Tolong dibaca aturan di footer dibawah
--------------------------------------

Hai...hai...hai...guys,bagaimana "cuaca" Rabu ini? Boss, kantor, 
rumah, sekolah, ujian, pacar, keluarga, isi dompet? Oke ya? Kemarin, 
kita dibuat pusing dengan urusan perselingkuhan,poligami dan maraknya 
video panas yg direkam oleh PNS,pelajar,anggota parlemen,dll. Hari 
ini juga kita mendengar soal terempasnya dunia olahraga Indonesia, 
nilai-nilai budaya, biaya hidup, juga lingkungan. Sampah berserakan 
dimana-mana menutupi permukaan sungai, kualitas udara buruk, seburuk 
layanan dokter/rumah sakit dan berbagai kebijakan yang (hanya) 
menambah beban masyarakat, ditambah "gaya hidup" rendah kalangan 
birokrat - anggota parlemen, seperti madon (main perempuan) dan 
maling (korupsi). Tomorrow is another day ...  jangan pesimis, jangan 
kehilangan harapan! Semoga di tahun 2007 kita bisa beranjak dari 
tahun lalu, dan menjadi tahun bahagia untuk kita semua. Tapi hari ini 
kita ngomongin "corruption" aja ya...soale lg hot news...

Konon katanya KORUPSI itu merupakan WATAK MANUSIA siapa saja, kapan 
saja dan dimana saja. Jadi sama sekali tidak benar kalau dikatakan 
bahwa Korupsi sudah menjadi Budaya Indonesia. Korupsi adalah Budaya 
Dunia sepanjang masa. Yang berbeda adalah TEKNIK BERMAINNYA (halus 
atau kasar, seperlunya atau serakah, individualistis atau 
ramai-ramai), MOTIF PEMBENARAN DIRI (penghasilan tidak cukup atau 
pengeluaran terlampau besar), JENISNYA (korupsi waktu, korupsi 
kesempatan atau korupsi materi) dan PELUANGNYA (ketat atau terbuka 
lebar tak terjaga, hukumannya ringan atau berat).

Nah, kalau SIKONNYA FAVOURABLE DAN KONDUSIF, maka KORUPSI AKAN 
MERAJALELA dari BAWAH SAMPAI KEATAS dan dari ATAS SAMPAI KEBAWAH. 
Mohon maaf, harap tidak tersinggung kalau aku bilang apa adanya. Aku 
pun adalah manusia biasa berarti memiliki naluri yang sama dengan 
manusia umumnya, jadi tulisan ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk 
menyindir atau menuding orang tertentu. Apa yang kuceritakan adalah 
apa yang kudengar, kubaca dan aku saksikan bahkan terkadang aku 
alami. Jadi bukan sekali-kali aksi-aksi-an sok tahu, sok benar 
apalagi sok pintar. Oleh karena berdasarkan yang aku saksikan, 
mungkin saja ada teman2ku yang tidak pernah mendengar, menyaksikan 
maupun mengalaminya. Pandanganku barangkali terasa 
subjektif,  janggal dan 'too good to be true' buat mereka dan belum 
pernah diungkapkan oleh siapapun, namun inilah kisahnya.

Oleh karena itu aku salut terhadap temanku yang secara blak-blakan 
menceritakan pengalaman hidupnya yang walaupun secara moral salah 
namun temanku itu masih memiliki hati nurani, cerdik dan mau 
memperbaiki dirinya. Temanku (Ex-escort girl) tidak mau dijadikan 
gundik atau isteri simpanan atau terang-terangan (dipoligami). Kalau 
dia dijadikan 'isteri', maka dia bakal merugikan si pria maupun 
keluarganya - lagipula materi yang diperolehnya juga tak akan cukup 
untuk memajukan keadaan ekonominya sendiri karena pasti terbatas dan 
dijatah serta terkesan merongrong terus menerus. Celakanya di 
Indonesia, Sikon-nya sangat mendukung merajalelanya Korupsi. Teknik 
bermainnya yang kasar pun bisa diperhalus, karena budaya Asia Afrika 
(termasuk Indonesia)  yang feodalistis sejak jaman dulu merelakan 
pemberian upeti kepada yang lebih berkuasa. Sifatnya Solidaritas, 
apa-apa Kebersamaan (Ingat pameo : Mangan ora mangan asal ngumpul), 
gampang mengajak teman dan famili untuk berbuat kebaikan maupun 
kejahatan. Maka asal ada provokator yang terampil orang sekeluarga 
atau sekonco bahkan sekampung mudah dikerahkan untuk berbuat kebaikan 
maupun kejahatan. Tak heran Korupsi disuatu Lembaga Pemerintah atau 
Badan Usaha bisa terjadi beramai-ramai dan serempak, sehingga kalau 
mau diberantas dari mana mulainya. Pemerataan rejeki... pemerataan Korupsi.

Motif pembenaran diri yang terampuh adalah gaji tidak mencukupi. Ini 
alasan yang 100 % betul. Ya bagaimana tidak tergoda Korupsi kalau 
gaji sebulan hanya cukup untuk hidup minim dua minggu saja. Tetapi 
lebih celaka lagi, yang sudah bergaji besar dengan banyak tambahan 
tunjangan ini itupun yang semestinya berkelebihan bahkan bisa 
menabung dan investasi - toh tetap merasa kekurangan. Mengapa ? Ya 
karena diotaknya budgetnya selalu deficit spending, bukannya 
pengeluaran menyesuaikan diri dengan pendapatan melainkan dibuat terbalik.

Contoh nyata : Pangeran Jefri Bolkiah, adik laki-laki Sultan Brunei 
pada tahun 1999 mengalami kesulitan uang, karena punya utang sebanyak 
$ 3,6 milyar meski assetnya berupa rumah-rumah mewah di London, Paris 
dan Beverly Hills, hotel, mobil wah, barang-barang antik ditambah 
penghasilan besar tetap saja tekor karena income dan assetnya tak 
tahan berpacu dengan lifestyle nya yang boros. Apalagi kalau lagaknya 
mau tiru-tiru Sheik-sheik kaya Dollar atau para Baron Ekonomi dunia. 
Susahnya kita-kita ini sok pamer, senang gengsi padahal gengsi itu 
mahal harganya. Kita senang jadi "anak Bogor , biar tekor asal 
kesohor". Lebih runyam lagi ditambah selera koleksi gundik maka 
pengeluaran sudah tidak bakal bisa dikejar dengan penghasilan 
resminya --- maka arah menuju Korupsi kian mantap. Belum lagi orang 
tua, mertua, saudara kandung, ipar, teman-teman sekampung perlu terus 
menerus diberi rangsum.

Jenisnya, di Indonesia semuanya diborong. Segala jenis korupsi embat 
terus - mumpung....mumpung. Peluangnya...... wah di Indonesia sih 
terbuka lebar. Jangankan warga lokal, orang asing baik Bule maupun 
Jepang pun kalau ditempatkan di Indonesia ya ikutan berlumba 
memanfaatkan peluang Korupsi. Sistim pengamanan yang efektif belum 
punya, karena setiap ganti pemerintahan selalu ganti sistim.

Selain itu kentara sekali ada yang sengaja membuat sistim pengamanan 
yang tidak aman alias berlubang-lubang. Kalau toh tertangkap basah 
(karena kurang koordinasi atau kurang rasa pengertian atau kurang 
berbagi) maka masih banyak celah hukum untuk bisa lolos dari jerat 
hukum badan, kok ! Yang penting punya banyak duit dan backing.

Melihat begitu Favourable dan Kondusifnya Sikon untuk ber-Korupsi 
ria, tak heran mereka yang tadinya tergolong 'alim dan saleh', bahkan 
ada yang Prof. Dr. begitu diangkat menjabat sesuatu badan tidak mau 
ketinggalan kereta. Hanya sayangnya biar sekolahnya tinggi dan pintar 
belum paham betul cara bermainnya, ya kejeblos gara-gara menilap 
jutaan rupiah saja. Padahal yang sudah kampiun sih mainannya milyaran 
dan triliyunan, aman-aman saja tuh !

Korupsi seperti juga percabulan dimana-mana diseluruh dunia biar 
dibilang dinegeri yang terkenal 'paling bersih' sekalipun ada dan 
akan selalu ada. Itu kenyataan. Mustahil diberantas, paling dikurangi 
dan diminimalisirkan ketahap tidak sampai mengganggu kesehatan 
perekonomian negara. Barangkali persis kayak bakteri didalam tubuh 
kita, dibatasi dan dijinakkan saja agar tidak sampai melumpuhkan 
imunitas tubuh kita.

Mengapa Korupsi di Indonesia begitu merajalela dan sulit "dikurangi/ 
dijinakkan"?
Sebab dilakukan beramai-ramai, agak terang-terangan dan masyarakat 
sudah terbiasa berkompromi. Sekolah-sekolah dan banyak keluarga kita 
tidak pernah sungguh-sungguh mengajarkan membuat BUDGET, sehingga 
kata Robert Kiyosaki bagaimana mau 'MELEK FINANCIAL' ? Kehidupan 
ekonomi bagian terbesar rakyat Indonesia selalu dalam KETEKORAN. 
Segala jenis Korupsi serentak dilakukan karena adanya paham "aji 
mumpung". Diperparah dengan tidak adanya KETEGASAN dan KEPASTIAN 
HUKUM, apa-apa dibuat 'rancu', selalu ada dispensasi. Jangankan untuk 
hal lain-lain, urusan sistim ekonomi yang kita mau jalankan saja 
membingungkan. Sejak jaman sekolah saya dulu hingga sekarang masih 
putar-putar : "Ekonomi Indonesia bukan Kapitalis, bukan pula 
Sosialis, bukan Barat, bukan Timur, dst....dst". Serba bukan 
!  Jadinya mau kemana ?
Bingung kan?he..he..he...

Saya pengen sharing tentang pengalaman seorang teman kakak saya 
seperti ini ceritanya...

Dulu ketika dia masih muda sekali baru memulai usaha Problem 
Solver,memperoleh pekerjaan disuatu perusahaan lokal yang jadi 
rekanan badan Pemerintah. Kontrak kerja dia dengan perusahaan 
tersebut adalah membereskan sistim kerja didalam perusahaan itu 
sendiri (internal). Oleh karena clientnya baru sedikit dan 
penghasilannya hanya pas-pasan saja, maka terkadang Bos menyuruh dia 
untuk nyambi melakukan pekerjaan tambahan, tentu dengan bayaran 
extra. Maklum perusahaannya baru tergolong menengah, jadi Bos mungkin 
tidak sanggup menggaji terlalu banyak staf. Salah satunya adalah 
menyampaikan pesan dari si Bos kepada Bapak Pejabat dan sebaliknya, 
selain itu aku juga dibawakan beberapa amplop untuk Bapak tersebut 
dan beberapa Kepala Bagian. Amplopnya polos saja, tidak berciri 
menyolok namun dia bisa membedakannya untuk siapa-siapa berdasarkan 
ketebalannya maupun dari lipatan diujung amplop. Disebabkan isinya 
uang tunai, maka kalau jatahnya besar sekali dipecah dalam banyak 
amplop dan pemberiannya dilakukan berulang-ulang sepanjang bulan. 
Yang dapat amplop tiba-tiba menjadi 'pemurah' dan 'royal' lho, mereka 
tidak serakah makan sendiri melainkan sebagian dibagikan kepada para 
bawahan sampai ke supir dan pesuruh, juga sedekah ke badan amal. 
Termasuk dia yang jadi 'kurir' kecipratan juga. Tak tahu apakah 
mereka memang berhati mulia ataukah itu sekedar untuk ongkos tutup 
mulut ? Ketika itu dia sungguh 'naif dan bodoh', mau saja 'diperalat' 
dengan imbalan kecil, padahal bila kasus itu terbongkar yang paling 
celaka adalah dia. Dia bakal dijadikan 'bemper' atau 'kambing hitam', 
semua bakal 'cuci tangan' baik bosnya, para pejabat maupun 
bawahannya. Semua bawahan pasti akan membela atasannya, wong ikut 
kebagian rejeki kok.

