JURNAL KEMBANG KEMUNING: PEMBEBASAN DAN PEMANUSIAWIAN MANUSIA SEBAGAI STANDAR
Karya-karya sastra Indonesia berbahasa Indonesia, tidak sedikit yang sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa asing dan dikomentari oleh pakar-pakar asing dan para Indonesianis berbagai negeri.Apakah komentar dan dimasukkannya karya-karya terpilih untuk suatu antologi terjemahan demikian menunjukkan karya-karya tersebut mencapai taraf lebih tinggi dari karya-karya lainnya dan komentar serta keterpilihannya merupakan suatu standar nilai? Dipilihnya suatu karya untuk diterjemahkan ke dalam bahasa asing dan dimasukkan ke dalam sebuah bunga rampai, tentu saja dilakukan atas dasar suatu patokan atau standar tertentu. Standar siapa? Tentu saja standar sang atau tim pemilih kalau ia merupakan suatu tim. Standar tim barangkali sedikit lebih bersegi banyak dibandingkan dengan hanya dipilih oleh satu orang saja. Pertanyaan berikutnya:Apakah pakar dan Indonesianis merupakan standar kebenaran dan obyektivitas? Tentu saja tidak, banyak contoh menunjukkan bahwa yang disebut pakar dan Indonesianis ini pun penuh dengan subyektivitas bahkan kecerobohan. Salah satu misal adalah buku tentang masalah keagamaan di Tanah Dayak yang diterbitkan oleh LIPI Jakarta sehingga membangkitkan gelombang protes dari kalangan cendekiawan Dayak, sampai-sampai tokoh Kaharingan Kalimantan Tengah mengancam menjatuhkan hukuman adat pada LIPI. Contoh lain adalah sejarah Indonesia yang ditulis dibawah pimpinan Brigjen DR.Noegroho Notosusanto dengan data yang tidak sedikit diputarbalik bahkan pemalsuan. Berbicara tentang standar, sering standar itu bercampurbaur dengan berbagai macam pertimbangan, terutama pertimbangan politik. Contoh: Ketika LIPI menerbitkan terjemahan buku pemikiran-pemikiran politik di Indonesia, dalam buku tersebut pikiran-pikiran dari D.N.Aidit sama sekali dihapus alias disingkirkan. Padahal dalam edisi aslinya tertera pikiran-pikiran D.N. Aidit yang mewakili PKI. Contoh lain buku H.B.Jassin tentang Angkatan '66. Dalam tulisan ini H.B.Jassin memuji setinggi langit dan mengkategorikan sanjak-sanjak Taufiq Ismail dan lain-lain sebagai suatu angkatan, sedangkan sanjak-sanjak para anggota Lekra yang tidak kurang politis dan cara pengungkapannya tidak kurang baik dari sanjak-sanjak Angkatan '66 dikatakan sebagai sanjak-sanjak sloganis. Bukan karya sastra. Dengan contoh-contoh ini aku ingin menunjukkan bahwa dalam menilai dan memilih terdapat unsur subyektivisme. Juga dalam memilih apa yang diterjemahkan pertimbangan subyektif dan pertimbangan politik pun sulit dihindari. Karena itu bagiku, penterjemahan karya-karya ke dalam bahasa asing dan pemuatannya ke dalam yang disebut majalah terkemuka atau penerbitan yang ditopang oleh pakar atau Indonesianis tidak mempunyai arti menentukan dan tidak bisa dijadikan patokan atau standar bermutu tidaknya seorang penulis sedangkan yang tidak dipilih menjadi ntidak bermutu. Dalam konteks ini, aku jadi lebih menghargai Cak Durasim dan atau Wiji Thukul sekali pun karya-karya mereka tidak dipilih oleh majalah terkemuka luar negeri, tapi dengan nyawa mereka telah membela nilai-nilai yang diungkapkannya dalam karya. Apa yang dibela Wiji dan Cak Durasim lebih kongkret artinya bagi usaha memanusiawikan manusia di tanahair daripada suatu terjemahan dan popularitas individual, pamer atau iklan diri yang jika dilihat secara hakiki sangat menjijikkan karena orang begini biasanya tidak enggan menjual diri, jadi pengkhianat dan mencla-mencle, tanpa kepribadian yang tegas. Kebesaran Cak Durasim dan Wiji Thukul tidak pertama-tama terletak pada kemampuan tekhnis berkesenian tapi terdapat pada satunya kata dan perbuatan mereka. Kata adalah terjemahan ide dan hidup mereka. Dengan ini yang ingin kukatakan bahwa patokan tertinggi bagi seorang sastrawan masih saja terdapat pada kesanggupan atau kemampuannya dalam memanusiawikan manusia, masyarakat dan kehidupan di negerinya sendiri sebagai bagian dari kemanusiaan seplanet, bukan terletak pada apakah ia diterjemahkan dan diterbitkan oleh majalah terkemuka suatu negeri mancanegara atau disangga oleh pakar serta Indonesianis yang sering tanggung pengetahuannya tentang Indonesia tapi mencari hidup dari menjual nama Indonesia. Pada masa jayanya Orde Baru Soeharto sementara Indonesianis Perancis pernah berterus-terang kepadaku bahwa Indonesia adalah periuk nasi mereka dan mereka tidak mau periuk nasi ini hancur berantakan karena menyokong kegiatan anti Orbaku. Aku tentu saja menghargai keterus-terangan ini, tapi dari sini kulihat jelas bahwa nilai dan harkat diri, mutu kita, termasuk sastra kita, tidak ditentukan oleh para pakar dan Indonesianis. Dari pengalaman langsung dan bacaan kuketahui bahwa yang disebut pakar dan Indonesianis itu tidak bisa atau sulit membebaskan diri dari status pelayan politik pemerintah negerinya. Yang bisa membebaskan diri dari kaitan ini, bisa dihitung dengan jari sebelah tangan. Karya yang membebaskan dalam artian memanusiawikan manusia jauh lebih berharga sekalipun tidak diterjemahkan atau dipajang di majalah atau penerbitan terkemuka negeri-negeri asing.*** Paris, Juli 2005. ---------------- JJ.KUSNI [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/