SURAT KEMBANG KEMUNING: 

PAMERAN SALIM DI KOTAPRAJA PARIS Vème [12]

Karena masih belum bisa hidup dari lukisan-lukisannya,Salim kembali melakukan 
pekerjaan apa saja untuk bisa survive [survivre] antara lain bekerja sebagai 
pembersih rumah [l'homme de menage]. Melalui pekerjaan-pekerjaan jenis ini yang 
di sini disebut sebagai "les petits bulots",Salim berkenalan dengan kehidupan 
lapisan bawah masyarakat Perancis yang tentu saja merupakan satu sekolah 
kehidupan tersendiri baginya. Sekolah kehidupan untuk mengenal hidup yang 
ternyata memang tidak ramah dan menagih "kejantanan" menjawabnya jika 
menggunakan kata-kata penyair Ramadhan KH.Untuk selalu memelihara "tanda 
kejantanan" ini, Salim membubuhkan dua patah kata  berbahasa Catalan di tembok 
apartemennya: "Mai Morirem" yang berarti "kita tidak akan mati-mati". Atau 
manusia itu tidak terkalahkan."Mai Morirem" inilah yang dijadikan oleh Salim 
sebagai motto hidup dan berkreasi. Melalui motto ini Salim menunjukkan betapa 
ia mencintai hidup betapa pun garangnya kehidupan, dan hidup sebagai manusia 
yang tidak terkalahkan berarti mencipta. Mencipta bukan untuk nama dan uang 
tapi lebih demi suatu nilai.

Pengenalannya terhadap lapisan bawah masyarakat Paris ini, terutama di daerah 
St. Ouen , bagian utara Paris, ia tuangkan ke dalam beberapa lukisannya entah 
berupa pemandangan atau pun perumahan-perumahan mereka. Melalui pergaulan ini 
dan bertandang ke rumah-rumah mereka, Salim makin merasa "at home" di Paris, ia 
tidak lagi merasa diri asing. Makin mengkhayati nafas dan permasalahan Paris 
sesungguhnya. 

Paris sebenarnya adalah masyarakat yang tidak bisa dibilang terbuka. Mereka 
hidup dalam kelompok-kelompok kecil. Untuk membuka masyarakat tertutup ini, 
kita perlu memasuki kelompok-kelompok kecil ini sebagai kunci pembuka. Apabila 
kita sudah diundang ke rumah-rumah pribadi, maka hal ini menandakan kita sudah 
disambut dan kunci pembuka ada di tangan kita. Salim melalui "les petits 
bulot"nya kemudian memperoleh kunci pembuka di tangan.

Ketika mengenang kembali Paris pada tahun-tahun 1920an dan 1930an, 
membandingkan Paris yang sekarang, Salim melihat benar perobahan masyarakat 
ibukota Perancis ini.Pada tahun-tahun 20an dan 30an, Paris, adalah Paris yang 
ramah, akrab dan murah hati. Dengan perobahan komposisi demografis kota, kota 
pun turut berobah. Dengan dipindahkannya pabrik-pabrik ke pinggir kota yang 
disebut "ceinture de Paris" [ikat pinggang Paris], Paris menjelma menjadi kota 
orang berada. Pola pikir dan mentalitas penduduk kota pun  berobah. Apabila 
kita datang ke propinsi-propinsi, orang-orang propinsi mengatakan bahwa "Paris 
bukanlah Perancis" sekalipun Paris tetap kota yang memukaukan dari segi 
arsitektur dan kegiatan budayanya. Museum dengan segala jenis museum, tokobuku, 
perpustastakaan, galeri bisa kita dapatkan di mana-mana.Jalan, café, restoran,  
pagar taman dijadikan bahkan aspal jalanan, terutama di musim panas, dijadikan 
ruang dan sarana seni pengungkapan diri.Panggung-panggung terbuka terdapat di 
berbagai pojok kartir kota. Lebih-lebih sekarang ketika Paris berada di bawah 
pimpinan walikota Delanoë. Sungai Seine pada musim panas dijadikan oleh 
Delkanoë sebagai tempat bersantai penduduk dan para wisatawan. Adalah suatu 
kekeliruan besar jika memandang Paris sebatas kota mode dan parfum karena Paris 
juga adalah pusat kebudayaan dan kegiatan cendekiawan yang selalu gelisah 
dengan pencarian mereka.

Sanggar melukis Salim pada waktu tahun 30an terletak di sekitar Montparnasse. 
Montparnasse di samping St Michel yang terletak di Kartir Latin merupakan pusat 
berkumpulnya para seniman dan intelektual. Eksistensialisme justru lahir di 
St.Michel, kartir Latin di pusat Paris. Montmartre yang terletak di Paris 
Utara, belum terlalu menonjol dibandingkan dengan Montparnasse dan St.Michel. 
Montparnasse dan St. Michel juga bisa dikatakan sebagai dua aliran kesenian 
pada waktu itu. Andaikan sastrawan dari angkatan "The Lost Generation" Amerika 
Serikat masih hidup, mereka pun akan mengenang kartir-kartir ini sebagai tempat 
tak terlupakan dalam pembentukan diri mereka sebagai sastrawan. Kartir-kartir 
ini pun mempunyai arti tersendiri bagi Salim sebagai pelukis dan membekas di 
karya-karyanya.Juga pada alm.penyair Wing Kardjo, kritikus senirupa Sanento 
Yuliman yang dengan rasa berat meninggalkan Paris setelah menyelesaikan tesis 
doktor mereka di l'Ecole des Hautes Etudes En Sciences Sociales [l'EHESS], 
Paris.


Paris, Februari 2005.
--------------------
JJ.KUSNI

Catatan: Foto-foto lukisan Salim terlampir berjudul ""mille fleurs"", ""mille 
fleurs-1"", ""paysage rêvé" [Dari dokumentasi Jelitheng & JJK].

   
[Bersambung....]

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give underprivileged students the materials they need to learn. 
Bring education to life by funding a specific classroom project.
http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke