http://www.sinarharapan.co.id/berita/0502/19/taj01.html


Isu Pergantian Panglima TNI

PERHATIAN masyarakat, melalui liputan pers, terhadap pergantian para pucuk 
pimpinan TNI AD, TNI AL dan TNI AU yang berlangsung Jumat (18/2) di Istana 
Negara mencerminkan bahwa untuk masa lima hingga sepuluh tahun ke depan, 
atau bahkan lebih, peranan TNI dalam kancah politik masih tetap penting. 
Pergantian itu memunculkan berbagai spekulasi mengenai siapa yang akan 
menjadi Panglima TNI menggantikan Jenderal Endriartono Sutarto, yang sudah 
beberapa kali mengajukan surat pengunduran diri ke Presiden karena memang 
sudah berada pada usia pensiun.
Kita tahu spekulasi ini terkait dengan "bom waktu" yang ditinggalkan 
Presiden Megawati Soekarnoputri pada akhir masa jabatannya, yang mengirimkan 
surat kepada DPR pada 8 Oktober 2004 berisi nama Jenderal Ryamizard Ryacudu 
(waktu itu masih KSAD) sebagai calon Panglima TNI untuk menggantikan 
Jenderal Endriartono Sutarto. Kini, meski ada surat dari Presiden Yudhoyono 
yang menarik surat Megawati itu, di DPR masih hidup pandangan bahwa Jenderal 
Ryamizard tetap satu-satunya calon Panglima TNI pengganti Jenderal 
Endriartono.
Dari sinilah spekulasi itu berkembang. Ada yang menyebutkan bahwa Presiden 
lebih menyukai, atau kita katakan lebih merasa nyaman, bila Letjen Djoko 
Santoso, KSAD yang baru lulusan Akabri 1975, yang menjadi Panglima TNI. 
Atau, ungkapan dari KSAU Marsekal Chappy Hakim dalam dengar pendapat di 
Komisi I DPR, hanya dua hari sebelum serah terima jabatan, bahwa sebaiknya 
Panglima TNI yang sekarang berasal dari TNI AU, karena hal giliran ini juga 
diatur dalam UU TNI.
Juga ada spekulasi bahwa langkah Presiden melantik Marsekal Madya Djoko 
Suyanto sebagai KSAU, padahal ada Wakil KSAU, juga karena Presiden lebih 
merasa nyaman dan cocok dengan penerbang tempur ini untuk mengisi posisi 
Panglima TNI. Juga tidak tertutup kemungkinan KSAL yang baru, Laksamana 
Madya Slamet Subiyanto, juga berpeluang menjadi Panglima TNI. Jenderal 
Ryamizard, sebagai satu-satunya mantan kepala staf yang masih perwira tinggi 
aktif, kini tidak sendirian dalam pencalonan untuk menjadi Panglima TNI.
Itu semua menggarisbawahi bahwa posisi Panglima TNI akan tetap penting 
secara politik. Kita pun sependapat bahwa posisi Panglima TNI itu akan 
sangat penting pada masa kini, di saat proses transisi Indonesia menuju 
masyarakat yang demokratis belum tuntas. Artinya, seorang Panglima TNI 
seharusnya merupakan tokoh yang mampu menjamin bahwa proses reformasi di 
bidang pertahanan akan terus berjalan menuju sasaran-sasaran yang telah 
disepakati bangsa ini.
Kita sangat berkepentingan agar proses reformasi itu tidak terhenti, bahkan 
melaju lebih cepat, karena perjalanan ke arah itu memang tidak mudah bahkan 
berat. Cita-cita mewujudkan suatu tentara yang profesional di bawah civil 
supremacy atau objective civilian control mensyaratkan sejumlah prakondisi 
yang harus dituntaskan secara bertahap namun pasti.
Misalkan, dari sisi legislasi masih dibutuhkan sejumlah undang-undang lain 
untuk melengkapi UU Pertahanan dan UU TNI guna mewujudkan suatu sistem 
pertahanan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata) yang ideal. Ini berarti 
diperlukan kerja keras di DPR maupun pemerintah.
Kemudian, guna mewujudkan prajurit TNI yang profesional berarti juga 
mencukupkan segala kebutuhan mereka pada tingkat yang wajar, apakah itu 
menyangkut kesejahteraan maupun persenjataan dan dukungan operasional 
lainnya, dan itu berarti harus ada peningkatan anggaran pertahanan 
berdasarkan suatu rancang bangun (blue print) pertahanan yang jelas.
Bencana gempa bumi dan gelombang tsunami di Sumatera akhirnya menguak dengan 
sangat telanjang betapa TNI ternyata memang tidak dalam kondisi prima untuk 
menghadapi situasi krisis dalam skala seperti itu. Artinya, untuk 
melancarkan apa yang disebut military operations other than war pun kita 
kedodoran, bagaimana kalau harus masuk dalam situasi perang terbuka untuk 
mempertahankan kedaulatan negara?
Bencana itu akhirnya membuat kita semua terperangah melihat pameran 
peralatan militer milik negara-negara lain yang jauh lebih maju dibanding 
milik TNI. Dalam kaitan inilah kita sangat berharap kalau masalah pergantian 
Panglima TNI, yang kemungkinan besar akan terjadi dalam beberapa bulan ke 
depan, tidak menimbulkan gejolak-gejolak politik di DPR.
Ini artinya, siapa pun yang diajukan oleh Presiden untuk menjadi Panglima 
TNI, terutama kalau itu bukan Jenderal Ryamizard Ryacudu, janganlah sampai 
menimbulkan ribut-ribut yang tidak perlu. Kalau DPR ribut dan 
membesar-besarkan soal pergantian Panglima TNI, maka hal itu pada akhirnya 
hanya kembali memperlihatkan sindrom rendah diri dan rasa tidak percaya diri 
kaum politisi sipil untuk maju sendiri tanpa melibatkan partisipasi tentara.
Kita sepakat Pasal 13 UU TNI yang mengatur persoalan Panglima TNI memuat 
hal-hal yang sifatnya mendua, terutama ayat yang menyebutkan bahwa untuk 
mengangkat atau memberhentikan Panglima TNI, DPR harus dimintai 
persetujuannya. Ribut-ribut pemerintah-DPR soal pergantian Panglima TNI 
hanya akan membuat siapa pun yang terpilih itu akan merasa sombong karena 
merasa dibela habis oleh DPR.
Situasi ini juga mungkin akan kurang ideal dengan wacana untuk menempatkan 
TNI berada di bawah Menteri Pertahanan. Ketakutan bahwa TNI akan dikooptasi 
oleh pemerintah seperti semasa Orde Baru harus dibuang jauh-jauh karena 
tugas DPR mengawasi pemerintah, dan bukankah TNI di bawah Dephan? Kalau para 
politikus sipil masih saja melibatkan TNI atau isu TNI untuk kepentingan 
politik mereka sendiri, maka orang-orang seperti itulah yang harus 
direformasi. ***


Copyright © Sinar Harapan 2003







 



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give underprivileged students the materials they need to learn. 
Bring education to life by funding a specific classroom project.
http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke