http://www.jurnalperempuan.com/yjp.jpo/?act=berita%7C-240%7CN Senin, 29 November 2004
Roadshow Pendidikan Melek Media Tahap III Remaja Perempuan Tidak Mempunyai Otoritas Atas Dirinya Sendiri Jurnalis : Eko Bambang S Jurnalperempuan.com - Jakarta. Menurut pengalaman perempuan tubuh perempuan itu sudah bukan milik dirinya lagi. Bukan hanya tubuh dan seksualitasnya termasuk juga cara dia berfikir itu tidak ditentukan oleh dirinya sendiri. Tubuh perempuan bukan lagi ditentukan atas otoritas dirinya, tetapi itu ditentukan oleh otoritas yang lain dan hal itu sudah di ajarklan sejak kita lahir. Hal ini juga yang terjadi pada remaja perempuan yang tidak dapat menentukan otoritas atas dirinya sendiri. Misalkan dalam soal memilih shampo atau produk-produk yang diperuntukkan untuk remaja perempuan. Kebanyakan remaja perempuan dalam menentukan pilihannya atau memutuskan untuk membeli tidak berdasarkan pada kebutuhannya. Keputusannya untuk membeli lebih didasarkan pada referensinya pada media yang remaja perempuan baca atau tonton. Padahal merk shampo apa saja sebenarnya isinya sama. Itulah hebatnyanya iklan, baik cetak maupun elektronik yang menjadikan perempuan sebagai objek. Itulah pendapat Salma Safitri Rahayaan, Koordinator Program Badan Eksekutif Nasional Solidaritas Perempuan dalam seminar dan sosialisasi pendidikan melek media bagi remaja perempuan, di SMU N 78 Jakarta Barat, Sabtu (27/11/04). Salma Safitri mengatakan bahwa iklan di majalah atau televisi benar-benar mempengaruhi pengalaman hidupnya yang pernah menjadi remaja perempuan. “Iklan majalah mengenalkan saya tentang gaya hidup tertentu yang perlu diikuti. Kadang saya minder jika tidak mengikuti trend majalah, karena merasa bukan anak gaul. Pada masa itu, bagaimana saya berpakaian, camilan yang saya makan, model serta merk tas dan sepatu yang saya pakai, jenis shampoo, kosmetik, parfume, jenis musik yang saya sukai sangat terpengaruh oleh majalah yang saya baca,”ujar Salma. Apa yang dilakukan itu sudah berlalu 15 tahun yang dari kehidupan Salma. Terhadap remaja perempuan saat ini, Salma justru mengingatkan agar remaja perempuan menjadi dirinya sendiri tanpa harus terpengaruh dengan iklan atau tayangan sinetron. Selain hidup yang harus ditentukan oleh selera pasar iklan dan media, pengalaman perempuan yang seperti dirasakan oleh Salma juga dikonstruksi oleh berbagai ajaran-ajaran yang berlaku didalam keluarga. Sejak lahir, anak perempuan dan anak laki-laki telah diajarkan tentang bagaimana menjadi perempuan sejati dan menjadi laki-laki sejati. Apa yang harus dilakukan anak perempuan dan anak laki-laki juga sudah ditentukan. Misalkan untuk soal permainan, anak perempuan diberi mainan boneka, peralatan dapur, panci, wajan dan sebagainya sedangkan anak laki-laki diberi mainan pistol atau pedang, mobil-mobilan dan sebagainya. Anak perempuan harus bisa memasak, mengurus rumah, bersifat lembut dan sebagainya sementara anak laki-laki tidak perlu mengurus rumah, tidak harus bisa masak, harus bersikap tegas tidak harus dandan dan sebagainya. Pengalaman menjadi anak perempuan, ia juga merasakan bagaimana dirinya tidak boleh tertawa keras-keras, tidak boleh keluar malam, duduk harus sopan sedangkan anak laki-laki boleh tertawa kjeras-keras, boleh keluar malam/ tidak berlaku jam malam, tidak aturan cara duduk dan sebagainya. Menurut Salma, sejumlah aturan tadi akhirnya membentuk apa yang disebut perempuan baik-baik yaitu perempuan yang pandai bersolek, memperhatikan penampilan, pintar memasak dan mengurus rumah tangga, penurut dan sebagainya. Diluar konstruksi itu, maka seorang anak perempuan tadi tidak dianggap sebagai perempuan baik-baik atau perempuan yang diinginkan. “Atas sejumlah perlakuan itu, saya iri pada pada kakak dan adik laki-laki saya karena mereka tidak mendapat beban seperti yang saya rasakan. Mereka bebas keluar rumah kapan saja, tanpa harus mennyelesaikan pekerjaan domestik,”ujar Salma. Proses konstruksi yang dilakukan oleh media kepada perempuan juga terjadi pada saat mereka menikah. Salma menjelaskan bagaimana seluruh iklan perabot rumah tangga atau barang elektronik rumah tangga itu di iklankan atau di sosialisasikan dengan perempuan. Peran domestik perempuan tidak hanya disosialisasikan hanya lewat ajaran keluarga, nenek, masyarakat atau kakek tetapi juga melalui iklan. Bahkan sistem hukum dan kebijakanpun juga berkonstribusi pada pembentukan stereotipe perempuan. Undang-undang perkawinan, dimana laki-laki adalah keluarga dan istri adalah ibu rumah tangga. Dari situ saja sebenarnya sudah menutupi fakta bahwa ada begitu banyak ibu yang menjadi kepala rumah tangga, entah karena cerai, entah karena pasangannya meninggal atau entah karena sebab lain dia menjadi kepala rumah tangga. Didalam hukum tidak diakui perempuan sebagai kepala keluarga. Menurut Salma apa yang dijelaskan dari pengalamannya tersebut melahirkan sebuah situasi yang tidak adil bagi perempuan. Atau biasanya di sebut ketidakadilan gender. Untuk itu, menurut Salma, “mulai saat ini pikirkan apakah kita punya tentang otoritas atas tubuh kita sendiri, atau atas pikiran kita sendiri. Anda tidak harus meninggalkan membaca majalah, mendengarkan musik, menonton televisi dan sebagainya, tetapi pilihlah dan putuskan mana yang baik bagi anda, jangan tunduk pada putusan yang diambil orang lain atas pikiran, tubuh dan seksualitasmu,” ujar Salma. ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> $9.95 domain names from Yahoo!. Register anything. http://us.click.yahoo.com/J8kdrA/y20IAA/yQLSAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Posting: [EMAIL PROTECTED] 5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/