Assalamualaikum Wr. Wb.,

Jika Krisis Berlanjut, Bisa Jadi Beli BBM Dijatah
Jakarta, Selasa


Pengamat perminyakan, Kurtubi, memperkirakan jika pemerintah tidak
segera bertindak terhadap gejala menuju krisis bahan bakar minyak (BBM)
maka masyarakat terancam dijatah dan menggunakan kupon untuk membeli
BBM.
"Jika pemerintah tidak beraksi nyata, pada dua pekan ke depan kondisinya
akan makin parah dan satu bulan ke depan bisa-bisa rakyat dijatah beli
BBM dan menggunakan kupon," kata Kurtubi saat berbicara saat diskusi
tentang krisis BBM, Selasa (21/6).
Menurut Kurtubi, hal itu bisa memancing kekacauan sosial yang memiliki
dampak politik yang serius dan pernah terjadi di Venezuela, Nigeria,
Mesir dan Turkmenistan.
Selain itu, lanjutnya, pemerintah juga diminta lebih konkret menerapkan
kebijakan diversifikasi energi dan memberikan dukungan penuh termasuk
pengucuran dana seperti menindaklanjuti temuan Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT) terkait energi alternatif dari biodisel dan
etanol agar harganya bisa kompetitif.
"Kalau perlu diberikan keringanan pajak atau menghapuskannya sama sekali
dan mengupayakan produksi biodisel dari minyak kelapa atau sawit serta
etanol dalam jumlah yang besar," ujarnya.
Selain itu, pemerintah juga diminta lebih tegas dalam penerapan
peraturan penggunaan bahan bakar gas (BBG) bagi kendaraan transportasi
publik agar mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi.
Kurtubi juga meminta pemerintah mengimbau penggunaan briket batubara
untuk kompor-kompor yang dinyalakan nonstop dan membantu distribusi
serta promosinya agar masyarakat mudah mendapatkannya. "Tapi jangan
seminar lagi, sudah harus konkret," kata Kurtubi.
Lebih lanjut Kurtubi mengingatkan bahwa masalah BBM sudah merupakan
penyakit kronis yang terjadi berulang dan solusinya hanya menekan
pemerintah agar segera mencairkan dana kepada Pertamina untuk impor BBM.
"Hal itu selalu berulang dan pemerintah selalu memiliki kesulitan
menyiapkan dana tunai. Oleh karena itu Pertamina juga diminta lebih
cerdas untuk menagih piutang mereka yang cukup besar dari PLN dan pihak
lainnya," ungkapnya.
Ia juga tidak menyarankan jika pada kondisi terpaksa, pemerintah mencari
pinjaman uang dari konsorsium perbankan apalagi dengan bentuk pinjaman
jangka pendek. "Kita jangan jadi bangsa kurang cerdas karena mencari
pinjaman untuk membeli barang yang kemudian menjadi barang subsidi
dengan utang serta bunga yang dibayar dalam jangka pendek," demikian
Kurtubi. (Ant/Ima)


_____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke:
http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________

Kirim email ke