Surat Kembang Kemuning:

KATEB YACINE DI FESTIVAL AVIGNON KE- 58 [2]

Kateb Yacine memulai karir sastranya sebagai penulis roman. Roman pertama yang 
sekaligus merupakan karya pertamanya berjudul Nedjma yang diterbitkan pada tahun 1956. 
Kemudian pada tahun 1967, Yacine mulai mencurahkan perhatian pada dunia teater dan 
meninggalkan sama sekali penulisan roman. Yacine yang menulis dalam dua bahasa: Arab 
dan Perancis, mempunyai kebiasaan menulis dan menulis kembali karya-karyanya saban 
kali ia membaca ulang karya-karyanya. Beberapa karya teaternya yang terpenting adalah 
"Mohamed, Prends Ta Valise" [Mohamed, Ambillah Kopermu" diterbit ulang oleh Editions 
Le Seuil, Paris, pada tahun 1999 dalam bentuk antologi teater Yacine: "Boucherie de 
l'espérance" [Kedai Daging Harapan] .  Sedangkan penerbit Des Femmes [Perempuan], 
baru-baru ini telah menerbitkan antologi tiga karya teater bersama wawancara Yacine 
pada tahun 1972 dengan seorang  wartawan Ajazair didahului oleh Kata Pengantar isteri 
Yacine, Zebeida Chergui. 

Des Femmes menerbitkan karya-karya teater Yacine karena karya-karya sastrawan 
kelahiran tahun 1929 ini, umumnya bertemakan masalah perempuan, khususnya perempuan 
Aljazair dan perempuan-perempuan Arab. Tiga karya teater yang diterbitkan oleh Des 
Femmes ini pun juga bertemakan masalah perempuan pada tiga periode. Tiga cerita, tiga 
tokoh sejarah, tiga potret perempuan pejuang. Kahina atau Dihya, melukiskan tokoh 
perempuan Berber Yahudi dalam Perang 2000 tahun dalam melawan penyerbuan orang-orang 
Arab. Di tengah gelombang kekeruhan suasana yang ditinggalkan oleh para pemimpin besar 
Berber yang berjuang melawan pendudukan Romawi dan Kristenisme pada abad ke-VII, 
Kahina yang nama sebenarnya adalah Dihya muncul memimpin perlawanan rakyat Berber 
melawan para penyerbu baru berupa invasi agama Islam. Demikian jelas Zebeida Chergui, 
janda Yacine dalam Kata Pengantarnya untuk antologi teater almarhum suaminya yang 
diterbit ulang oleh Des Femmes.  Kahina memimpin peperangan tanpa ampun [sans 
merci]terhadap para penyerbu Arab sampai akhirnya ia gugur di medan pertempuran. 

Dari tokoh Kahina dan cara  Yacine mengangkat tokoh Kahina, nampak seakan-akan Yacine 
ingin menunjukkan wajah lain dari kehidupan perempuan Berber yang berbeda dari keadaan 
perempuan sekarang di negeri-negeri Arab, Maghreb dan Alajazair sendiri.  Yacine ingin 
memperlihatkan bahwa perempuan Berber dan Maghrebien seakan melupakan tradisi baik 
diri mereka. Kecuali itu melalui tokoh Kahina, Yacine ingin memperlihatkan mimpinya 
tentang perempuan Berber dan Maghrebien yang dia harapkan dalam kerangka memanusiakan 
manusia. Memperlihatkan kemampuan dan kesetaraan perempuan dalam masyarakat serta 
menggugat pengingkaran tradisi dan sejarah ini.


Kalau memperhatikan sejumlah karya-karya besar dunia, juga Indonesia, yang sering 
menjadi pertanyaan saya: Mengapa banyak pengarang mengangkat perempuan sebagai tokoh 
utamanya? Dalam "Bumi Manusia", "Gadis Pantai", misalnya , Pramoedya A. Toer telah 
mengangkat Ny.Ontosoroh. Kemudian dalam balet Detasemen Wanita Merah, Tiongkok, dalam 
filem India: Bunda India yang dibintangi oleh Raj Kapoor, dalam cerita Gorki: Ibunda, 
dalam karya Victor Hugo: Si Bongkok Dari Notre Dame,  semua tokoh utamanya adalah 
perempuan. Demikian juga Yacine dan masih tentu masih banyak contoh lain lagi. 

Terhadap pertanyaan ini saya menduga alasannya barangkali karena perempuan merupakan 
tokoh yang paling menderita, paling tertindas dalam masyarakat. Dari segi jumlah pun 
mereka tidak sedikit bahkan jika menggunakan ungkapan Tiongkok "perempuan merupakan 
penyangga separo langit". Dari ungkapan ini nampak bahwa paling tidak separo penduduk 
dunia adalah perempuan.Sehingga mengangkat perempuan , jika menggunakan sudut pandang 
seorang peneliti, perempuan merupakan sample yang memadai dan bisa 
dipetanggungjawabkan. Masalah penindasan lebih yang ditanggung perempuan jika kembali 
menggunakan ungkapan Tiongkok, di punggung kaum perempuan terletak "tiga gunung besar" 
yaitu "kekuasaan lelaki, imperialisme dan feodalisme".  Anak lelaki pun setelah 
dewasa, sebagai lelaki ikut menindas ibunya. Dugaan lain terletak pada kepekaan 
perasaan perempuan terhadap kehidupan, masalah dan lingkungan. Perasaan perempuan 
boleh diibaratkan sebagai permukaan sungai yang gampang meriak sekalipun oleh desir 
angin sepoi-sepoi. Tapi sekali perempuan itu sadar, tahu  keadaan diri mereka, tahu 
sebab-sebab terjadinya keadaan itu, dan tahu pula bagaimana jalan keluar yang patut 
ditempuh, maka perempuan akan tampil sebagai pejuang tangguh, gagah perkasa dan 
sanggup tanpa mengerdip mata menantang ajal. Kesetiaan mereka akan sangat hebat 
setanding dengan lelaki bahkan bisa mengalahkan mitos kehebatan lelaki. 

Barangkali syarat-syarat di atas kurang terdapat pada tokoh lelaki. Dengan 
syarat-syarat demikian, dari segi jurnalistik, barangkali tokoh perempuan akan lebih 
komunikatif dan secara pskihologis akan lebih menyentuh nurani pembaca. Sedangkan 
khusus bagi Kateb Yacine alasan tambahan lain adalah kedekatan perasaannya pada sang 
ibu yang melahirkannya. "Semua yang hidupi sampai sekarang, segala yang saya lakukan 
hingga hari ini, senantiasa pertama-tama bersumber dari ibu saya. Ibu sayalah yang 
menjadikan saya sebagaimana saya hari ini. Saya kira hal ini pun terjadi pada semua 
orang", jawab Yacine dalam pembicaraannya dengan wartawan Aljazair dalam antologi 
karya teater yang diterbit ulang oleh Des Femmes, Paris.  Antologi ini pun membuat 
karya Yacine tentang Louis Michel, perempuan pemimpin pemberontak Komune Paris dan 
Saout Ennissa, tokoh politik perempuan pada abad ke -XIII. Yacine meninggalkan dunia 
penulisan roman dan memusatkan perhatiannya pada teater, karena merasa melalui teater 
ia bisa langsung berbicara sederhana dengan rakyatnya, dengan penontonnya -- paling 
tidak! Dipahami, didengar dan bisa berdialog langsung, merupakan keperluan penting 
bagi  Yacine yang memandang karya-sastra tidak lain dari sarana pewujud mimpinya.  
Pilihannya terhadap dunia teater ini memperlihatkan bahwa Yacine sadar benar untuk apa 
ia berkesenian,  apa peranannya sebagai seniman dalam masyarakat dan haridepan, sadar 
tentang fungsi sastra-seni.Kecuali itu nampak pula  bahwa Yacine memahami benar juga 
arti kesadaran sejarah dan politik.  

Paris, Juli 2004.
---------------
JJ.KUSNI





[Bersambung....]







Catatan: 

Foto terlampir  melukiskan keadaan perempuan Aljazair  dewasa ini . Yang pertama 
perempuan Aljazair di layar putih dan yang lain sedang melakukan siaran radio[Sumber: 
Dokumen Jelitheng]. 


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Yahoo! Domains - Claim yours for only $14.70
http://us.click.yahoo.com/Z1wmxD/DREIAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih 
Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.arsip.da.ru
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Posting: [EMAIL PROTECTED]
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke