Media Indonesia
Jum'at, 12 November 2004

OPINI

Agenda-Agenda Islamis, Sumber Parokialisme Politik


MASALAH yang sering diperdebatkan mengenai masalah hubungan antara Islamisme 
dan demokrasi adalah adanya sikap yang menghendaki supremasi norma-norma 
atau hukum Islam (syariat) atas norma-norma sekuler untuk mengatur kehidupan 
publik. Syariat atau norma-norma Islam adalah konsep yang sangat besar dan 
umum, dan karena itu sering muncul perbedaan pemahaman tentang rincian dan 
ruang lingkupnya. Bahkan, konsep syariat biasa juga digunakan untuk merujuk 
pada Islam itu sendiri. Syariat adalah Islam, atau sebaliknya. Karena begitu 
umum pengertiannya, mempertentangkan antara syariat atau Islam dengan 
demokrasi sering tidak didasarkan atas tolok ukur yang jelas dari konsep 
syariat atau Islam itu sendiri.

Dukungan terbelah
Dalam tradisi kesarjanaan Islam ada sejumlah ketentuan yang cukup spesifik 
dan dipahami merupakan bagian dari syariat walaupun tidak mewakili konsep 
syariat yang luas tersebut. Di kalangan aktivis penegakan syariat Islam 
dalam kehidupan publik sejumlah ukuran biasa dikedepankan untuk menjelaskan 
secara spesifik apa yang sedang mereka perjuangkan. Di antaranya yang biasa 
muncul adalah tuntutan: pencuri harus dihukum potong tangan, pezina harus 
dicambuk hingga mati, poligami dibolehkan bagi mereka yang mampu berbuat 
adil terhadap istri-istri mereka, pelarangan terhadap bunga bank karena 
dipercaya bertentangan dengan syariat, pemimpin harus laki-laki, hak waris 
bagi anak laki-laki dua kali lebih banyak dari hak waris bagi anak 
perempuan.

Semua tuntutan yang dipercaya bagian dari syariat itu bertentangan dengan 
nilai-nilai demokrasi yang menekankan prinsip kemanusiaan seperti 
mengedepankan pendidikan dan rehabilitasi bagi perilaku kriminal seperti 
mencuri, kebebasan untuk mencari keuntungan dalam berusaha yang didasarkan 
atas kesepakatan pihak-pihak yang terkait, dan kesetaraan gender seperti 
dalam masalah hak untuk beristri atau bersuami atau tidak menikah, hak untuk 
memimpin, hak untuk mendapatkan sumber kehidupan seperti warisan.

Dukungan atau sikap positif terhadap ketentuan-ketentuan yang spesifik 
tersebut merupakan karakteristik dari kelompok atau aktivis Islamis. Karena 
itu, semuanya dapat disebut sebagai agenda-agenda sosial-politik Islamis. 
Dalam studi PPIM-FI-JIL, pada tingkat sikap, operasionalisasi dari 
agenda-agenda Islamis itu adalah sebagai berikut: Seberapa setujukah dengan 
pendapat bahwa 1) hukum potong tangan bagi pencuri harus ditegakan oleh 
pemerintah kita; 2) laki-laki boleh beristri lebih dari satu; 3) pemerintah 
harus melarang bunga bank karena ia bertentangan dengan ajaran Islam; 4) 
perempuan tidak boleh menjadi presiden; 5) dalam pembagian waris dari orang 
tua anak perempuan harus mendapat separuh dari bagian anak laki-laki; dan 6) 
orang berzina harus dirajam (dilempari sampai mati).

Dalam studi tersebut diperoleh gambaran tentang sikap umat Islam Indonesia 
terhadap agenda-agenda Islamis tersebut seperti pada Grafik 1 (Metode dan 
sampel dari studi ini lihat boks "Metode dan Sampel"). Terlihat bahwa 
masyarakat Islam Indonesia terbelah dalam dukungan mereka terhadap 
agenda-agenda Islamis tersebut. Cukup besar yang setuju dengan pelaksanaan 
hukum potong tangan bagi pencuri (40%), dengan poligami (39%), dengan 
pelarangan bunga bank (41%), dengan pola pembagian waris (58%), dengan hukum 
rajam bagi pezina (55%), dan dengan ketidaksetujuan perempuan menjadi 
presiden (41,1%) sebagai ukuran dari keharusan hanya laki-laki yang boleh 
menjadi pemimpin. Skor-skor dari seluruh enam item tersebut digabungkan dan 
membentuk apa yang disebut sebagai indeks dukungan terhadap agenda-agenda 
Islamis. Skor rata-rata dari indeks dukungan terhadap agenda-agenda Islamis 
yang berskala satu (sangat tidak mendukung) hingga lima (sangat mendukung) 
adalah 3,01, yang berarti "moderat" dalam dukungan terhadap agenda-agenda 
Islamis tersebut dalam masyarakat muslim Indonesia. Ini tidak berarti bahwa 
dukungan tersebut kecil, dan bukan pula dominan, melainkan suatu pembelahan 
yang tidak memberikan kepastian tentang posisi masyarakat muslim Indonesia 
pada umumnya mengenai isu tersebut. Karena itu, agenda-agenda itu bisa 
menjadi sumber kontestasi sosial dan politik bagi kedua belah pihak dalam 
memaknai keberislaman mereka.

Yang menarik kemudian adalah bagaimana pola hubungan antara dukungan 
terhadap agenda-agenda sosial politik Islamis dan dukungan terhadap 
demokrasi sebagai sistem politik terbaik dan nilai-nilai yang terkandung di 
dalamnya. Nilai-nilai yang dimaksud adalah dukungan terhadap hak minoritas 
untuk menyampaikan kepentingan mereka meskipun harus bertentangan dengan 
kepentingan kelompok mayoritas. Di samping itu juga dukungan terhadap 
kesetaraan warga di muka hukum lepas dari agama yang mereka anut, kebebasan 
untuk berorganisasi, dan dukungan terhadap ide bahwa persaingan bebas dalam 
pemilihan umum membantu memperbaiki pemerintahan.

Studi PPIM-FI-JIL menunjukkan bahwa secara umum dukungan terhadap 
agenda-agenda Islamis dan dukungan terhadap demokrasi tidak bertentangan, 
atau tidak punya hubungan. Dukungan terhadap demokrasi dan nilai-nilainya 
tidak menurunkan dukungan terhadap agenda-agenda Islamis, ataupun 
sebaliknya. Tapi, ada indikasi bahwa hubungan tersebut positif ketika 
demokrasi dipahami hanya sebagai kebebasan bagi setiap warga untuk bersaing 
memperebutkan jabatan publik seperti dalam pemilihan umum.

Pola hubungan ini mengindikasikan bahwa persenyawaan antara Islamisme dan 
demokrasi belum terjadi. Keduanya terpisah bagaikan minyak dan air. Dilihat 
dari kepentingan untuk memperdalam akar sosial bagi dukungan terhadap 
demokrasi maka keterpisahan ini menunjukkan bahwa demokrasi tidak kongruen 
dengan nilai-nilai Islamis meskipun yang terakhir tidak menunjukkan gejala 
penggerogotan terhadap demokrasi. Islamisme bagaikan mantel yang membungkus 
kesadaran aktivis Islamis untuk tidak terorientasi secara positif terhadap 
demokrasi. Tidak adanya orientasi terhadap demokrasi secara positif ini 
mengindikasikan bahwa Islamisme membentuk suatu kesadaran politik parokial, 
dan karena itu tidak membantu bagi pendalaman demokrasi di kalangan 
pendukung agenda-agenda sosial-politik Islamis.

Hubungan selektif
Bersamaan dengan kecenderungan tersebut, Islamisme kelihatannya cukup 
selektif dalam berhubungan dengan demokrasi. Ia berhubungan positif dengan 
demokrasi elektoral. Selektivitas ini mengindikasikan bahwa demokrasi bukan 
suatu hal yang aneh bila diterima sebagai alat untuk mobilisasi vertikal, 
untuk menguasai jabatan publik, tapi tanpa disertai dengan agenda-agenda 
yang mencerminkan nilai-nilai demokrasi yang lain, terutama kebebasan sipil 
seperti kesetaraan gender dan kesetaraan agama dalam kehidupan publik. Tidak 
tertutup kemungkinan bahwa demokrasi sebagai prosedur digunakan untuk 
mewujudkan agenda-agenda Islamis dalam kehidupan publik. Ini suatu 
kemungkinan dari munculnya Demokrat Islamis. Kelompok-kelompok dan aktivis 
Islamis kemudian harus menjadi tertantang untuk menutup kemungkinan 
tersebut, dan sebaliknya melakukan persenyawaan antara keduanya secara lebih 
dalam agar kehidupan sosial-politik bangsa ini menjadi semakin beradab dan 
kuat.

Posisi NU dan Muhammadiyah
Siapa pendukung agenda-agenda Islamis ini? Data survei nasional PPIM-FI-JIL 
menunjukkan bahwa dukungan terhadap agenda-agenda Islamis tersebut terkait 
dengan Muslim yang terpelajar, dengan pendukung PKS, dan 
organisasi-organisasi aktivis Islamis seperti FPI, MMI, dan Hizbut Tahrir, 
dan dengan Muslim laki-laki. Temuan ini mengonfirmasi pandangan selama ini 
bahwa organisasi-organisasi tersebut memang punya agenda-agenda Islamis yang 
mereka perjuangkan. Ini dirasakan setidaknya oleh para pendukung mereka 
sendiri.

Sementara itu identifikasi diri dengan NU dan Muhammadiyah sebagai dua ormas 
Islam terbesar di tanah air tidak punya hubungan dengan dukungan terhadap 
agenda-agenda Islamis tersebut. Temuan ini juga mengonfirmasi pandangan 
selama ini bahwa NU dan Muhammadiyah adalah ormas Islam yang menjaga 
moderasi sikap sosial politik umat Islam dalam konteks ke-Indonesiaan. 
Tampaknya bukan hanya di tingkat kedua organisasi ini, di tingkat pendukung 
akar rumput pun kedua ormas ini tidak punya kaitan dengan agenda-agenda 
Islamis tersebut.

Perbedaan pola hubungan dua kelompok Islam ini dengan agenda-agenda Islam 
mengingatkan kita pada masa amandemen Undang-Undang Dasar 45. Waktu itu, 
kelompok-kelompok aktivis Islamis dalam frekuensi yang cukup banyak 
melakukan aksi-aksi menekan MPR agar memasukan ketentuan pemberlakuan 
syariat bagi pemeluk agama Islam ke dalam UUD. Gerakan ini mendapat 
tandingan dari NU dan Muhammadiyah yang waktu itu dimotori langsung oleh 
ketua mereka. Ketua PB NU Hasyim Muzadi dan ketua Muhammadiyah Syafi'i 
Maarif secara terbuka menolak pemasukan agenda Islamis ke dalam UUD kita. 
Kubu NU-Muhammadiyah dan kelompok-kelompok aktivis Islamis bergerak di luar 
gedung parlemen, sementara di dalam gedung parlemen Fraksi Reformasi yang 
terdiri dari PAN dan PK (sekarang PKS) terbelah ke dalam dua kubu dalam 
menyikapi isu tersebut. PAN menolak aspirasi kelompok Islamis tersebut, 
sementara PK mendukungnya walaupun dengan usulan redaksi yang agak berbeda.

Tentu saja sejarah yang akan mencatat nanti apakah polarisasi dua kekuatan 
Islam ini akan berkelanjutan atau tidak. Apakah kelompok-kelompok aktivis 
Islamis itu akan mendekat ke posisi NU, Muhammadiyah, PKB, dan PAN, atau 
sebaliknya akan terus mengonsolidasikan diri mereka agar menjadi kekuatan 
yang lebih luas untuk mewujudkan agenda-agenda Islamis mereka dalam 
kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagian jawabannya tentu ada pada 
kelompok-kelompok aktivis Islamis tersebut.
 



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar.
Now with Pop-Up Blocker. Get it for free!
http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Posting: [EMAIL PROTECTED]
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke