Surat Kembang Kemuning: 


HENRI CHAMBERT-LOIR TENTANG HARI SASTRA INDONESIA DI PARIS [4].



Dr. Henri Chambert-Loir [HCL], seorang Indonesianis Perancis,  pengamat, peneliti 
sastra Indonesia, dan juga seorang linguis yang lama bekerja di Indonesia. Ketika 
kembali ke Paris, ia bergabung dengan Lembaga Persahabatan Perancis-Indonesia Asosiasi 
Pasar Malam bersama para Indonesianis lainnya. Ia telah menulis beberapa buku tentang 
Indonesia dan sastra Indonesia.  

Berikut ini adalah terjemahan bebas tulisan HCL tentang arti penting "Hari Sastra 
Indonesia" di Paris pada 9 Oktober yang akan datang serta masalah-masalah yang 
dihadapi dalam memperkenalkan sastra Indonesia di Perancis. HCL turut  aktif dalam 
menyiapkan Hari Sastra ini.





"Sebuah Benua Yang Masih Patut Ditemukan"

Hari Sastra Indonesia yang diselenggarakan oleh Asosiasi Pasar Malam pada 9 Oktober 
2004, ingin memaktubkan diri dalam konteks internasional masalah-masalah yang 
dibicarakan di pertemuan para pengarang dan penerbit Indonesia selama tiga puluh tahun 
kekuasaan Jenderal Soeharto. Pelarangan-pelarangan, sensor, penghancuran, intimidasi, 
pemenjaraan, segala cara guna memasung kebebasan berbicara. Orang-orang yang dipenjara 
atau dibuang karena "bersimpati pada kaum komunis" , menyusul masakre pada tahun-tahun 
1965-1966, dengan begitu saja dilarang dari dunia penerbitan, sementara itu semua 
tulisan yang  dituduh "mengganggu ketertiban umum" secara serta-merta disensor. 
Pengarang roman Pramoedya Ananta Toer, setelah selama 15 tahun melewatkan waktunya di 
sebuah kamp pembuangan, hanya bisa menerbitkan banyak karya-karyanya berkat keberanian 
Penerbit Yoesoef Ishak yang akan berada di Paris pada 9 Oktober mendatang. Pram, 
sebagaimana dia dipanggil secara akrab, adalah seorang pengarang dari duapuluhan 
karya, dan empat diantaranya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis: Korupsi -- 
Corruption [oleh Philippe Picquier], Perburuan -- Le Fugitif [oleh Penerbit Plon], 
Bukan Pasar Malam -- La vie n'est pas une foire nocturne [oleh penerbit Gallimard] dan 
Bumi Manusia -- Le Monde des hommes [oleh penerbit Rivages].Sedangkan Gadis Pantai -- 
La fille de cùte -- merupakan roman kelima sedang siap-cetak oleh penerbit 
Gallimard.[Kesemua badan penerbit ini berada di Paris -- JJK]. Pram yang sejak lama 
mempunyai reputasi internasional dan oleh publik Indonesia sejak bertahun-tahun 
ditunggu-tunggu untuk dianugerahi Hadiah Nobel adalah orang satu-satunya yang layak 
mendapat hadiah demikian. Karya-karya pengarang Indonesia lainnya sangat langka 
diterjemahkan di negeri kita. Di tengah kelangkaan begini, Philippe Picquier [penerbit 
Paris yang banyak mencurahkan perhatiannya ke dalam alihbahasa karya-karya sastrawan 
Asia -- JJK] pada tahun 1992 telah  menerbitkan sebuah roman [Telegram --Tèlègramme ] 
karya Putu Wijaya yang produktif dan inventif, serta dua cerita panjang, bertandakan 
kehalusan dan kearifan karya Umar Kayam [ seorang Jawa].Tiga roman lainnya yang telah 
diterjemahkan adalah karya-karya Ramadhan KH, Ajip Rosidi dan Nasjah Djamin, terbit di 
Paris sekitar 30 tahun lampau. Tentu saja ketiga roman ini tidak lagi diterbitkan 
[épuisés]. Padahal sastra Indonesia tidaklah kekurangan bakat dan para penterjemahnya 
juga tersedia. Wisata massal, khususnya ke Bali, tidak memadai untuk menjawab rasa 
ingin tahu [kuriusitas] orang-orang Perancis akan budaya Indonesia yang demikian 
kaya-raya! Sastra-tulis [Les littératures Ècrites] telah muncul di Kepulauan Indonesia 
sejak abad ke-IX [CHL banyak bekerja di sektor ini -- JJK]. Karya-karya yang 
sangat-sangat beragam telah diciptakan dalam setengah lusinan bahasa [Jawa, Bali, 
Melayu, Bugis, Batak, Sunda] di bawah campuran pengaruh yang datang dari India, Persia 
dan Timur Tengah. Sedangkan sastra modern, ditulis dalam bahasa Indonesia yang sejak 
tahun 1928 telah dipilih sebagai bahasa Republik yang kemudian mencatat bahwa dalam 
dua 20 tahun berselang , mengokohkan diri secara alami sebagai sarana pengungkap diri 
nasional dan nasionalisme. Hal ini tercermin pada debat-debat ideologis dan 
masalah-masalah kemasyarakatan yang muncul sebagai negeri yang bangkit dari tiga abad 
dominasi Eropa. Masalah yang diperdebatkan: Haruskah mengikat diri pada masa 
pra-kolonial ataukah sebaliknya membangun suatu masyarakat modern dengan menjadikan 
sejarah sebagai suatu tabularasa? Bagaimana mengelola situasi ketergantungan ekonomi 
dan budaya suatu negeri yang sedang berkembang? Bagaimana menghadapi keanekaragaman 
etnik, kemiskinan, harapan dan kekecewaan kemerdekaan? Bagaimana merumuskan atau 
membangun kebudayaan nasional, menghadapi berkembangnya rejionialisme? Sebuah aliran 
pikiran berkembang mulai dari Sutan Takdir Alisjahbana, seorang cendekiawan yang 
paling berpengaruh pada masa antara dua perang, melalui Mochtar Lubis, yang dipenjara 
pada masa  Soekarno, selalu dengan keras menolak sejarah demi kepentingan -- tentu 
saja khayali -- menjadikan humanisme sebagai basis tunggal nasional. Sementara Sitor 
Situmorang, salah seorang penyair negeri ini yang paling besar, pengarang Paris la 
Nuit -- Paris Malam --[baru-baru ini terbit dalam bahasa Perancis di Jakarta] secara 
eksplisit tergoda oleh eksistensialisme walaupun pada suatu saat menyerah di hadapan 
dayatarik  Maoisme. Sastra Indonesia sebagaimana halnya dengan semua sastra Asia, 
menghadirkan daya pikat kepada kita untuk menyusup ke dalam suatu masyarakat yang 
tidak kita kenal dengan baik. Lepas dari kepentingan sosial dan sifat dokumenternya, 
sastra tersebut juga menampilkan kepada kita sastrawan-sastrawan sejati yang layak 
mendapatkan audiens internasional.Linus Suryadi, dalam sebuah roman berbentuk sanjak 
bebas, Pengakuan Pariyem --la Confession de Pariyem -- memadukan humor, kelembutan dan 
kepekaan serta nilai-nilai hakiki budaya Jawa. Sedangkan Ayu Utami, melalui  roman 
Saman yang terbit menjelang jatuhnya Soeharto    , melukiskan para aktor Indonesia 
dengan segala permasalahan mereka yang benar-benar bersifat internasional. Berita 
baik: Masih merupakan sebuah benua yang patut ditemukan. 



Paris, September 2004.

---------------------

JJ.KUSNI 

Catatan: 

Judul tulisan ini dari JJK.Sumber:La Lettre du Bureau Internastional de l'Edition 
française [BIEF], juillat/août, Paris, 2004. 




[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
$9.95 domain names from Yahoo!. Register anything.
http://us.click.yahoo.com/J8kdrA/y20IAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih 
Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppiindia.shyper.com
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Posting: [EMAIL PROTECTED]
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke