> -----Original Message-----
> From: Production Control - IND [SMTP:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Saturday, February 12, 2005 12:37 PM
> To:   '[EMAIL PROTECTED]'; '[EMAIL PROTECTED]'
> Subject:      [Guyon-Yook] FW: OOT  JERNIHKAN MATA AIR.
> 
> 
> 
> 
> > SOSOK Hidayat Nur Wahid melejit setelah terpilih sebagai Ketua MPR.
> > Mantan presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini, langsung menerapkan
> > jurus hidup bersahaja; menolak mobil mewah dan fasilitas lain yang bukan
> > haknya. Satu sikap yang tidak aneh bagi pria kelahiran Klaten, Jawa
> > Tengah, 8 April 1960, ini. Sebab, selama ini keseharian hidup Nur Wahid
> > memang bersahaja.
> > 
> > Bagi masyarakat luas yang sejauh ini lebih banyak mementingkan materi,
> > langkah Nur Wahid bisa dibaca sebagai contoh tentang hidup yang bersih
> > dan jujur dalam melaksanakan amanah. Dan meneruskan keteladanannya, Ahad
> > pekan ini Hidayat Nur Wahid bersama Arifin Ilham dan 100 ulama lainnya
> > menggelar tausiyah dan zikir akbar "Menyongsong Negeri Bebas Korupsi" di
> > Masjid Istiqlal, Jakarta.
> > 
> > Bagaimana pandangan ayah empat anak ini tentang korupsi dan bagaimana
> > cara mengatasinya, dituturkan Hidayat Nur Wahid kepada wartawan Gatra
> > Luqman Hakim Arifin yang mengikuti kegiatan Hidayat selama tiga hari
> > penuh. Petikannya:
> > 
> > 
> > T: Apa yang paling Anda takutkan ketika dipercaya sebagai pejabat
> > publik?
> > 
> > J: Kondisi yang tidak istikamah (konsisten). Karena itu akan
> > menghadirkan ketidakmampuan melaksanakan amanah (tanggung jawab).
> > Sekalipun MPR bukan lagi lembaga tertinggi, peran konsititusi dan
> > amandemen masih melekat di MPR.
> > 
> > 
> > T: Arti istikamah dalam hal ini?
> > 
> > J: Keistikamahan ini, misalnya, dalam sikap hidup yang bersih. Sikap
> > hidup yang jujur dalam melaksanakan amanah, keberanian, dan pengelolaan
> > organisasi yang bagus. Di MPR, tantangan mendasar kami terkait dengan
> > persoalan mendasar dalam kehidupan bernegara.
> > 
> > 
> > T: Misalnya?
> > 
> > J: Soal amandemen. Kalau kita tidak mempunyai kemampuan menjalankan
> > hidup yang baik, saya khawatir amandemen menjadi satu bola liar. Kalau
> > itu terjadi, bisa krisis konstitusi. Menurut saya, ini yang membedakan
> > antara mengelola partai dan mengelola DPR/MPR. Dalam mengelola partai,
> > bisa leluasa meneriakkan apa saja dan melakukan apa saja karena
> > dampaknya tidak langsung pada soal kenegaraan. Tapi di MPR, akan terkait
> > dengan ke dua hal tersebut.
> > 
> > 
> > T: Bagaimana Anda menjaga keistikamahan itu? Godaannya kan banyak?
> > 
> > J: Ya. Sejak awal saya sudah menghadirkan paradigma moral dengan pola
> > hidup empatik, tidak bermewah-mewah, dan efesiensi anggaran. Semua itu
> > untuk membangun satu ikatan, benteng yang mengingatkan diri saya, dan
> > memberikan justifikasi kepada publik. Bahwa "Anda sudah berkomitmen
> > untuk hidup bersih, empatik, dan tidak bermewah-mewah!" Selain itu, saya
> > juga berpendapat bahwa, mengutip ungkapan Arab, "Faaqidus syai'I la
> > yu'thihi (Kalau Anda tidak punya, maka Anda tidak bisa memberi). Kalau
> > Anda tidak punya komitmen, tidak mungkin menuntut komitmen orang lain.
> > 
> > 
> > T: Bagaimana cara menghindari godaan uang yang sering terjadi pada
> > proses politik di parlemen?
> > 
> > J: Saya sangat bersyukur latar belakang keluarga saya adalah agama,
> > pendidikan, dan pesantren. Lingkungan saya juga komitmen keberagamaannya
> > teruji. Saya kira, sejak dulu menerapkan sikap hidup qana'ah (bercukup
> > diri dengan apa yang ada). Ada mafhudzat (kata-kata mutiara) yang
> > mengatakan, "Idza kunta dza qolbin qunuuin, fa anta wa maalikud dunya
> > sawaa'". Kalau Anda punya sikap hidup qana'ah, maka Anda sama saja
> > dengan raja paling kaya di dunia sekalipun.
> > 
> > 
> > T: Tips lainnya?
