MEMILIH MEDIA SILATURAHMI BISNIS YANG TEPAT 

Oleh: Gagan Gartika 

Anda tahu nepotisme? Atau, pernahkah Anda mendengar kata koneksi? Dua hal 
tersebut, meski belakangan dimaknai sebagai suatu hal yang cenderung negatif, 
sebenarnya punya dampak yang sangat positif. Sebab, berhasilnya sebuah bisnis, 
kadang ditentukan oleh seberapa besar jaringan yang dimiliki oleh pemilik 
bisnis. Jaringan itu bisa berupa pertemanan, jaringan distribusi, jaringan 
pemasaran, atau jaringan lainnya. 

Sayangnya, kadang kita kurang mampu memaksimalkan potensi jaringan ini. 
Padahal, caranya cukup mudah. Salah satunya, yaitu dengan membuat berbagai 
media sebagai wadah untuk berkomunikasi. 

Ada berbagai macam cara untuk mendapatkan media yang tepat. Salah satunya 
dengan memanfaatkan hobi. Tenis atau golf misalnya. Berapa banyak orang yang 
menjadikan olahraga tersebut sebagai media untuk pengembangan bisnis. Cara 
lain, dengan media sharing pengetahuan. Coba lihat, klub-klub eksekutif kini 
bertebaran. Mereka biasanya punya agenda membahas aneka masalah seputar bisnis 
atau hal lain. Dari sini, perbincangan soal pengembangan bisnis pun bisa 
dilakukan. Tengok pula munculnya berbagai asosiasi dalam berbagai bidang. 
Asosiasi tersebut selain untuk mengakomodasi kepentingan anggotanya, juga 
menjadi sebuah media interaksi antaranggota demi kemajuan bisnis mereka. 

Jika menilik manfaat positif media-media semacam ini, maka sebenarnya urusan 
nepotisme atau koneksi sebenarnya bukan sesuatu yang negatif. Sepanjang 
sama-sama saling menguntungkan, serta tetap mengindahkan aspek dan norma hukum 
yang berlaku, memanfaatkan media semacam ini sah-sah saja dilakukan. 

Bahkan, dengan menggunakan media semacam ini, jaringan bisnis bisa makin 
diperluas. Upaya saling dukung antarbidang yang terhubung melalui media-media 
semacam ini dapat memajukan pelaku bisnis yang bersangkutan. Inilah suatu 
bentuk implementasi silaturahmi yang saling menguntungkan. Kekuatan dari 
potensi silaturahmi yang dikembangkan, bisa dimaksimalkan dalam media-media 
semacam ini. 

Masalahnya, bagaimana agar bentuk silaturahmi ini benar-benar bisa mencapai 
sasaran seperti yang diinginkan? Media seperti apakah yang bisa dimaksimalkan 
potensinya agar bisa menyokong kemajuan bisnis kita? Seperti contoh di atas, 
berikut akan kita bahas beberapa bentuk media yang bisa kita pilih agar 
maksimal potensinya. 

Menggunakan media berdasarkan hobi
Hampir setiap orang mempunyai hobi atau kesenangan masing-masing. Kadang, ada 
yang unik. Misalnya, hobi memelihara burung kicau jenis tertentu. Ada pula yang 
hobinya sangat menantang, seperti pecinta alam. Selain itu, banyak pula yang 
hobinya berolahraga, seperti tenis dan golf. 

Dua hobi terakhir inilah yang selama ini paling sering dijadikan ajang 
silaturahmi bisnis. Dari klub-klub tenis dan golf, biasanya banyak eksekutif 
berkumpul. Selain bersantai, mereka pun acap kali membicarakan persoalan bisnis 
di lapangan. Tak jarang, 'deal-deal' besar bisnis pun ditentukan di lapangan. 

Bisa dikatakan, keuntungan menggunakan hobi sebagai media silaturahmi bisnis 
cukup banyak. Selain bisa rileks, kita juga bisa sekaligus meningkatkan 
kemampuan dalam hobi yang kita tekuni. Suasana rileks inilah yang bisa 
mendukung kita untuk bicara mengenai hal apa pun. Termasuk, urusan pengembangan 
bisnis. Namun, perlu kita ingat. Tak semua orang ingin menjadikan hobi sebagai 
media silaturahmi bisnis. Kadang, ada juga yang benar-benar ingin menjadikan 
hobi sekadar pelepas stres. Karena itu, kita harus pandai-pandai melihat 
situasi. 

Yang jelas, apa pun hobi kita, biasanya selalu ada komunitas yang punya 
kesamaan hobi dengan kita. Kalau pun belum ada, kita pun bisa membentuknya. 
Dan, setelah bergabung, kita harus selalu aktif. Dengan begitu, kita akan cepat 
dikenal dalam kelompok tersebut. Makin dikenal, sudah tentu akan makin luas 
pula pergaulan dan pengaruh kita dalam komunitas tersebut. 

Menggunakan media berdasarkan dasar minat pengetahuan
Saat ini, hampir setiap hari di media dibombardir iklan seminar. Baik seminar 
bisnis, keuangan, atau seminar lainnya. Tak jarang, para peserta seminar, 
selain bertujuan untuk mendapatkan ilmu, juga untuk menjadikan ajang seminar 
sebagai silaturahmi bisnis dengan peserta seminar lain. Sebab, biasanya, mereka 
yang datang dalam sebuah seminar, memiliki minat yang sama terhadap bidang 
pengetahuan yang disajikan dalam seminar tersebut. Dari kesamaan minat inilah, 
sebuah awal silaturahmi bisnis dilakukan. Bahkan, acapkali, seusai seminar, 
para peserta akan saling bertukar kartu nama. Ujung-ujungnya, akan dilanjutkan 
dengan pertemuan-pertemuan lain. 

Inilah salah satu media silaturahmi bisnis yang bisa kita manfaatkan. Karena 
itu, tak heran, saat ini banyak bermunculan klub-klub eksekutif yang 
mengakomodasi kesamaan minat pada bidang tertentu ini. Misalnya, klub keuangan 
atau klub marketing. Keuntungannya jelas. Jika kita bergabung dengan komunitas 
marketing, kemampuan ilmu pemasaran kita bisa makin terasah. Kita jadi makin 
banyak tahu trik memasarkan suatu produk karena sering berdiskusi dengan 
kelompok tersebut. Kemudian, saat bergabung di klub keuangan, kita bisa 
membicarakan perencanaan keuangan, baik pribadi, keluarga, ataupun perusahaan. 

Menggunakan media berdasarkan kesamaan bidang
Hampir mirip dengan pola silaturahmi bisnis sebelumnya, media yang digunakan 
kali ini adalah berdasarkan kesamaan bidang yang digeluti. Dari sini, biasanya 
akan muncul berbagai macam asosiasi usaha atau bisnis tertentu. 

Setiap perusahaan mempunyai bidang bisnis yang berlainan. Apakah bergerak di 
bidang jasa atau jual beli barang, tentu berbeda penanganannya. Dengan 
mengetahui bidang bisnis yang kita geluti, akan lebih mudah bagi kita memilih 
media sebagai tempat pengembangan diri untuk memperluas jaringan. Misalnya, 
jika kita bergerak di bidang jasa arsitek, kita bisa bergabung di komunitas 
persatuan pekerja arsitek. Atau, jika punya bisnis di pasar, kita bisa 
bergabung di asosiasi pedagang pasar. 

Komunitas-komunitas tersebut merupakan media tempat mengembangkan jaringan 
bisnis. Bahkan, kalau perlu kita bisa mendirikan asosiasi sendiri. Kita bisa 
mengajak relasi yang memiliki kesamaan bidang bisnis. Saya pun menempuh cara 
ini, yaitu mengumpulkan teman untuk mengembangkan usaha di bidang depo dan 
pergudangan menjadikan suatu asosiasi yang mampu melahirkan peluang baru 
berkaitan dengan penyediaan tempat penumpukan petikemas dan juga penampungan 
barang. 

Begitulah, bisnis tanpa jaringan akan sulit mencapai kemajuan. Karena itu, kita 
pun harus pandai-pandai bersosialisasi untuk memperluas silaturahmi bisnis yang 
kita jalani. Dengan begitu, kita bisa memperkuat jaringan bisnis ke mana dan di 
mana saja kita berada.[gg] 

* Gagan Gartika adalah praktisi Silaturahmi Marketing, pemilik beberapa bidang 
usaha serta Ketua Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Bisnis (LPPB) Sinergi, 
dan Alumni Sekolah Penulis Pembelajar angkatan ke-5. 

[Pembelajar.Com::] 

Kirim email ke