Setahu saya, seperti saya membaca sepak terjang romo Magnis, adalah memang seorang penganjur toleransi. Sebaliknya, kalau memang demikian, seperti yang digambarkan penulis itu, bahwa dia menolak universalisme dalam arti menganggap pengimanannya yang paling benar, dimuka seorang Muslim, adalah arrogansi, .
Berkhotbah, bahwa tak ada universalisme agama atau kepercayaan dikalangan umat sendiri, adalah absah dan dapat diterima. Bahkan mengatakan, hanya kelompok umat yang datang kegereja hari Minggu tertentu itu, yang akan masuk Surga, juga OK OK saja. Namanya juga pendapat pribadi. Tetapi, dalam diskusi lintas kepercayaan mengatakan, kepercayaan lain tak absah, karena agama pada hakekatnya tak mungkin universal, adalah keliru. Inti ajaran (bahkan yang terpenting) dalam tiap agama, adalah UNIVERSAL. Dalam pengamalan inti ajaran itu, dari Buddha sampai jurus Protestant terbaru, segenap manusia dijagad raya ini akan BERSATU. Namun, kalau orang mulai, menekankan gambaran masing masing, siapa itu Tuhan, bagaimana wajahNya, siapa sebenarnya namaNya, bahasa apa yang Dia pakai, dsb, nah mulailah masing masing umat mengasah parang... Tergantung, sisi mana dari romo Magnis yang ingin kita bahas. Salam danardono --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Arriko Indrawan" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Coba bandingkan tulisan yg "katanya" pendapat Rm. Frans Magnis > dg tulisan di bawah ini... > > ============== > > Franz Magnis-Suseno: > Sebagian Besar Agama Menerima Pluralisme > Dimuat: 23/12/2001 > > > Bagi Romo Franz Magnis-Suseno, dialog antaragama merupakan keharusan dan > harus terus-menerus diupayakan. Karena hanya dengan cara inilah, kerukunan > antarpemeluk agama bisa diwujudkan. Romo yang masih menjadi Ketua Sekolah > Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara Jakarta ini mengakui bahwa konflik- konflik > antaragama merupakan sesuatu yang nyata, tapi sebagian besar, sesungguhnya > bukan berasal dari ajaran-ajaran agama. Romo ?yang masih juga aktif > mengajar > dan berdiskusi dengan tokoh-tokoh agama lain ini? mengatakan bahwa ada > berbagai faktor, dari masalah ekonomi hingga kesenjangan sosial, yang > memicu > konflik-konflik yang kemudian mengatasnamakan agama itu. Pada dasarnya, > semua agama menerima pluralitas, karena kenyataan faktual yang tak dapat > dibantah. Berikut ini adalah kutipan wawancara Romo Magnis dengan Herman > Heizer dari Kajian Islam Utan Kayu (KIUK). > > Bagaimana pandangan Anda tentang pluralisme agama? > > Pluralisme agama adalah sebuah kenyataan sejarah yang ditarik berdasarkan > situasi nyata manusia di muka bumi ini. Agama sudah betul-betul menyadari > bahwa ada beragam agama di muka bumi ini. Meskipun ada pergeseran atau > perpindahan agama, tetapi skalanya sangat kecil terutama pada agama- agama > besar. Terhadap kenyataan ini, agama harus mengambil sikap, dalam mengambil > sikap itu muncul fakta yang menarik bahwa sebetulnya kebanyakan agama sudah > mengakui pluralisme, barangkali tidak dalam praktik, tapi masih dalam > ajaran > normatif. > > Para pendiri agama kelihatan tidak memaksa pengikutnya. Kalaupun ada > panggilan dalam agama uatuk melakukan missi atau dakwah, tidak dimaksudkan > dengan cara agresif, tapi dengan cara memberikan kesaksian dengan tidak > bermaksud mengajak orang lain secara paksa. Secara teologis mungkin relevan > apa yang dikatakan Alquran bahwa segala sesuatu di dunia ini dikehendaki > Allah. Bagi Allah tentu gampang mempersatukan kita dalam satu agama, tapi > Dia tidak melakukannya. > > Bagaimana sebaiknya kita menyikapi ide-ide pluralisme? > > Saya kira ada dua hal. Pertama dan yang paling penting bahwa umat beragama > harus betul-betul bersedia hidup bersama dengan damai. Supaya mereka dapat > mengembangkan toleransi positif. Umat agama lain tidak hanya dibiarkan tapi > dihargai untuk dapat hidup sesuai dengan ajaran agamanya. Secara > tradisional > sebenarnya itu sudah ada, tapi sering tertutupi oleh gejolak transformasi > sosial dan pengaruh kepentingan politik. Kedua, kita membedakan antara > pluralisme dengan kebenaran agama. Maksud saya menerima secara positif dan > hormat kepada agama lain bukan berarti harus mengatakan bahwa semua agama > sama. Sikap pluralis adalah kita mampu hidup dengan umat beragama yang > berbeda dengan kita. Pluralisme juga memerlukan sikap menerima umat yang > berbeda. Memang ada persamaan tapi juga ada perbedaan. > > Tapi bukankah semua agama itu pada dasarnya sama dan hanya berbeda pada > ritual atau syariah-nya saja? > > Menurut saya kesamaan itu adalah keterbukaan kodrati manusia atau apa yag > kita sebut dengan fitrah. Dalam lubuk hati, orang mengkui adanya Tuhan, dan > itu dijawab dalam agamanya masing-masing yang berbeda itu. Tapi di lain > pihak, ada agama wahyu mengklaim bahwa perbedaan itu lebih dari sekadar > ritus. > > Para penganut Yahudi bisa saja menghormati Kristen dan Islam atau > menghormati al-Masih. Tapi Yesus bagi mereka paling-paling seorang nabi, > begitu juga Muhamad, paling-paling seorang nabi. Alquran dan Perjanjian > Baru > bagi mereka hanya buku revisi. Orang-orang Kristen mengakui kitab suci > agama > Yahudi juga sebagai kitab suci Kristen. > > Lalu Muhammad dan Alquran dihormati sebagai tokoh religius, tetapi > seakan-akan sudah tertutup seperti Yahudi terhadap Kristen. Bagi Islam, > Yesus adalah salah satu nabi seperti Muhammad dan Muhammad sebagai Nabi > terakhir. Menurut saya, pluralisme agama mengaharapkan bahwa kita menerima > perbedaan itu tanpa menjadi sakit hati dan heran. > > Apakah kekerasan yang sering mengatasnamakan agama disebabkan oleh > ajaran-ajaran agama sendiri? > > Kalau kita membaca kitab suci jelas di perjanjian baru tidak ditemukan > alasan orang Kristen boleh tidak toleran terhadap pemeluk agama lain. Dalam > sejarah Kristen banyak sekali sikap yang tidak toleran, tapi itu sebenarnya > sudah di lingkungan orang-orang Yahudi, dan bukan dalam Perjanjian Baru. > Dalam Islam, baik Alquran maupun hadis tidak ada sejarah penumpasan > orang-orang Kristen maupun Yahudi. > > Kalau saya tidak salah ayat-ayat yang keras dalam Alquran selalu harus > dimengerti di mana pihak Islam awalnya berada dalam pihak yang diserang. > Karenanya, kalau terjadi banyak konflik maka itu harus dipahami karena > adanya alasan-alasan lain, dan jangan lupa baik Islam maupun Kristen > mengenal konflik berdarah di antara mereka sendiri. Kalau dalam Islam > antara > Sunni dan Syiah sementara dalam Kristen antara Katolik dan Protestan. Jadi > di situ ada hal-hal lain yang bukan murni agama. Hal-hal lain seperti > kepentingan ekonomi atau politik selalu dimainkan. > > Di Indonesia, yang harus diwaspadai adalah apabila umat beragama yang hidup > bersama tapi penuh dengan prasangka. Kalau di Jakarta sering terjadi > perkelahian antara orang Islam sendiri. Ini tidak menjadi masalah karena > alasannya bukan agama, tapi yang lainnya. > > Bagaimana dengan