Wa'alaikum salam,

Ini Ada satu tulisan saya di mana ada satu negara yang harganya relatif stabil.

Bahkan di AS, Jepang, dan negara2 Eropa pun inflasi sangat kecil. Di Indonesia 
bisa lebih dari 12%/tahun. Bunga "SBI" (di sana Fed Rate) di AS cuma 0-0,25%) 
di Jepang dan negara2 Eropa juga boleh dikata bunga SBI bisa 0%. Jadi tidak ada 
inflasi karena jumlah uang nyaris tidak bertambah lewat bunga SBI tsb.

Sebaliknya di Indonesia bunga SBI bisa mencapai 7,5%. Jadi kalau Bank2 menaruh 
Rp 1000 trilyun di SBI/ORI, maka BI yang saat ini diswastanisasi dan dikontrol 
Yahudi IMF harus mencetak Rp 75 trilyun untuk bunganya. Jadi jumlah rupiah 
bertambah ke para pemilik modal/SBI dan inflasi terjadi.

Selain itu kebijakan pemerintah yang menaikkan tarif Tol, BBM, bahkan Sri 
Mulyani akan menaikkan tarif listrik 15% pada Juni nanti memicu inflasi. Sedih? 
Tapi kebijakan Ekonomi Neoliberalisme yang dianut oleh para Ekonom yang 
menjabat di negara kita memang begitu.

Inflasi/kenaikan harga barang yang jauh lebih tinggi ketimbang kenaikan gaji 
yang belum tentu naik, berakibat pada pemiskinan massal rakyat Indonesia. 
Beberapa peneliti sudah meneliti tentang Inflasi Tinggi yang berhubungan dengan 
peningkatan kemiskinan di Amerika latin karena kenaikan gaji di bawah kenaikan 
harga.

Berikut satu tulisan saya:
http://polhukam.kompasiana.com/2010/03/09/harga-yang-stabil-di-arab-saudi-vs-paradigma-harga-harus-naik/
Harga yang Stabil di Arab Saudi Vs Paradigma Harga Harus Naik
Nizami
Ini sekedar sharing guna merubah paradigma atau pola pikir para pejabat / 
masyarakat yang menganggap tiap tahun harga barang harus naik.

Di Arab Saudi ketika saya pergi ke sana di tahun 1983, harga 1 kaleng minuman 
entah itu Pepsi Cola atau Burtuqol (Jus Jeruk dengan bulirnya) hanya 1 real. 
Kalau tidak salah saat itu kursnya 1 real = Rp 700.

Ternyata sekarang pun menurut ipar saya yang baru2 ini pergi umrah tetap 1 real 
harganya (sekarang 1 real = Rp 2.446). Artinya lebih murah daripada harga di 
Indonesia. Padahal penghasilan warga Arab rata2 sekitar 7x lipat di atas kita.

Hebatnya lagi, harga minuman itu entah di emperan jalan, di pasar, di mal, atau 
di airport tetap sama harganya. 1 real!

Dengan harga yang stabil, tidak ada alasan bagi para pengusaha untuk menaikan 
harga barang dengan alasan harga bahan baku naik atau biaya operasional naik. 
Tidak ada alasan pula untuk minta naik gaji dengan posisi jabatan yang sama 
karena daya beli mereka tidak turun akibat tidak adanya kenaikan harga 
barang/inflasi.

Sebaliknya di Indonesia. Karena harga barang (misalnya listrik, BBM, tol, dsb 
dinaikkan), maka para pengusaha menaikan harga2 barangnya karena biaya 
operasional naik. Para buruh juga harus minta naik gaji sebab jika tidak mereka 
jadi lebih miskin akibat daya beli gajinya menurun. Namun sayangnya, besar 
kenaikan gaji biasanya jauh di bawah besar kenaikan harga barang. Bahkan ada 
yang tidak naik gaji sama sekali.

Akibatnya kemiskinan semakin merajalela di Indonesia.

===
Belajar Islam sesuai Al Qur’an dan Hadits
http://media-islam.or.id
Milis Ekonomi Nasional: ekonomi-nasional-subscr...@yahoogroups.com
Wassalam
 
Agus Nizami
________________________________________
From: forum_lingkarp...@yahoogroups.com 
[mailto:forum_lingkarp...@yahoogroups.com] On Behalf Of Denis Setiawan
Sent: Friday, March 12, 2010 12:01 AM
To: forum_lingkarp...@yahoogroups.com
Subject: [FLP] [Karyaku] Semuanya Mahal!

  
Mohon para teman-teman milis sudi meluangkan waktu sejenak untuk membaca
serta memberi komentar, kritik maupun saran terhadap tulisanku ini.

Terima kasih banyak. :)

********

Semuanya Mahal!

Hidup di jaman sekarang, membeli apapun terasa sangat mahal harganya.
Inflasi telah memakan semuanya seperti iblis yang senantiasa haus akan rasa
darah dan dosa. Mengapa semua ini bisa terjadi?

Hari itu... aku berjalan demi mencari sebuah rasa perdamaian. Melewati gang
sempit di tengah ibukota, melihat para manusia sibuk dengan urusan
masing-masing seraya tidak ada hari esok. Apakah yang ada di dalam benak
mereka? Tidak usah memikirkannya, hanya akan menambah beban kehidupanmu
saja.

Seorang pengemudi angkutan kota, menghembuskan asap rokoknya nan pekat. Di
sebelahnya duduk sang istri dan bayi pertamanya nan mungil. Mereka tetap
bersabar... meskipun bayi tersebut diliputi oleh abu-abu nikotin yang manis,
ia masih saja tertidur dengan lelapnya. Bahkan bunyi mesin kendaraan tak
mampu mengganggunya, sang istri tetap setia duduk disampingnya sembari
memandang lewat pintu jendela.

Ah... dunia.

Sementara itu, di tempat yang lain dengan nasib berbeda. Seorang pengusaha
sukses sedang menikmati cerutu Cuba, di beranda villanya yang terletak di
bukit hijau nan asri. Ia terus saja menghembuskan asap itu, menikmati segala
karunia Tuhan.

Ah... dunia.

Masyarakat yang hari ini masih mampu untuk makan mie instant agar asam
lambungnya tidak menggerogoti, hanya untuk berpuasa di esok harinya. Tetap
bekerja keras untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Bekerja keras tanpa
lelah, tetes demi tetes keringat yang berharga sebuah koin. Sementara yang
lain... beruntung nasibnya, meminum berbagai macam alkohol untuk
bersilaturrahmi dengan para relasinya.

Jaman modern saat ini, semuanya mahal. Harga kian melambung tinggi tanpa
mempedulikan apapun. Tidak mampu berarti mati dan gagal. Terputus rantai
generasinya. Sebutlah itu apapun, mulai dari nasi, es teh manis, sepotong
ayam, sambal, garam... bahkan kerupuk.

Tetapi tenang saja, sekarang ini masih ada yang murah. Sesuatu yang
berharga, yang dimiliki oleh setiap orang, namun semua berlomba-lomba untuk
menjualnya demi sesuatu yang semu. Apa boleh dikata, kehidupan harus terus
berlanjut dan kita --- para manusia yang masih menjejak bumi penuh nestapa
ini --- harus senantiasa rela mengorbankan apapun demi hari esok.

Ya, sesuatu itu masih murah harganya dan dapat ditemukan dimanapun. Disaat
manusia lugu masih memancarkan sinar murni dari matanya, disaat orang yang
memberikan sesuatu tanpa mengharapkan imbal jasa apapun, disaat semuanya itu
bersifat sementara dan menyadarinya bahwa ini semua hanyalah sebuah titipan
belaka.
Apakah itu?

....

Abad ini, hanya satu yang murah. Satu itu adalah sang sesuatu. Sesuatu itu
bernama kejujuran. Jujur saat ini sudah diobral dimana-mana, seperti toko
yang mengadakan pekan cuci gudang tanpa mengetahui kapan akhir tahun.
POTONGAN HARGA GILA-GILAAN!

....

Kejujuranku?

Ah... alas! Semenjak aku lahir, aku tidak pernah memilikinya. Mungkin itu
nasibku... dan mungkin itu pula yang membebaskanku dari semua ilusi ini.

-- 
http://dongengdenis.blogspot.com/

===
Belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits
http://media-islam.or.id
Milis Ekonomi Nasional: ekonomi-nasional-subscr...@yahoogroups.com


      Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih 
cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. 
Dapatkan IE8 di sini! 
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/

Kirim email ke