Senin, 19 Mei 2008 Malaysia tidak Naikkan Harga BBM
Belum saatnya mencabut subsidi, karena masih banyak yang miskin. KUALA TERENGGANU -- Kendati harga minyak dunia melonjak, pemerintah Malaysia diperkirakan tak akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Langkah itu dilakukan meskipun subsidi produk petroleum dan subsidi gas untuk sektor listrik dan industri naik dari RM 34,1 miliar (Rp 88,6 triliun) pada 2007, menjadi RM 40 miliar (Rp 104 triliun), tahun ini. Wakil Pengarah Seksyen Makro Ekonomi Unit Perancangan Ekonomi Jabatan Perdana Menteri, Allauddin Anuar, mengatakan negeri-negeri jiran kemungkinan akan menaikkan harga BBM 30 persen. Tapi, pemerintah Malaysia memutuskan tak menaikkan harga BBM untuk membendung inflasi karena krisis pasokan makanan dan agar rakyat tak menderita. ''Tahun ini, pemerintah memberikan berbagai subsidi dan bantuan kepada rakyat RM 43,39 miliar (Rp 111 triliun), meningkat hampir RM 5 miliar (Rp 13 triliun) dibandingn tahun 2007, yaitu RM 38,409 miliar (Rp 98 triliun),'' katanya pada Forum Peningkatan Harga dan Kebajikan Rakyat: Langkah Terkini dan Masa Depan, pekan lalu. Allauddin mengatakan pemerintah berhasil mengekang kenaikan tingkat inflasi lewat pemberian subsidi. Dari Kuala Lumpur dilaporkan, pemerintah sedang mengkaji ulang mekanisme pemberian subsidi bahan petroleum yang kini mencapai level RM 45 miliar. ''Langkah itu dilakukan untuk menghindari berbagai kekurangan dan memastikan subsidi membawa manfaat bagi golongan sasaran,'' kata PM Malaysia, Abdullah Ahmad Badawi, pekan lalu. Badawi yang juga menteri keuangan mengatakan kajian itu harus dibuat sebagai langkah hemat pemerintah untuk membelanjakan hasil petroleum sebelum negara kehabisan cadangan minyak. ''Malaysia diperkirakan menjadi negara pengimpor bersih petroleum tahun 2011, dengan permintaan domestik diperkirakan melebihi pengeluaran,'' katanya. Menurut Badawi, pendapatan pemerintah akibat kenaikan harga minyak, meningkat menjadi RM 51,1 miliar (Rp 132,6 triliun). Kenaikan harga minyak menyumbang 36,5 persen untuk keseluruhan pendapatan dan belanja negara yang mencapai RM 139,9 miliar (Rp 361 triliun). ''Pemerintah sadar akan pandangan umum bahwa dengan harga minyak semakin tinggi, keuntungan Petronas juga semakin bertambah dan ini bisa digunakan untuk membiayai subsidi. Namun, petroleum adalah sumber daya alam yang semakin berkurang. Kita harus berhemat,'' kata Badawi. Pengarah Eksekutif Institut Penyelidikan Ekonomi Malaysia (Mier), Dr Mohamed Ariff Abdul Kareem, mengatakan tetap memberikan subsidi adalah langkah terbaik. Langkah itu untuk memastikan rakyat tidak menanggung akibat yang lebih parah. ''Pakar ekonomi berpendapat subsidi bukan ide yang bagus, tapi itu baik dari sudut politik. Tapi kita harus menghapus ketergantungan terhadap subsidi secara perlahan,'' katanya saat menyampaikan ceramah ''Sebab-sebab kenaikan harga dan dampaknya'', kemarin. Saat ini, kata Ariff, belum saatnya menghapus subsidi. Sebab masih ada rakyat yang berada di bawah garis kemiskinan dan memerlukan subsidi untuk meneruskan kehidupan. Di antara alternatif yang bisa diambil sebagai langkah jangka panjang adalah subsidi dalam bentuk uang. Sementara itu, Menteri di Jabatan Perdana Menteri, Senator Datuk Amirsham Aziz, mengatakan Petronas telah membayar royalti sebesar RM 26,7 miliar kepada pemerintah pusat dan tiga pemerintahan negeri, sepanjang 2004-2007. Rinciannya, RM 13,4 miliar (Rp 34,8 triliun) kepada pemerintah pusat, Terengganu RM 7,3 miliar (Rp 18,9 triliun), Sabah RM 1,2 miliar (Rp 3,1 triliun), dan Sarawak RM 4,9 miliar (Rp 12,7 triliun). Mengenai cadangan minyak dan gas negara, dia mengatakan cadangan minyak masih akan ada sampai 22 tahun mendatang, dan gas 39 tahun mendatang. Tapi, mulai tahun 2014, Malaysia akan menjadi importir. zulkofli jamaludin, hanneeyzah bariah baharin, azman zakaria, faiza zainuddin, sazarina shahrim, norliza wasilan. http://www.republika.co.id/Koran_detail.asp?id=334460&kat_id=411