> > 
> > J: Sikap hidup amanah. Selain amanah kepada publik. Juga amanah dalam
> > konteks ketuhanan. Persis seperti cerita Umar bin Khattab (salah seorang
> > Khalifah Islam setelah kematian Muhammad SAW) dan pengembala kambing
> > itu. Jadi, meskipun bisa dibuat berbagai macam, ada Allah yang tak bisa
> > direkayasa.
> > Selain itu, menghadirkan kawan-kawan sevisi. Kalau sendiri, barangkali
> > bisa tergerus. Dulu lingkungan saya adalah PKS. Kini, lingkungan saya
> > MPR yang saya ajak berkomitmen dan mereka oke. Itu sangat mendukung.
> > Mereka menyemangati saya sehingga tidak membuat saya merasa sendirian.
> > 
> > 
> > T: Bagaimana menyelesaikan problem korupsi di Indonesia ini di
> > tengah-tengah pesimisme banyak orang?
> > 
> > J: Saya kira ini bukan masalah yang sulit. Pertama, jelas harus ada
> > komitmen kuat dari para pengambil keputusan untuk melawan korupsi. Kalau
> > komitmen ada dan kuat, problem dasar korupsi bisa diselesaikan. Dalam
> > kaedah politik Islam ada ungkapan, kualitas kepemimpinan di negara Anda
> > ditentukan kualitas Anda. Anda di sini adalah rakyat! Dalam konteks
> > demokrasi, rakyatlah yang memilih pemimpinnya. Kalau komitmen tadi
> > menjadi suatu hal yang sudah dimengerti publik dan rakyat ingin
> > memberantas korupsi, maka rakyat mestinya memilih pemimpin yang komitmen
> > pada pemberantasan korupsi kuat.
> > 
> > 
> > T: Tapi persoalan korupsi kan bukan hanya di lembaga-lembaga
> > pemerintahan?
> > 
> > J: Dasarnya di situ dulu, karena korupsi terkait dengan kekuasaan.
> > Kekuasaan ada di tangan pengambil kebijakan. Nah, kalau dasar ini
> > terselesaikan, itu nanti ibarat mata air. Kalau mata airnya dibersihkan,
> > mata air itu jernih, dan dia akan mengalir merembesi sungai-sungai dan
> > selokan-selokan yang tadinya penuh dengan kotoran-kotoran. Itu prinsip.
> > Kalau itu saja tidak ada, jangan bayangkan bisa memberantas korupsi.
> > Karena, itu tadi, korupsi itu hadir melalaui kekuasaan yang bisa
> > eksekutif, yudikatif, legislatif, dan juga di bisnis.
> > 
> > 
> > T: Sistem lembaga dan pemerintahan kita dinilai sangat membuka
> > kesempatan praktek korupsi?
> > 
> > J: Ya, sistem itu kan dibuat oleh para pengambil keputusan. Maka dari
> > itu, kalau komitmen itu sudah hadir, kita telah memotong satu generasi
> > korup. Kita sudah memotong satu lingkaran setan korupsi. Sebab kalau
> > komitmen itu hadir, para pengambil keputusan itu akan membuat satu
> > peraturan yang baru. Saya yakin, kalau sistem itu ditawarkan ke publik
> > akan diterima. Okelah, kalau memang sudah telanjur sistematik. Tapi
> > kalau mata air sudah kita bersihkan dan komitmen itu kuat, saya kira
> > dalam rentang waktu 15-20 tahun, Indonesia bisa bersih dari korupsi.
> > 
> > 
> > T: Langkah-langkah Anda mirip dengan Umar Bin Abdul Aziz. Apakah tokoh
> > ini sangat berkesan bagi Anda?
> > 
> > J: Sangat berkesan. Tapi jelas dia terlalu jauh dengan saya. Dia terlalu
> > tinggi bagi saya. Sangat sulit mendekati beliau. Tapi jelas itu menjadi
> > faktor penyemangat. Karena memang spektakuler apa yang dia lakukan.
> > Kalau masalah Volvo kan dibandingkan dengan apa yang dilakukan Umar
> > jauh. Tapi intinya adalah selalu saja yang namanya idola, idealisme
> > memang harus sangat tinggi. Kalau rendah, mencapai setengahnya menjadi
> > sangat rendah banget.
> > 
> > 
> > T: Ketika terpilih menjadi Ketua Umum MPR apa yang terbersit pertama
> > kali dalam benak Anda dalam mengemban jabatan ini?
> > 
> > J: Yang pertama kali adalah kesadaran sepenuhnya akan dua hal sekaligus:
> > amanah (tanggung jawab) tapi juga mihnah (ujian).
> > 
> > 
> > T: Ini tidak berhenti pada wacana saja kan?
> > 
> > J: Pasti. Karena itu saya melakukan pada tingkatan yang konkret. Kalau
> > wacana, hanya diomongkan saja tidak dilaksanakan. Kalau simbol, hanya
> > simbol belaka. Misalnya, soal biaya anggaran perjalanan pejabat negara.
> > Pernah suatu waktu, saya sebagai pejabat negara, dinyatakan oleh pejabat
> > di MPR berhak memperoleh anggaran itu. Saya katakan, prinsipnya begini,
> > kalau saya bepergian untuk kepentingan pribadi, keluarga saya, partai
> > saya, atau pesantren saya, maka saya pergi dalam konteks pribadi. Saya
> > tidak mau diberi anggaran MPR. Tapi kalau saya pergi karena diundang
> > oleh publik dalam kaitan kerja-kerja MPR, sebagai pimpinan MPR, tentu
> > Anda harus membiayai saya.
> > 
> > 
> > T: Ada contohnya?
> > 
> > J: Nah, ketika saya diundang ke Makassar untuk menghadiri sebuah acara
> > berkaitan dengan Tap MPR, saya pergi. Berangkat pagi pulang sore. Tapi
> > saya kaget, ketika disodori lembaran uang saku dan representasi untuk
> > tiga hari. Saya bilang, kenapa kok tiga hari? Saya kan berangkat satu
> > hari? Pejabat di MPR itu bilang, "Aturannya memang begini, Pak." Lalu
> > saya bilang: "Ah, ini aturan harus diubah!" Kalau satu hari, ya satu
> > hari saja, tidak perlu tiga hari.
> > Dia lalu bilang, "Ini sudah tradisi, Pak". Saya bilang, saya tak tahulah
> > ini tradisi atau bukan tradisi, tapi yang jelas, saya ingin buat tradisi
> > baru. Kalau satu hari, ya, satu hari. Terus dia bilang bahwa uang untuk
> > tiga hari itu mungkin maksudnya untuk jaga-jaga, kalau bapak berada di
> > luar kota atau takut kehabisan ongkos, molor, atau pesawat ada masalah.
> > Kalau seperti itu, saya akan menerima dengan syarat. Kalau nanti
> > ternyata saya hanya pergi satu hari, maka sisa dua harinya harus
> > dikembalikan ke kas negara. Oke! Setuju. Alhamdulillah, dua hari
> > berikutnya, saya didatangi oleh kawan-kawan di MPR. Mereka bilang,
> > terima kasih banyak dan mengatakan ini contoh yang baru dan bagaimana
> > kita bisa berhemat terhadap anggaran.
> > 
> > 
> > T: Langkah Anda seperti itu dinilai hanya mencari muka?
> > 
> > J: Secara guyon saya ingin mengatakan, saya sudah punya muka. Kenapa
> > harus mencari muka? Kedua, fakta bahwa dari 550 anggota DPR, hanya dua
> > orang yang memenuhi dua bilangan pemilih. Salah satunya saya. Suara saya
> > terbesar. Saya mendapatkan 260.000 lebih suara. Dari situ, buat apa saya
> > cari muka? Saya sudah punya muka.
> > Kalau cari muka, nanti saya punya dua muka. Kalau punya sembilan, nanti
> > menjadi dasamuka. He, he, he....
> > 
> > 
> > JERNIHKAN MATA AIR KORUPSI.
> > GATRA, Jum'at, 11 Februari 2005.
> > http://www.gatra.com
> > http://www.gatra.com/artikel.php?id=52912
> > http://www.gatra.com/versi_cetak.php?id=52912
> > ::
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> >    
> > 
> > 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> ===================================================
> GUYOK-YOOK : PENGHARUM MULUT TANPA PERLU GOSOK GIGI
> Alami dan Tanpa bahan pengawet. Aman bagi ibu hamil
> Jika mulut masih bau ya kumur2 donk, masa ngupil...
> ===================================================
> Dijual bebas tanpa surat dokter apalagi surat tilang
> NO PROFIT, NO CHATTING, NO SPAM, NO SARA, NO CERAI,
> NO TERORIST, NO ALCOHOL, NO STALGIA SMAAA... KITAAA..
> ===================================================
> Mo Nyengir?
> kirim email kosong ke 
> [EMAIL PROTECTED]
> 
> Udah gabung tapi kagak terima email lagi..
> Itu namanya bouncing..idih norak deh lu.
> 
> Supaya Email Kagak Dieleminasi ?
> postingan maks. 200kb, rapi dan udah disisir,
> masih fresh dari oven, kagak basi apalagi udah bau jempol,
> 100 persen guyon/joke/humor/banyolan/lelucuan/hahaha/hihihi, 
> 
> Tanggapan maks. 2 email/subject, emangnya berbalas pantun..
> jangan dibiasa'in nyontek tetangga, malu ah ama puser,
> dan paling penting, rajin kirim cemilan buat Godfather sama Oom moddy
> -------------------------------------------------------------
> 
>  
> Yahoo! Groups Links
> 
> 
> 
>  
> 
> 





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give the gift of life to a sick child. 
Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke