Tangan yang Panjang
Republika Online
Oleh : EH Kartanegara

Beberapa hari sebelum wafat, Rasulullah menunjukkan tanda-tanda khusus
yang  belum  pernah disaksikan para sahabatnya. Nabi, misalnya, sering
berbicara  tentang  keindahan surga. Bagitu menakjubkan keindahan itu,
seolah-seolah   saat  itu  beliau  benar-benar  menyaksikannya  secara
langsung.

Suatu  ketika,  sambil bercerita, beliau mengulurkan tangannya seperti
hendak  mengambil sesuatu, tapi kemudian ditariknya lagi. Para sahabat
yang  menyaksikannya, terheran-heran dan bertanya kepada beliau. ''Aku
melihat  surga,  dan  aku  menjangkau  setangkai anggur,'' jawab Nabi.
''Jika aku mengambilnya, kalian baru dapat menghabiskannya selama umur
bumi ini.''

Martin  Lings (Siraj al-Din Abu Bakar), mengutip salah satu hadis dari
kumpulan  hadis  Bukhari,  dan  mengolah  episode yang indah itu dalam
bukunya  yang  terkenal,  Muhammad:  His  Life  Based  on the Earliest
Sources  (1991).  Tanda-tanda  khusus  hari-hari akhir Muhammad, makin
tampak  ketika  ditanya oleh para istri beliau, ''Siapa di antara kami
yang pertama kali akan menemui Anda kelak?''

Dengan  suara yang menggetarkan hati, Nabi menjawab, ''Tangan siapa di
antara kalian yang paling panjang, itulah yang lebih dulu menemuiku.''
Mereka lalu mengulurkan tangan masing-masing dan membandingkannya satu
sama  lain.  Dugaan  mereka, tangan Saudah yang paling panjang. Dialah
istri Nabi yang paling tinggi dan besar.

Sekitar  10 tahun setelah Rasulullah wafat, ternyata Zainab yang lebih
dulu menyusul beliau. Dialah istri Nabi yang perawakannya paling kecil
dan  dijuluki  ''ibu  kaum  miskin'' yang pemurah hati. Tahulah mereka
bahwa  ''tangan paling panjang'' yang dimaksud Rasulullah adalah orang
yang gemar memberi: bersedekah.

Dalam  Islam,  bersedekah itu kewajiban setiap makhluk, dan bukan cuma
urusan   mereka  yang  berharta.  Bersedekah  itu  hubungannya  dengan
kebajikan  dan  tingkat  takwa  seseorang.  Setiap  orang bisa berbuat
kebajikan  dengan  apa saja yang dimilikinya. ''Dan apa saja kebajikan
yang   mereka   kerjakan,  maka  sekali-kali  mereka  tidak  dihalangi
(menerima  pahalanya);  dan  Allah  Maha  Mengetahui  orang-orang yang
bertakwa.'' (QS 3: 115).

Sungguh   unik   bahwa   seseorang  yang  melakukan  kebajikan  dengan
bersedekah,  hasilnya  bukan  untuk  orang  lain, melainkan untuk diri
sendiri.  Dalam  Qabasat  mina 'r-rasul, Muhammad Quthb mengutip hadis
yang  dirawikan Ibnu Hiban dan Baihaqi, ''Setiap matahari terbit, pada
diri  seorang  anak Adam ada sedekah. Pintu kebaikan sungguh banyak,''
tutur Rasulullah.

Mengucap  takbir,  tasbih,  tahmid,  tahlil,  berbuat amar ma'ruf nahi
munkar, menyingkirkan duri di jalan, memberi tahu orang tuli, menuntun
orang  buta,  menunjukkan  jalan  orang  tersesat, menolong orang yang
butuh  bantuan,  dan  membantu  orang  lemah  sudah bisa dikategorikan
sebagai  sedekah.  ''Semua  adalah sedekah darimu untuk dirimu,'' kata
Nabi.  Bahkan,  senyum  kepada  orang lain pun termasuk sedekah. Hanya
dengan  tangan  yang panjang itulah manusia mampu membangun peradaban.
Tak ada peradaban bisa didirikan di atas kejahatan.


Website http://www.rantaunet.org
_____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting
____________________________________________________

Kirim email ke