ajaran-ajaran agama yang cenderung dipahami secara literal > sehingga sering menimbulkan rasa kebencian terhadap golongan lain? > > Menurut saya ada beberapa cara yang harus terus dilakukan. Pertama, perlu > secara terus menerus menjalin hubungan komunikasi antar umat beragama. > Misalnya saja prasangka-prasangka Barat terhadap Islam diatasi dengan cara > yang paling baik, yaitu dengan mengenali dan mengakrabi serta menggauli > orang Islam. Ini penting untuk menepiskan prasangka-prasangka negatif, > yakni > dengan berdialog dengan kaum muslim, shilaturrahmi dan berdiskusi dengan > cendekiawan muslim dan lain-lain. > > Kedua, saya kira dalam masing-masing agama perlu terjadi dialog atau > sosialisasi terhadap faham yang inklusif terhadap mereka yang berfaham > ekslusif. Ini agak sulit jika dilakukan dari luar. Dari dalam, kita harus > bicara dengan mereka. Saya kira ada alasan teologis yang kuat untuk > mengatakan bahwa penafsiran seeklusif apapun harus ditempatkan dalam > kerangka inklusif. Namun, pada situasi tertentu, paham inklusif memang > sulit > ¡Èdipertahankan¡É ketika menghadapi situasi perang misalnya yang menuntut > kita > untuk membela diri. > > Apakah dialog agama selama ini hanya terjadi di tingkat elit ataukah sudah > ¡Èmembumi¡É? > > Pada taraf tertentu menag demikian. Tapi, dialog agama itu sendiri pada > dasarnya sudah terlaksana, meski belum maksimal. Mungkin contoh berikut ini > agak kurang relevan, namun penting saya ungkapkan bahwa banyak kasus > antarpemeluk agama di Pulau Jawa?atau katakanlah? konflik antaragama di > sini > yang ¡Èmendatangkan¡É massa dari luar daerah. Akibatnya, banyak kaum muslim > di > daerah yang dilanda konflik yang justru melindungi orang Kristen. Ini > menunjukkan bahwa kita sebenarnya sudah belajar banyak tentang arti > kerukunan umat beragama. Banyak kaum muslim dan kristen di tingkat akar > rumput yang jauh lebih toleran ketimbang kaum elit. Lihat saja minoritas > muslim di Flores atau Ende, mereka dapat bekerjasama dan hidup berdampingan > secara damai dengan Kristen yang mayoritas di sana. > > Beberapa waktu lalu saya baru saja berceramah di Jerman. Saya sampaikan > dalam forum tersebut sebuah ajakan untuk saling mengenali secara dekat. > Saya > bilang, janganlah menilai orang Muslim dari prasangka, tapi kenalilah > mereka, gaulilah mereka. Begitu juga di Indonesia. Saya sering mengajak > para > pastur dan umatnya untuk bershilaturrahmi kepada umat Islam tempat mereka > berdomisili, bukan untuk menyebarkan agama, tapi untuk saling memahami satu > sama lain. Bila kita datang dengan itikad baik, meskipun hard liners > sekalipun, mereka akan bisa merespon dengan baik. > > Baru-baru ini, saya sangat terharu sekali. Dalam sebuah peresmian ICC > (Islamic Cultural Center) di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, yang > diramaikan oleh Orasi Ilmiah Prof. Dr. Nurcholish Madjid, MA, saya diminta > langsung oleh beliau untuk memukul gong tanda dibukanya ICC. Tidak hanya > cendekiawan dan kalangan Muslim saja yang hadir, Mudji Sutrisno juga hadir. > Saya kira, tradisi seperti ini harus dikembangkan di seluruh komunitas > agama-agama di tanah air ini. [] > > URL: http://islamlib.com/id/page.php?page=article&id=190 > > > ------------------------------- > If you have love in your life it can make up for a great many things you > lack. If you don't have it, no matter what else there is, it's not enough. ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/