Untunglah keadaan ini tak berlangsung lama karena dia tersentak 
menyadarinya, segera 'melepaskan diri' dari 'jaringan ruwet sarang 
laba-laba' ini. Dia berhasil keluar dari jerat itu, karena ada 
keberuntungan hinggap pada dirinya yaitu mendapat order pekerjaan 
yang baik dari Client lain-lain. Hal ini menyadarkan dia tentang 
perlunya punya cukup uang dan penghasilan agar bisa hidup 
independent, bebas dari 'ditunggangi', 'ditekan' dan 'diperalat'. 
Untuk bisa bermartabat dalam arti yang sebenarnya, Anda perlu punya 
cukup uang !

Oh ya, dia juga kerap jumpa juga para 'escort girls' kayak temanku yg 
aku sebutkan di atas, dan terkadang sempat ngobrol saat menunggu 
kesempatan bertemu dengan penguasa. Biasa dia sebut mereka 'Zus', 
suatu panggilan populer terhadap perempuan muda dijamannya (sekarang 
barangkali sama dengan 'Mbak'). Banyak yang sekolah lumayan tinggi 
(kebanyakan sih drop out), berkepribadian menarik dan dandanannya 
rapih angggun (tidak menor dan tidak a susila). Enak diajak ngobrol 
apa saja, tak terkesan perempuan nakal - tak ada kata-kata jorok dari 
mulut mereka. Terhadap dia yang waktu itu lebih muda usianya, mereka 
bersikap correct, memperlakukan dia sebagai adik laki-lakinya - tak 
ada tanda-tanda bahwa mereka mau 'memakai' dia sebagai 'obat awet 
muda' padahal tampangnya saat itu tergolong tampan, bisa buat 
keringat dingin yg liat dia. Wah, kayaknya mereka betul-betul 
profesional ! Tidak sembarangan jual murah,dan mengumbar napsu.

PANTESAN MEMPEROLEH TEMAN KENCAN MACAM BEGINI, PEJABAT, TOKOH ATAU 
BOS MANA YANG TIDAK JATUH HATI, SAMPAI-SAMPAI BERANI BERANINYA 
MEMPERTARUHKAN JABATAN SERTA KELUARGANYA ! Yang dia tak faham, 
mengapa perempuan sekarang yang berprofesi seperti temanku (escort 
girl) kok pada ingin atau rela diperisteri oleh seseorang pembesar, 
lalu terus menerus merong-rongnya dan bila tak dipenuhi tuntutannya 
'main buka-bukaan' didepan publik ?
He..he..he..kayak penyanyi dangdut Ms.ME VS Mr.YZ..:p

Web of Corruption begitu rumit, berbelit-belit kayak benang kusut - 
tak tahu lagi bagaimana cara menguraikannya, tak bisa ketemu ujung 
dan pangkal benangnya. Dibilang tidak ada, kok neraca negara tekor 
terus. Dikatakan ada, setiap diusut tak pernah terbukti. ANEH BIN 
AJAIB ! Terutama di Indonesia dimana Korupsi sudah menyusup ke 
berbagai organ, merasuk ke setiap sendi dan ramai-ramai melibatkan 
hampir seluruh korps suatu lembaga. Udah masuk jaringan DNA setiap 
orang Indonesia..katanya..bukan saya lho..berarti termasuk anda dan 
saya donk..he..he..emang sich kayaknya kita eehh maap saya juga suka 
ada dikit2 "time corruption" he..he...

Terus gimana donk..berarti ini home work tahun 2007...bisa dijadikan 
new resolution for Y2007 kali ye...

Wokeeh..kayaknya berat ya...met baca n have a super day(MT)



--------------------------------------------------------------
Website: http://www.rantaunet.org
=========================================================
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan,
silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* Posting dan membaca email lewat web di
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
dengan tetap harus terdaftar di sini.
--------------------------------------------------------------
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Posting email, DITOLAK atau DIMODERASI oleh system, jika:
1. Email ukuran besar dari >100KB.
2. Email dengan attachment.
3. Email dikirim untuk banyak penerima.
================================================

Kirim email ke