--- In [EMAIL PROTECTED], "Arif"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Jawa Pos
Jumat, 18 Feb 2005

Hilangnya Tan Malaka 56 Tahun Silam
Memulihkan Status Kepahlawanan

Oleh Asvi Warman Adam *

Pada 19 Februari 1949, Tan Malaka hilang di Kediri,
Jawa Timur. Pada 1963, Presiden Soekarno mengangkat
dia sebagai pahlawan nasional. Ironisnya, semasa Orde
Baru, namanya dicoret dalam buku pelajaran sekolah
walau tetap hidup dalam wacana intelektual di dalam
dan luar negeri. Tan Malaka pernah berujar di depan
polisi Hongkong yang menangkapnya pada 1927: "Di dalam
kubur, suaraku akan terdengar lebih keras."

Hampir seluruh hidupnya diserahkan kepada perjuangan
untuk memperoleh kemerdekaan. Pada 1925, di Canton,
China, dia mencetak buku tentang konsepsi Negara
Indonesia dalam bahasa Belanda berjudul Naar de
Repoeblik Indonesia. Dia melakukan gerakan di Bangkok,
Manila, Amoy, Hongkong, Shanghai, Rangon, Singapura,
dan pernah bekerja sama dengan Sun Yat Sen dan Ho Chi
Minh.

Soekarno sangat mengagumi Tan Malaka sehingga dalam
suasana kritis pascaproklamasi, Tan Malaka adalah
salah seorang yang ditunjuk sebagai pemimpin bangsa
bila Soekarno-Hatta ditangkap Belanda. Beberapa tahun
kemudian, testamen tersebut, menurut Sajoeti Melik,
jatuh ke tangan D.N. Aidit. Aidit menunjukkannya
kepada Soekarno. Soekarno merobek-robeknya, lalu
membakarnya.

Dengan demikian, berakhirlah kontroversi tentang
Testamen Politik Soekarno tersebut. Ini berbeda dengan
Supersemar yang keberadaan naskah aslinya belum
diketahui sampai sekarang.

Persatuan Perjuangan

Setelah kemerdekaan diproklamasikan, terdapat dua
model perjuangan untuk menghadapi Belanda yang ingin
kembali menguasai Indonesia, yaitu berunding atau
mengadakan perlawanan bersenjata. Pemerintahan Sjahrir
memilih jalan yang pertama, sedangkan Tan Malaka
memiliki visi yang berbeda, yaitu melakukan revolusi
total.

Kelambanan pemerintah Sjahrir menghasilkan diplomasi
yang menguntungkan revolusi merupakan salah satu
penyebab banyak pemuda, lasykar, dan massa mendukung
pandangan Tan Malaka tersebut. Awal 1946, terbentuklah
Persatuan Perjuangan yang menghimpun 141 organisasi
politik, lasykar, dll, termasuk partai politik seperti
Masyumi dan PNI.

Dalam pembentukannya di Purwokerto, Tan Malaka
menyampaikan pidato tentang pentingnya persatuan untuk
mencapai kemerdekaan 100 persen, yang kemudian menjadi
program pertama gerakan tersebut ("Berunding atas
Pengakuan Kemerdekaan 100 Persen"). Dalam Persatuan
Perjuangan, antara lain, duduk sebagai anggota
subkomite Jenderal Sudirman yang mewakili TKR (Tentara
Keamanan Rakyat).

Pada 17 Maret 1946, tokoh-tokoh Persatuan Perjuangan
seperti M. Yamin ditangkap. Kemudian, seorang perwira
bernama Abdul Kadir Jusuf dengan sepengetahuan
atasannya, Mayor Jenderal Sudarsono, menculik PM
Sjahrir (27 Juni 1946) karena dianggap mengkhianati
revolusi melalui perundingan dengan Belanda yang
merugikan Indonesia (Alfian, 1978). Konflik antara
kelompok Sjahrir dan kubu Tan Malaka semakin
meruncing.

Kemudian, pecah peristiwa 3 Juli 1946, yang menurut
versi resmi pemerintah RI, adalah usaha perebutan
kekuasaan oleh kelompok Persatuan Perjuangan. Menurut
Anderson pada 2 Juli 1946, overste Soeharto ikut
membebaskan tahanan politik di penjara Wirogunan,
Jogjakarta, seperti M. Yamin, Iwa Kusumasoemantri, dan
Dr Sucipto, lalu membawanya ke markas resimen Wiyoro.

Di sini sudah ada Mayjen Sudarsono. Di tempat inilah,
para pengikut Tan Malaka itu menyusun suatu maklumat
politik yang isinya seolah-olah Presiden Soekarno
menyerahkan kekuasaan (Tan Malaka sendiri waktu itu
dipenjara dan tampaknya usaha ini tanpa
sepengetahuannya).

Kemudian, pada 3 Juli, maklumat itu dibawa ke istana
agar ditandatangani Presiden Soekarno. Usaha itu
gagal, diam-diam Soeharto melaporkannya ke istana.
Kelompok ini berhasil ditangkap pengawal presiden.
Menurut Ben Anderson, pembuatan maklumat politik itu
mengilhami Soeharto yang mencobanya kembali pada
kesempatan lain dengan cara yang lebih canggih.

Peristiwa 3 Juli 1946 dan Front Perjuangan memang
perlu ditulis kembali dan dimasukkan dalam kurikulum
sekolah.

Akhirnya, apa spirit atau gagasan Tan Malaka yang
sesuai dengan perjuangan masa kini. Paling tidak,
semangat untuk berpikir logis sangat dibutuhkan
sekarang agar kita dapat memecahkan krisis
berkepanjangan yang melanda negeri ini. Itulah yang
menjadi inti buku Tan Malaka Madilog (Materialisme,
Dialektika, dan Logika).

Pemikiran untuk "berunding setelah ada pengakuan
kemerdekaan 100 persen" masih relevan sampai hari ini.
Apakah dalam perundingan dengan pihak asing -seperti
para peminjam utang- kita telah mendesakkan prinsip
pengakuan kemerdekaan 100 persen ini.

Apakah kita berada dalam kedudukan sederajat dengan
mereka sehingga tidak didikte seperti semasa Orde
Baru? Negeri ini hampir tenggelam oleh utang. Perlu
sikap tegas dari pemerintah Indonesia. Sebagian besar
utang itu termasuk utang najis -meminjam istilah yang
dikemukakan mantan Menteri Keuangan Rusia Alexander
Sack di Paris tahun 1927.

Yang tidak kalah berharganya ialah pemikiran untuk
menentang feodalisme. "Perubahan cara berpikir atau
tepatnya perubahan mental adalah kata kunci atau
fundamental bagi Tan Malaka", seperti ditulis Alfian.
Dapatkah kita mengikis mentalitas feodal itu?

Setelah 56 tahun meninggal, seyogianya status
kepahlawanannya dipulihkan, dalam arti, dia dicatat
dalam buku pelajaran sekolah. Agar masyarakat dapat
mengenang jasanya, sebaiknya Tan Malaka dijadikan nama
bandar udara. Sekarang hampir selesai pembangunan
lapangan udara baru di Ketaping, sebagai pengganti
pelabuhan Tabing, Padang. Kabarnya, lapangan itu akan
dinamai "Minangkabau".

Menurut hemat saya, menamakan sebuah suku bangsa/etnis
sebagai bandar udara adalah suatu kemunduran dari segi
nasionalisme. Coba bayangkan bila lapangan udara di
Bandung, Medan, dan Palangkaraya bernama Sunda, Batak,
dan Dayak. Jadi, lebih bagus bila lapangan udara di
Ketaping itu bernama "Tan Malaka International
Airport".

* Dr Asvi Warman Adam, visiting fellow di KITLV Leiden

           ***


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give the gift of life to a sick child. 
Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke