Saya ingat dulu dengan slogan "Inggris kita lingis, Amerika kita setrika"

Saat itu memang para pemimpin dan rakyatnya kompak dan tidak takut pada pihak 
asing.


 ===
Belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits
http://media-islam.or.id
Milis Ekonomi Nasional: ekonomi-nasional-subscr...@yahoogroups.com


>
>Dari: "kebijakanpub...@yahoo.com" <kebijakanpub...@yahoo.com>
>Kepada: ppiindia@yahoogroups.com
>Terkirim: Rab, 17 Februari, 2010 12:23:28
>Judul: Re: [ppiindia] Saatnya Seberani Bung Karno
>
> >
>
>
>
>
>  >
>>      
> 
>Wuah... Tulisan yg bagus. Kalau boleh Bung Airlangga mengkaji kepemimpinan SBY 
>sejak menjadi tentara, Asospol, Kaster, Men ESDM dan Menko Polkam. Setelah itu 
>mengkaji kepemimpinannya dlm rentang 2004-2009 dlm menghadapi situasi internal 
>dan eksternal. Maka pertanyaannya, apakah mungkin SBY seberani BK? Pertanyaan 
>lebih lanjut, apakah semangat kebatinan (nilai-nilai yang membentuk karakter) 
>dan keilmuan SBY setara BK ? Lihat produk intelektual BK (himpunan tulisan spt 
>terangkum di DBR)dan bandingkan dg produk intelektual SBY.
>
>>Mungkin akan ada jawaban, SBY bukan BK. Masing2 mempunyai karakter sendiri2.. 
>>Dan masing2 memberi hasil pada anak bangsa.
>
>>Yang patut dicatat, tiap waktu dan zaman melahirkan anaknya sendiri. Tapi ada 
>>yg tidak berubah: apakah kita setia pada konstitusi kita dan mencintai anak 
>>bangsa dg benar, baik dan adil. Atau kita kita sekadar menjalankan power n 
>>glory, lalu mengatasnamakan kesuksesan jabatan yang ditampuk sebagai 
>>kesuksesan masyarakat seperti yg diucapkan tokoh2 Mafia Berkeley hingga saat 
>>ini?
>
>>Saya menghadapi kenyataan bahwa justru para pejabat itu yang menihilkan 
>>semangat dan kejuangan BK. Perilaku dan intelektualitas mereka yg demikian 
>>mereka pertontonkan di kantor2 pemerintahan.
>
>>Tapi tidak usah bersedih, toh akhir hidup mereka akan dinikmati oleh anak 
>>cucu mereka, terhina atau bermartabat sebagaimana anak cucu BK, Soeharto, 
>>Abdurrahman Wahid, Soedharmono atau Umar Wirahadikusuma.
>
>>Sent from my BlackBerry®
>
>>powered by Sinyal Kuat INDOSAT
>
>
>>-----Original Message-----
>
>>From: Satrio Arismunandar <satrioarismunandar@ yahoo.com>
>
>>Date: Tue, 16 Feb 2010 21:04:46 
>
>>To: news Trans TV<news-transtv@ yahoogroups. com>; kampus tiga<kampus-tiga@ 
>>yahoogroups. com>; <aipi_politik@ yahoogroups. com>; sastra 
>>pembebasan<sastra-pembebasan@ yahoogroups. com>; ex menwa UI 
>>2<exmenwa...@yahoogro ups.com>; Pers Indonesia<PersIndonesia@ yahoogroups. 
>>com>; ppiindia<ppiin...@yahoogroup s.com>; nasional list<nasional-list@ 
>>yahoogroups. com>
>
>>Subject: [ppiindia] Saatnya Seberani Bung Karno
>
>
>
>
>
>>From: airlangga pribadi <angg...@yahoo. com>
>
>>Date: Tuesday, February 16, 2010, 7:36 PM
>
>
>
>>  
>
>
>
>
>>Ijinkan saya memposting tulisan saya di Jawa Pos 
>
>
>>Jawa Pos
>
>>Opini
>
>>[ Senin, 15 Februari 2010 ]
>
>>Saatnya Seberani Bung Karno
>
>>Oleh: Airlangga Pribadi
>
>
>>Integritas pemimpin pada saat krisis diuji oleh keberanian menghadapi masalah 
>>yang ada di depannya tanpa mengeluh. Ketika hari-hari terakhir ini kita 
>>disuguhi model komunikasi politik Presiden SBY yang terkesan menghindar dari 
>>persoalan, saya terkesima saat membuka kembali lembaran naskah pidato 
>>Proklamasi RI dari Bung Karno pada 1966 yang berjudul Jas Merah (Jangan 
>>Sekali-kali Melupakan Sejarah).
>
>
>>Dalam pembukaan pidato tersebut, Soekarno menegaskan di tengah tekanan 
>>politik bertubi-tubi menghadangnya, dia tetap menunjukkan dirinya tegak 
>>berdiri sebagai presiden Republik Indonesia di hadapan seluruh rakyat. 
>>Melalui pidatonya, Bung Karno memperlihatkan bahwa dia tidak lari dari 
>>persoalan politik yang dihadapkan kepada dirinya. Dia menjawabnya satu per 
>>satu, mulai besarnya anggaran yang dia gunakan untuk merebut Papua sampai 
>>persoalan posisi politik dari Supersemar.
>
>
>>Meski pada akhirnya Soekarno tidak dapat mempertahankan kekuasaan, pidato 
>>tersebut memberi kesan yang sangat kuat bahwa sebagai presiden, Soekarno 
>>tidak mengeluh kepada rakyat atas tekanan politik yang dihadapi. Soekarno 
>>berusaha menenteramkan hati rakyat bahwa dia masih mampu mengelola kondisi 
>>politik di saat krisis.. Sejarah mencatat, bagaimana Soekarno memperlihatkan 
>>jiwa kesatria, bahkan pada pertempuran politik pada masa akhir 
>>kepemimpinannya.
>
>
>>Keutamaan memimpin sebagai presiden seperti inilah yang tengah kita tunggu 
>>terkait dengan penyelesaian kasus bailout Century. Komunikasi politik 
>>Presiden SBY saat ini yang memperlihatkan kepada publik bahwa dirinya adalah 
>>korban yang dizalimi dan menyerahkan tanggung jawab kepada para pembantunya, 
>>dapat melunturkan kepercayaan publik. Ketika hal itu terjadi, setidaknya ada 
>>tiga langkah komunikasi politik yang seharusnya dilakukan SBY untuk 
>>memulihkan integritas pemerintahannya.
>
>
>>Ambil Tanggung Jawab
>
>
>>Pertama, sudah saatnya Presiden SBY menyadari bahwa memosisikan diri sebagai 
>>korban pertarungan politik dan mengharap simpati publik dalam kondisi krisis 
>>justru akan meluluhlantakkan kepercayaan publik akan hadirnya pemimpin yang 
>>tangguh dan bersama bisa menghadapi segala persoalan. Posisi sebagai korban 
>>dan menghindar seperti ini saatnya diubah. Apabila pada situasi normal, 
>>presiden dapat memberikan wewenang kepada para pembantunya untuk merumuskan 
>>kebijakan maupun menjawab pertanyaan publik atas berbagai persoalan 
>>pemerintahan, pada situasi krisis langkah yang berbeda harus diambil.
>
>
>>Sekarang saatnya bagi Presiden SBY untuk tampil sendiri dengan mengambil 
>>tanggung jawab dari Boediono dan Sri Mulyani dengan menyatakan bahwa dirinya 
>>mengetahui kebijakan bailout Bank Century dan menjelaskan secara jernih 
>>alasan dan kondisi-kondisi yang mengharuskan pemerintah mengambil tindakan 
>>tersebut. Meski kebijakan tersebut kemudian dinilai salah oleh pihak parlemen 
>>dan publik, keterusterangan dan mengakui kesalahan tidak membuat integritas 
>>presiden luntur di hadapan rakyatnya, selama pemimpin tidak melakukan praktik 
>>korupsi.
>
>
>>Kejujuran dan keberanian sikap tersebut dapat membangun citra diri Presiden 
>>SBY sebagai pemimpin yang tegar dan berani meski dihantam krisis politik yang 
>>kuat di hadapan rakyat Indonesia. Sekaranglah saatnya memperlihatkan kepada 
>>rakyat Indonesia bahwa kemampuan Presiden SBY menyelesaikan persoalan yang 
>>ada di depannya bukanlah pencitraan publik semata, namun benar-benar karakter 
>>otentik dirinya.
>
>
>>Kedua, sudah saatnya SBY menghadapi dengan tegar segenap kekuatan oposisi 
>>politik, baik di tingkat kekuatan politik maupun kekuatan masyarakat sipil. 
>>Bukanlah tindakan arif bagi presiden di era sistem politik demokrasi, 
>>menyerukan ancaman kudeta kepada publik. Saat membaca sejarah, kita menjadi 
>>saksi bagaimana mantan Presiden Indonesia KH Abdurrahman Wahid berani 
>>menghadapi lawan-lawan politiknya para legislator, di gedung DPR RI.
>
>
>>Tidaklah salah apabila Presiden SBY belajar dari momen tersebut. Saatnya dia 
>>tidak menghindar dan justru memanggil para aktivis dan agensi-agensi politik 
>>yang saat ini melakukan protes. Bukankah pada saat bertugas sebagai perwira 
>>tinggi pada masa Orde Baru, dirinya dikenal sebagai jenderal yang rajin 
>>berdialog dengan para intelektual dan aktivis gerakan mahasiswa. Tunjukkan 
>>kepada rakyat sebagai pemimpin yang selama ini menyerukan pentingnya 
>>optimisme. SBY siap dan mampu berdialog dengan lawan politiknya dengan 
>>segenap argumen dan penjelasan yang jernih dan rasional.
>
>
>>Ketiga, sebagai presiden tidak sepatutnya SBY mudah memberikan 
>>respons-respons reaktif dan emosional.. Kepemimpinan yang efektif dalam 
>>kondisi krisis diperlukan, terutama pada saat-saat sekarang, ketika kritik 
>>dan tekanan politik tengah bertubi-tubi dialamatkan kepadanya. Sejarah 
>>kepemimpinan dunia memberikan contoh kepemimpinan efektif, saat Jenderal 
>>Charles De Gaulle menghadapi krisis gerakan mahasiswa pada 1968.
>
>
>>Pada situasi yang sangat genting di bawah ancaman revolusi sosial, De Gaulle 
>>bertindak tenang. Dia tidak mudah terpancing oleh tekanan dan provokasi 
>>politik, dan pada saat yang tepat hadir di hadapan rakyat Prancis dengan 
>>menunjukkan integritasnya sebagai presiden. Kemampuan De Gaulle menjalankan 
>>komunikasi politik secara efektif terbukti berhasil mengembalikan kepercayaan 
>>publik dengan memperlihatkan kapasitasnya sebagai pemimpin untuk 
>>menyelesaikan persoalan politik yang dihadapi rakyat Prancis.
>
>
>>Pendeknya, yang dibutuhkan Presiden SBY untuk memimpin di saat krisis adalah 
>>keberanian menghadapi persoalan yang muncul sebagai akibat dari kebijakan 
>>pada masa kepemimpinannya. Semoga beliau sadar bahwa saat ini bukanlah 
>>situasi normal, namun krisis politik terhadap pemerintahannya yang 
>>membutuhkan kehadiran pemimpin yang berani. (*)
>
>
>>*). Airlangga Pribadi, pengajar Ilmu Politik FISIP Universitas Airlangga 
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>>[Non-text portions of this message have been removed]
>
>
>
>
>>[Non-text portions of this message have been removed]
>
>
> 


      Lebih Bersih, Lebih Baik, Lebih Cepat - Rasakan Yahoo! Mail baru yang 
Lebih Cepat hari ini! http://id.mail.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke