JURNAL KEMBANG KEMUNING:
ISYARAT BARU DARI MASYARAKAT DAYAK DI PEDALAMAN KALTIM. 1. Komunitas Masyarakat Punan Kelay, salah satu sub-etnik masyarakat Dayak yang hidup di pedalaman Kalimantan Timur, dan kalau tidak salah ingat, oleh Orde Baru dipandang sebagai salah satu suku terasing yang patut diberadabkan sehingga patut dipindahkan dari kampung-halaman mereka ke daerah perkotaan untuk mendapat bias yang disebut peradaban, pada tanggal 30 Juni 2005 telah mengeluarkan pernyataan tertulis terhadap apa yang sedang menimpa mereka sejak berdasarwarsa hingga sekarang. Pernyataan tertulis ini disiarkan pada 07 Juli 2005 melalui berbagai milis antara lain [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] Lengkapnya pernyataan Komunitas Masyarakat Punan Kelay itu berbunyi sebagai berikut: Teman-teman yang baik, salam kenal, kami dari komunitas masyarakat Punan Kelay, dengan ini menyampaikan beberapa pernyataan kami tentang pengelolaan dan pemanfaatan SDA daerah kami, semoga berkenan. salam lestari, Zenas Daring Pernyataan Long Suluy Forum Kampung (Persatuan Kampung Dayak Punan Hulu Kelay) (Kampung Long Suluy, Long Lamcin, Long Lamjan, Long Keluh, Long Duhung, dan Kampung Long Beliu) Kabupaten Berau Untuk Pelestarian Dan Pemanfaatan Sumberdaya Alam Hulu Sungai Kelay. Bahwa; hutan, air, sungai, pohon buah, pohon madu, tanaman obat, binatang buruan, rotan, emas dan sumber-sumber alam lainnya adalah tempat hidup dan sumber kehidupan kami masyarakat Punan Hulu Sungai Kelay, Kabupaten Berau. Untuk itu kami harus menjaganya untuk memastikan sumber-sumber alam tersebut, akan terus ada dan tersedia sebagai amanah pendahulu kami dan untuk kehidupan kami sekarang dan kehidupan generasi penerus kami pada masa yang akan datang, dengan ini kami sampaikan pernyataan kami untuk semua pihak: 1. Menolak penambangan sumberdaya alam, terutama tambang emas dengan menggunakan alat-alat mesin dan zat-zat yang membahayakan, kecuali dilakukan secara tradisional (dulang) seperti yang diajarkan oleh orang tua kami secara turun-temurun 2. Tidak menerima segala bentuk perkebunan besar, yang membuka hutan secara luas dan dapat menghabiskan sumberdaya alam sebagai tempat kami menggantungkan hidup dan kehidupan 3. Menolak segala bentuk kegiatan penebangan liar yang dilakukan oleh siapapun dan dalam bentuk apapun 4. Menolak segala bentuk perburuan binatang yang dilindungi baik yang dilindungi hukum adat maupun dilindungi hukum positif, kecuali perburuan bintang yang tidak dilindungi untuk kebutuhan hidup kami secara terbatas 5. Meminta pada semua pihak untuk mengakui dan menghargai hak-hak masyarakat secara adat dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam 6. Meminta kepada semua masyarakat yang tinggal dikampung-kampung hulu sungai kelay, untuk secara bersama-sama menjaga dan mempertahankan seluruh sumber-sumber kehidupan kita. Pernyataan ini kami buat karena telah mulai terlihat akibat dari perubahan alam, seperti; air sungai yang selalu mengeruh, air pasang dalam waktu lama, binatang buruan untuk konsumsi mulai susah diketemukan, tanaman gaharu berkurang karena pengambilan pihak luar secara terus-menerus, dan perubahan alam lainnya yang akan menjadi bencana bagi kehidupan kami dan generasi kami ke depan. Jika kami tidak bertindak dari sekarang. Long Suluy, 30 Juni 2005 Kami yang membuat pernyataan: Ditandatangani oleh: * Forum Kampung Ketua Persatuan Kampung Dayak Punan Hulu Kelay * Para kepala kampung, ketua BPK dan kepala adat: Kampung Long Suluy, Long Lamcin, Long Lamjan, Long Keluh, Long Duhung, dan Kampung Long Beliu, Kabupaten Berau*** [Sumber:Punan Hulu Kelay;[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED] com ;[EMAIL PROTECTED];Thursday, July 07, 2005 4:54 PM]. *** APA ARTI PERNYATAAN INI? Pernyataan ini pertama-tama kubaca terutama sebagai munculnya isyarat baru di kalangan masyarakat Dayak yang hidup jauh di pedalaman, pesan serius dari kalangan komunitas Dayak Punan Hulu Kelay. Isyarat tentang adanya suatu kebangkitan baru di kalangan orang-orang yang dipandang rendah, hina, dibodoh-bodohkan dan dianggap sebagai "suku terasing" atau "primitif" sehingga seperti halnya dengan semua Dayak dipandang sebagai lambang dari segala keburukan, kejahatan dan yang negatif: "Dajakkers". Jika menggunakan lambang-lambang budaya Dayak, maka kebangkitan ini bisa digambarkan bahwa naga yang tinggal di lubuk sungai telah muncul ke permukaan dan menghempas-hempaskan ekor raksasa perkasanya sebagai peringatan serius diucapkan dengan tenang secara Dayak, di alamatkan kepada siapa saja: "Pernyataan ini kami buat karena telah mulai terlihat akibat dari perubahan alam, seperti; air sungai yang selalu mengeruh, air pasang dalam waktu lama, binatang buruan untuk konsumsi mulai susah diketemukan, tanaman gaharu berkurang karena pengambilan pihak luar secara terus-menerus, dan perubahan alam lainnya yang akan menjadi bencana bagi kehidupan kami dan generasi kami ke depan. Jika kami tidak bertindak dari sekarang". Orang yang sedikit banyak mengenal budaya Dayak tahu bahwa manusia Dayak dengan konsep hidup-mati: "rengan tingang nyanak jata" [anak enggang, putera-puteri naga], yang dilambangkan oleh enggang dan naga [jata] di seluruh pulau Borneo atau Kalimantan, bukanlah manusia-manusia agresif. Tapi jika berkali-kali diagresi dalam berbagai bentuk, mereka akan melakukan serangan balik habis-habisan dan sampai tuntas. Berbeda dengan pandangan Mao Tzedong bahwa pada saat tertentu serangan balik itu harus tahu batas. Yang sama adalah "konsep perang pemusnahan". Dalam perang yang dilakukan "bukan memotong jari tapi seluruh tangan". Sikap begini sebenarnya juga dilukiskan oleh etnik-etnik Melayu yang tercermin dalam kesimpulan berupa pepatah-petitih seperti: "tangan mencencang bahu memikul", "menepuk air di dulang memercik ke muka sendiri", "belati makan tuan", "menggali lobang terperosok sendiri ke dalamnya", dan lain-lain lagi. Jika menggunakan ungkapan Tiongkok kuno: "yang menabur angin akan menuai badai". Orang Dayak Kalteng mengungkapkan serangan balik tuntas ini dengan istilah "isen mulang" yang sekarang dijadikan motto kota Palangka Raya. Artinya "takkan pulang kalau tak menang". Secara fisik terbaca pada "lahap" [pekikan perang] atau "lawung bahandang" [ikat kepala merah] dan "mangkok merah". Serangan balik tuntas Dayak ini, hanya dilakukan jika mereka sampai pada batas kesabaran, apabila mereka terus dilecehkan, apabila "sumpah potong rotan" dan upacara sejenis sudah dilakukan dan terus-menerus dilanggar. Dengan latar budaya dan konsep-konsep demikian, kiranya sia-sia mencari pernyataan bombas pada manusia Dayak. Barangkali manusia Dayak termasuk manusia pendiam dan banyak bicara dengan bahasa isyarat, tatapan mata dan pengamatan serta mencermati kata oleh adanya tradisi mantera yang kuat di kalangan komunitas mereka. Mantera adalah satunya kata dan tindakan, keyakinan pada makna kata. Terutama kata kerja [verbe]. Dalam konteks ini, kukira pihak pemegang kekuasaan politik yang republiken dan berkeindonesiaan, selayaknya patut mengenal dan belajar ilmu antropologi sebagaimana yang pernah kuusulkan kepada pihak Kapolda Kalteng di Palangka Raya kita aku masih bekerja di propinsi ini hingga akhir tahun 2002.Dengan pengetahuan ilmu antropologi kukira bisa dicegah konflik-konflik tidak perlu dan memperuncing konflik karena ketidaktahuan serta semata bersandar pada bedil dan kekuasaan. Kekuasaan dan bedil bukanlah segalanya.Bukan jalan keluar yang manusiawi apalagi jika memandang darah manusia tidak ada artinya samasekali. Pernyataan Komunitas Dayak Punan Hulu Kelay di atas kukira merupakan suatu pernyataan berciri Dayak. Pernyataan ini pun barangkali memperlihatkan suatu proses perkembangan tertentu di kalangan komunitas Dayak. [Bersambung....] [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/