya yang lemas (yang 
ditandai dengan malas bergerak) disebabkan kurang energi sehingga mereka 
memberinya banyak makan. Padahal kelelahan si anak karena kurang tidur. Akibat 
malas bergerak namun banyak makan inilah anak menjadi gemuk. 

      * Menderita tonsilitis (pembesaran amandel) sehingga sulit menelan. Mulut 
dan rongga leher merupakan sarang bakteri dan kuman yang akan "beraksi" saat 
daya tahan tubuh sedang tidak prima. Akibat kurang tidur, daya tahan tubuh anak 
jadi menurun dan mudah mengalami radang amandel. 

      * Mengalami gangguan tumbuh kembang (failure to thrive). Jangan lupa, 
proses tumbuh kembang seorang anak sebagian besar terjadi di saat ia tidur di 
malam hari. Karena di saat inilah "baterai" tubuhnya seperti diisi kembali. 
Tidur yang tidak sempurna, sedikit banyak tentu akan mengganggu proses tumbuh 
kembangnya.

      HUBUNGAN OSA DENGAN GANGUAN JANTUNG 

      Saat terjadi apnea tidur, otomatis oksigen dalam darah menurun sehingga 
suplai ogsiken ke seluruh organ tubuh ikut turun. Keadaan tersebut menyebabkan 
jantung bekerja lebih cepat untuk mencukupi suplai oksigen. Bila kondisi ini 
terjadi sepanjang malam secara terus menerus saat penderita OSA tidur tentu 
akan membuat jantungnya capek bekerja dan mudah mengalami kerusakan.

      HUBUNGAN OSA DENGAN HIPERTENSI 

      Di dalam pembuluh darah ada lapisan endotelium yang berfungsi 
menghasilkan suatu zat untuk melenturkan pembuluh darah. OSA akan merusak 
endotelium dan mengakibatkan pembuluh darah menjadi kaku. Akan lebih parah jika 
penderita OSA mengidap kolesterol tinggi. Tentu akan terjadi tekanan darah 
tinggi atau hipertensi. Lebih dari 35% penderita apnea tidur mengalami tekanan 
darah tinggi dan berisiko terkena serangan jantung. Sebanyak 83% pasien 
penderita tekanan darah tinggi yang berkelanjutan, secara signifikan tetap akan 
mengalami apnea tidur walau sudah mengonsumsi 3 jenis obat atau lebih.

      MENDENGKUR BELUM TENTU OSA 

      Salah satu ciri OSA adalah mendengkur, tetapi tidak setiap orang yang 
mendengkur mengidap OSA. Mendengkur dapat disebabkan berbagai faktor. Contoh, 
kecapekan bisa membuat orang mendengkur. Saat mendengkur pun belum tentu jalan 
napas yang bersangkutan akan tertutup dan mengakibatkan apnea tidur.

      Gazali Solahuddin. Foto: Iman/nakita

      Konsultan ahli: 

      Brett McLaren, 

      pembicara dari Australia pada seminar Sleep Medicine Discussion yang 
diadakan RS Mitra Kemayoran. 

      Dr. Andreas A. Prasadja, 

      dari RS Mitra Kemayoran, Jakarta
     

<!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]-->

MENDENGKUR BUKAN MASALAH SEPELE

Memang betul, mendengkur lebih banyak diderita kaum laki-laki daripada 
perempuan. Namun, sebuah studi yang dilakukan di Amerika, seperti ditulis 
American Journal of Cardiology, menemukan sebanyak 33 persen wanita yang 
memiliki kebiasaan mendengkur mengidap penyakit stroke dan jantung. Risiko itu 
akan semakin tinggi bagi wanita yang tengah mengandung, yaitu mengganggu 
kesehatan si jabang bayi dan menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Mengapa 
bisa seperti itu? 

      BEBERAPA PENYEBAB 

      * Penyempitan aliran bebas pada udara pernapasan di kala tidur. Udara ini 
melewati bagian belakang mulut dan hidung, lalu pangkal lidah, langit-langit 
lunak dan anak lidah. Saat penyempitan terjadi, muncullah getaran di daerah itu 
yang terdengar sebagai dengkuran. Bunyinya bisa lembut, bisa juga keras. 

      * Tonus otot lidah dan otot tenggorokan melemah. Hal ini terjadi kala 
usia seseorang sudah lanjut ataupun tidur terlalu lelap di bawah pengaruh obat 
penenang, obat tidur, antihistamin, minuman beralkohol, dan kelelahan. 

      * Ada benjolan di tenggorokan. Antara lain karena kegemukan, tumor, dan 
kista. 

      * Langit-langit lunak dan anak lidah yang terlalu panjang. 

      * Posisi tidur telentang yang menyebabkan pangkal lidah jatuh ke 
belakang. 

      DAMPAK MENDENGKUR 

      Mendengkur yang berat dan dalam jangka panjang dapat menimbulkan problem 
kesehatan serius, yaitu: 

      1. Sumbatan napas sewaktu tidur 

      Hal ini terjadi bila dengkuran yang keras sering diselingi terhentinya 
napas akibat hambatan di saluran napas. Sumbatan serius dapat terjadi jika 
dengkuran berlangsung lebih dari 10 detik dan frekuensinya lebih dari 7 kali 
per jam. 

      2. Mengantuk sepanjang hari 

      Walau merupakan akibat jangka pendek, mengantuk dapat mengganggu kinerja 
sehari-hari. Sedangkan dampak jangka panjangnya adalah tekanan darah tinggi dan 
pembesaran jantung akibat istirahat yang tak pernah maksimal. 

      PENANGANAN 

      1. Konsultasikan pada dokter spesialis THT. 

      Gunanya untuk menentukan penyebab serta berat ringannya dengkuran. 
Dengkuran berat mungkinmemerlukan tindakan operasi. 

      2. Bila tergolong ringan beberapa hal berikut dapat membantu 
memperbaikinya. 

      * Olahraga teratur untuk membentuk tonus otot yang baik. 

      * Menurunkan berat badan bagi yang kegemukan. Kelebihan berat badan, 
meski hanya 20 persen dari berat ideal tubuh dapat menyebabkan tidur 
mendengkur. 

      * Hindari minum obat penenang, obat tidur, dan antihistamin menjelang 
waktu tidur. 

      * Hindari rokok yang dapat menyebabkan selaput lendir membengkak dan 
mengakibatkan lintas udara di tenggorokan menjadi sempit. 

      * Hindari minuman beralkohol minimal 4 jam sebelum tidur. 

      * Hindari tidur dengan posisi telentang. Sebaiknya tidurlah dengan posisi 
miring atau badan menyamping. 

      * Tidurlah dengan posisi kepala agak tinggi.

      * Hindari kelelahan. 

      * Bersihkan rumah dari debu dan tungau yang dapat menyebabkan alergi atau 
peradangan pada tenggorokan. 

      Utami Sri Rahayu. Foto: Iman/nakita 

      Konsultan Ahli: dr. Djoko Srijono Sp.THT dari RSIA Hermina Jatinegara, 
Jakarta
     

<!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]-->

<!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]-->

MENDENGKUR

      Putri saya (2) dengan BB 14 kg dan TB 82 cm (ketika lahir BB 3,25 kg dan 
PB 51 cm). Sejak beberapa minggu lalu ia tidur mendengkur dan dengkurannya 
sangat keras. Kasihan sekali melihatnya karena ia jadi gelisah dan terganggu 
tidurnya. Apakah ia mengidap penyakit tertentu? Apakah kondisinya disebabkan 
oleh ruang tidurnya yang ber-AC (meski suhunya selalu kami set hanya 28 derajat 
C dan secara teratur setiap 3 bulan selalu dibersihkan. Apa yang harus kami 
lakukan ya, Dok? Mohon arahan dan terima kasih sebelumnya.

      Lisbet Monica ­ via email 

      Sering orangtua mengeluhkan anaknya "ngorok" atau sulit bernapas. 
Kelenjar adenoid yang terletak di leher belakang, jika membesar dapat 
mengakibatkan terjadinya dengkur. Faktor alergi saluran napas dengan 
manifestasi seperti hidung tersumbat atau banyak lendir juga dapat memunculkan 
dengkur. Untuk sementara coba tidurkan pada posisi miring ke kiri atau kanan 
dan jangan telentang. Hindari asap dan debu serta penggunaan bedak di wajah. 
Tentu Ibu juga harus memeriksakannya ke dokter anak untuk mengetahui lebih 
lanjut penyebabnya serta pengobatan yang akan diberikan.
     

<!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]-->

BAYI MENDENGKUR, NORMALKAH?

      Dokter, saya seorang bapak yang baru mendapatkan seorang bayi perempuan, 
lahir normal dan saat ini berumur 14 hari. Waktu lahir BB 3,9 kg dengan PB 50 
cm. Dalam perkembangannya setelah kelahiran saya menemukan kelainan. Yakni saat 
akan tidur bayi saya ini napasnya seperti mendengkur, namun setelah tertidur 
dengkuran tersebut tidak terdengar lagi. Pada saat menyusui (ASI) suara 
dengkuran itu juga tidak terdengar. Bayi saya ini juga mendapat susu formula 
karena ASI istri saya tidak mencukupi. Saat diberikan susu formula suara 
dengkuran itu terdengar dan dia sepertinya kelelahan. Sesaat setelah menyusu, 
ia juga sering cegukan, bahkan pernah satu kali dia muntah. 

      Yang ingin saya tanyakan, apakah anak saya mengalami kelainan atau 
menderita suatu penyakit? Demikian pertanyaan saya, besar harapan saya Dokter 
bersedia menjawabnya. Terima kasih. 

      Sigit Herdady - Palembang 

      Amat sulit buat saya memberi vonis bayi Bapak menderita kelainan atau 
tidak tanpa memeriksanya. Secara umum dapat dikatakan cegukan adalah normal 
dijumpai pada bayi. Suara napas seperti krek-krek, sepanjang tidak terlalu 
mengganggu juga dapat dijumpai pada bayi dan akan menghilang sendiri setelah 
usia 3-5 bulan. Sebaiknya ia diperiksakan ke dokter anak untuk memastikan ada 
kelainan atau tidak.
     

<!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]-->

Attachment: gif4vTheEFmkM.gif
Description: GIF image

Kirim email ke