CATATAN SEORANG KLAYABAN: 

MENUNGGU UJUD SEBUAH JANJI


Suciwati, istri almarhum Munir yang tewas karena racun mengajukan sejumlah 
tuntutan kepada pemerintah. Pertama, pemerintah harus segera menyerahkan hasil 
otopsi lengkap kepada pihak keluarga Munir.Demikian Tempo Interaktif [12 
November 2004].Tuntutan dari keluarga Munir yang kedua adalah digelarnya 
investigasi menyeluruh dan terpercaya dengan melibatkan pihak-pihak masyarakat 
sipil dan Komnas HAM. Keluarga juga menuntut pemerintah harus memberikan 
jaminan perlindungan terhadap tim investigasi tersebut serta memiliki akses 
informasi untuk kepentingan pengusutan. Persoalan ini sudah disampaikan Widodo 
kepada Presiden Yudhoyono. SBY bilang, keadilan dan akuntanbilitas kebenaran 
harus ditegakkan, ujar Todung Mulya Lubis dari pengurus Kontras.


Tuntutan kedua keluarga almarhum Munir kepada pemerintah agar "memberikan 
jaminan perlindungan terhadap tim investigasi" "serta memiliki akses informasi 
untuk kepentingan pengusutan" adalah tuntutan yang berkata banyak sekaligus 
melukiskan latarbelakang sejarah, terutama latar sejarah politik, dan apa yang 
dialami selama ini. Untuk menghentikan pengusutan pihak tertentu, terutama yang 
merasa kepentingan mereka terancam tidak segan-segan melakukan penghilangan 
paksa sampai kepada likwidasi fisik. Ketika masih berada di Palangka Raya, saya 
pernah diminta oleh Kontras untuk mencarikan saksi tentang konflik etnik di 
Kalimantan Tengah [Kalteng]  untuk dihadirkan ke sidang pengadilan di Jakarta. 
Pada detik terakhir setelah tercapai beberapa kesepakatan, para saksi yang 
tadinya menyatakan kesediaan, kemudian menarik kembali kesediaan mereka untuk 
bersaksi karena khawatir akan keselamatan mereka setelah kembali ke Kalteng. 
Ketakutan memberi kesaksian ini juga terjadi Palangka Raya sendiri ketika 
masyarakat Dayak melakukan gugatan hukum terhadap penembakan oleh para snipers 
[penembak jitu] secara sewenang-wenang para pengunjuk rasa di Bundaran Besar. 
Ketakutan akan kematian menghalang tegaknya kebenaran dan keadilan. Masih 
adanya ketakutan begini menunjukkan bahwa sekalipun secara teori "pendekatan 
keamanan dan stabilitas nasional" dinyatakan sudah ditinggalkan pada era yang 
disebut reformasi, tapi ia masih tersisa dan berlangsung dalam kehidupan 
sehari-hari. Dari segi ini saya kira, tuntutan-tuntutan yang tegas dari 
keluarga Munir [cq.Suciwati]  merupakan hal penting dalam melibas ketakutan. 
Dengan latar sejarah dan pengalaman begini maka tuntutan Suciwati agar 
"pemerintah harus memberikan jaminan perlindungan terhadap tim investigasi 
tersebut" patut digarisbawahi.  


Sedangkan tuntutan Suciwati agar "memiliki akses informasi untuk kepentingan 
pengusutan" saya kira mempunyai arti kunci jika diingat betapa banyaknya selama 
ini rekayasa demi rekayasa telah dilakukan untuk menyelubungi keadilan dan 
kebenaran. Tidak adanya akses informasi untuk mendapatkan kebenaran, sama 
dengan kita ditempatkan dalam ruangan busuk kebohongan. Kebohongan dijadikan 
dasar pengambilan keputusan dan membentuk pendapat umum. Demokratisasi negeri, 
nilai-nilai republiken dan keindonesiaan kiranya tidak mungkin ditegakkan jika 
kebohongan dijadikan dasar utama pengambilan keputusan, terutama keputusan 
politik. Kebenaran dan keadilan agaknya sangat ditakuti di negeri ini. 
Kebenaran dan keadilan disekap dalam penjara ketakutan dan teror [fisik dan 
mental] dari berbagai jurusan dan berbagai tingkat. Dalam pemilihan bupati di 
kabupaten Katingan, Kalteng, misalnya, sebuah partai politik bahkan mengancam 
secara fisik para anggota DPRDnya  yang membelot. Bukit Tangkiling antara 
Palangka Raya dan Kasongan, ibukota kabupaten Katingan, masih tegak menjadi 
saksi ancaman begini. Tentu saja contoh-contoh kongkret masih bisa kita 
deretkan menjadi rangkaian panjang. Keadaan beginilah yang kusebut dengan 
istilah "politik bandit yang dilakukan oleh politisi bandit mengangkangi negeri 
dan bangsa". Republik dan Indonesia tidak mungkin selamat dan diselamatkan jika 
politisi bandit dan banditisme politik masih berdominasi. 


Dalam konteks begini maka jawaban Presiden Yudhoyono menanggap tuntutan 
Suciwati yang mengatakan bahwa "keadilan dan akuntanbilitas kebenaran harus 
ditegakkan" menjadi penting dan merupakan sebuah janji yang ditunggu ujud 
nyatanya. Walaupun gantang penakar "keadilan dan akutantanbilitas kebenaran" 
bisa bermacam-macam. Gantang  apa yang digunakan oleh Presiden Yudhoyono untuk 
menakar "keadilan dan kebenaran" akan dilihat dalam proses selanjutnya. Gantang 
penakar yang digunakannya jugalah yang akan menakar apa-siapa sebenarnya 
Presiden Yudhoyono sebagai orang pertama negara ini. Tetua kita menyimpulkan 
pengalaman berabad mereka dalam pepatah: "menepuk air di dulang memercik ke 
muka sendiri", "tangan mencencang bahu memikul" saya kira masih berlaku. "Yang 
menabur angin akan menuai badai", ujar orang Tiongkok. Dan orang Amerindian 
Chiapas Meksiko berkata "Basta!" [Cukup!] kepada penindasan. "Peda!" ujar orang 
Dayak Katingan Kalteng. Tidak cukupkah penindasan dan kebohongan kita alami?!


Paris, November 2004.
--------------------
JJ.KUSNI










Lampiran:

http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2004/11/12/brk,20041112-38,id.html


Nasional

Keluarga Munir Minta Investigasi Menyeluruh
Jum'at, 12 November 2004 | 17:56 WIB 

TEMPO Interaktif, Jakarta: Suciwati, istri almarhum Munir yang tewas karena 
racun mengajukan sejumlah tuntutan kepada pemerintah. Pertama, pemerintah harus 
segera menyerahkan hasil otopsi lengkap kepada pihak keluarga Munir. Karena 
tata krama diplomatik internasional menyatakan tidak boleh menghilangkan hak 
tersebut. Pemerintah Belanda dan Indonesia tidak punya itikad baik menyerahkan 
hasil otopsi tersebut, kata Suciwati dengan mata berkaca-kaca. 

Pernyataan Suci ini disampaikan dalam jumpa pers yang diadakan Kontras di 
Jakarta, Jumat (12/11) siang. Selain Suci, ikut berbicara pengurus Kontras 
yaitu Todung Mulya Lubis, Rachland Nashidik dan Usman Hamid. Kontras 
menyesalkan informasi tentang hasil otopsi Munir yang meninggal dalam pesawat 
menuju Belanda Oktober lalu, diperoleh dari pemberitaan pers internasional. 

Kami sangat menyesal karena mendapat informasi ini bukan dari Deplu RI, ujar 
Rachland. Disinyalir hasil otopsi Munir berhasil diperoleh pers internasional 
dari Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Barat Deplu Indonesia Arizal Effendi. 
Dia menangkap kesan terjadi saling menyalahkan antara pemerintah Indonesia dan 
Belanda. 

Rachland mengungkapkan dari pembicaraan Suciwati dengan Menko Polkam Widodo AS, 
pemerintah Indonesia justru menyalahkan pemerintah Belanda. Karena tidak 
langsung memberikan hasil otopsi pada keluarga Munir tanpa harus melalui Deplu 
RI. Sebaliknya, Deplu RI juga terkesan sangat aktif melobi pemerintah Belanda 
untuk mendapatkan hasil otopsi tersebut. 

Tuntutan dari keluarga Munir yang kedua adalah digelarnya investigasi 
menyeluruh dan terpercaya dengan melibatkan pihak-pihak masyarakat sipil dan 
Komnas HAM. Keluarga juga menuntut pemerintah harus memberikan jaminan 
perlindungan terhadap tim investigasi tersebut serta memiliki akses informasi 
untuk kepentingan pengusutan. Persoalan ini sudah disampaikan Widodo kepada 
Presiden Yudhoyono. SBY bilang, keadilan dan akuntanbilitas kebenaran harus 
ditegakan, ujar Todung.***


     
     


--------------------------------------------------------------------------------


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar.
Now with Pop-Up Blocker. Get it for free!
http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Posting: [EMAIL PROTECTED]
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke