** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum **
SURAT KEPADA ORANG SEKAMPUNG: DISKUSI BUKU LIPI YANG MENGHINA DAYAK [KEPADA BUNG NORDIN DAN DR. DARIUS DUBUT] Memperhatikan semua posting yang disalurkan melalui milis [EMAIL PROTECTED], hal yang sangat menarik dan patut digarisbawahi bahwa semua anggota milis, dari asal etnik manapun menaruh perhatian terhadap buku LIPI yang membicarakan soal Dayak dan yang oleh Marko Mahin, dosen antropologi agama pada STT GKE Banjarmasin, dipandang sebagai "penghinaan" atas nama ilmu pengetahuan. Penghinaan atas etnik Dayak model begini bukanlah hal baru. Yang terjadi sekarang hanyalah suatu pengulangan kejadian di dalam sejarah. Sikap "menghina" begini pada waktu bersamaan dilakukan pula oleh seseorang yang menyebut diri "menekuni lmu sosial" dan menulis tesis doktornya tentang Dayak di salah satu universitas di Amerika Serikat, sampai-sampai berani secara tidak langsung menyebut orang Dayak "bloo". Yang terakhir ini secara malu-malu menyebut Dayak yang "victim" menjadi "killers". Saya masih menagih jawaban dan penjelasannya di milis ini secara terbuka, apa bagaimana penjelasannya. Kalau salah, katakan pula secara terbuka dan jangan diam atau mendiamkan. Ini kalau sipenulis masih punya harga diri dan bertanggungjawab baik sebagai anak manusia maupun sebagai ilmuwan sosial seperti yang dia proklamasikan sendiri. Di sini saya tidak menyebut nama penulisnya, karena yang terpenting bagi saya adalah masalah yang dikemukakannya yaitu "victim" menjadi "killers". Tuduhan beg ini terhadap Dayak bagi saya terlalu berat. Karena itu saya menagih pertanggungjawaban. Ini kalau penulisnya masih mempunyai harga diri dan nilai-nilai keadilan manusiawi. Melihat masih gencarnya serangan dan hinaan kepada komunitas Dayak, maka saya merasa gembira dan menyambut hangat hadirnya ke tengah kita, Lembaga Studi Dayak21 yang didirikan oleh Marko Mahin, Ronny Teguh, Elisae Sumandi dan teman-teman, dengan program yang jelas. Kegembiraan saya didasarkan pada pendapat bahwa selayaknya penelitian tentang Dayak dan Kalimantan umumnya kita lakukan sendiri, dan kita tidak usah terlalu bermurah hati serta bergembira dengan terkadang mendapat ucapan terimakasih dari peneliti luar, yang kemudian tidak berbuat apa pun setelah menjadikan kita sebagai obyek. Dayak dan Kalimantan hanya mereka jadikan batu loncatan untuk mengangkat diri menunju tangga idaman pribadi. Setelah itu mereka pun melupakan Dayak dan Kalimantan,beda dengan Monsieur Bruno antropolog dari Swiss yang sanggup menggadaikan nyawa untuk kepentingan Dayak. Sekarang kita mempunyai syarat cukup untuk melakukan penelitian tentang kampung halaman kita sendiri. Melalui penelitian, kita mendaftarkan apa-apa yang kita miliki, dari dari daftar ini kita tahu apa yang tanggap zaman dan tidak, mengenal wajah kita sendiri, bopeng atau tidak, lalu merevitalisasikan apa-apa yang layak. Revitalisasi adalah usaha kita menjadi orang daerah kekinian yang tanggap zaman dan aspiratif, syarat untuk maju ke depan secara sadar. Melalui posting-posting di milis ini juga saya melihat bahwa kita mampu mengatasi sungaisme dan bertolak dari nilai-nilai manusiawi universal yang terkandung dalam budaya betang -- entah kita sadari atau tidak. Terkesan bahwa pada generasi muda ada usaha untuk tidak "hakayau sasama arep", ujud dari konsep "rengan tingang nyanak jata". Hal ini saya garis bawahi karena kalau mau mencari perbedaan dan menciptakan konflik, sangat gampang menciptakan alasan yang tidak lain lebih bersifat dalih. Mengenai ide Nordin agar dalam menanggap buku LIPI yang "menghina" itu kita mulai dari pertemuan kecil, di sini saya berpendapat berbeda. Skala kecil, hanya kita lakukan kalau skala lebih besar memang sudah tidak mungkin kita lakukan. Pendapat ini saya pertahankan karena berdasarkan pengalaman waktu saya bekerja di Kalteng, pertemuan tingkat nasional pun mungkin kita lakukan di Kalteng, apalagi pertemuan tingkat propinsi. Dampak tingkat pertemuan yang kita selenggarakan akan berbeda terhadap masalah yang kita angkat. Di sini barangkali terletak peranan lobby dan argumentasi. Ronny Teguh sudah mengajukan masalah "hinaan" LIPI pada Dayak kepada wakil gubernur Nahson Taway dan Sekwilda: Haji Apuk Nihin. Sebaiknya Ronny juga mengajukannya kepada A.Gani, yang gubernur. Sebagai penanggungjawab pemerintah daerah Kalteng, mereka selayaknya aktif menanggap "hinaan" pada mayoritas penduduk daerahnya, kalau mereka masih perduli pada mayoritas penduduk yabg "diperintahinya". Sedangkan mengenai usul DR. Darius Dubut untuk menjawab masalah "hinaan" LIPI terhadap Dayak dijawab melalui koran nasional, memang cara yang baik. Tapi saya khawatir, koran nasional yang terdapat di Jakarta tidak menggubris tulisan kita dengan alasan seperti yang sering dilakukan oleh Harian Kompas "tidak ada ruangan", "tidak aktual", dan sebagainya. Kita tidak mereka berikan hak jawab. Kita pun tidak bisa berbuat apa-apa karena koran-koran itu bukan koran-koran milik kita. Karena itu, untuk menembus "blokade" pers nasional begini, kita patut pandai-pandai mencari cara. Koran nasional bahkan Harian Kalteng Pos Palangka Raya pun tidak bisa kita andalkan untuk menegakkan keadilan, nilai-nilai republiken dan keindonesiaan. Mereka dipenjara oleh syarat-syarat eksistensi mereka. Karena itu kita perlu bersandar pada kekuatan kita sendiri dalam mengatasi segala masalah, termasuk pembangunan daerah. Tanggungjawab orang-orang luar daerah sangat minim dibandingkan dengan putera-puter i daerah sendiri, bahkan putera-puteri daerah sendiri pun sering tak acuh pada daerahnya, sibuk dengan memburu duit yang dijadikan "Tuhan Baru". Orang-orang luar daerah lebih banyak menjadikan daerah sebagai obyek dan tidak sebagai subyek. Kita mempersoalkan masalah "hinaan" LIPI melalui artikel Muh.Saleh Buchary dan sikap John Haba atau "penekun ilmu sosial yang sedang berada di Harvard University" pada komunitas Dayak, terutama berangkat dari nilai-nilai republiken, keindonesiaan dan kemanusiaan. Di hadapan keadaan begini, saya merasa heran atas kebungkaman seribu bahasa Institut Dayakology Pontianak [dan Konsorsium Pancur Kasih] yang relatif mapan secara ekonomi dan mempunyai syarat lebih dibandingkan dengan Dayak Kalteng, Kalsel dan Kaltim. Di mana kepeloporan mereka secara konsepsional dalam menanggap situasi sekarang dan menyongsong haridepan manusiawi, Indonesia yang republiken? Skala kecil hanya memberikan dampak kecil, padahal syarat untuk melakukan kegiatan skala lebih besar dari skala "kongkow-kongkow santai" ada.Saya tidak menganggap melakukan kegiatan skala besar sebagai tindakan "grusah-grusuh" seperti yang dikatakan Nordin [berbeda dengan menangani masalah pemberdayaan dan pembangunan]. Masalah-masalah besar banyak sekali dihadapi oleh Kalteng dan dengan pola pikir Nordin dari Walhi Kalteng yang cenderung pada tingkat "kongkow-kongkow santai" terbukti sampai sekarang tidak melahirkan suatu gebrakan berarti. Mau bukti? Lihat saja dan simpulkan saja pengalaman selama ini sampai sekarang.Simpulkan pengalaman Walhi Kalteng. Saya tidak ingin bahwa LSM Kalteng ikut disebut seperti yang dikatakan oleh beberapa aktivis dari Indonesia yang baru saya temui di Paris sebagai "lembaga sudah mati" dan hanya melahirkan celebrities tanpa guna bagi bangsa dan negeri , kecuali bagi diri sendiri secara individual. Saya tidak ingin kartu LSM dijadikan untuk memeras pengusaha dan perusahaan untuk mendapatkan uang. Sebab secara konsepsional, LSM sesungguhnya mempunyai peranan strategis dalam menciptakan masyarakat sipil dengan nilai-nilai republiken serta keindonesiaan. Tentang "moment kebangkitan", Kalteng banyak kehilangan "moment kebangkitan" ini karena perangai "kongkow-kongkow santai" yang tanpa prakarsa, jauh dari masyarakat bawah padahal bencana sudah menyusun jaring-jaring mautnya. Barangkali ini pun tidak banyak yang melihatnya dengan jelas. Kalau penglihatan saya benar, maka bisa saya katakan bahwa komunitas Dayak sekarang makin berada di mulut jaring petaka sementara kita masih saja "ketawa-ketiwi" "berkongkow-kongkow santai". Etnosentrismekah mensinyalir keadaan ini? Saya melihatnya bukan sebagai etnosentrisme tapi lebih sebagai ujud dari kehilangan diri baik sebagai etnik, komunitas mau pun sebagai bangsa. Jika berlanjut terus bukan ajaib apabila kemudian waktu menampilkan bahwa Dayak akan menjadi "jipen - budak - kekinian" di Tanah Dayak sendiri. Yang menuduh saya sebagai seorang penganut etnosentrisme dan mengatakan Dayak dari "victim" menjadi "killers", saya kira tidak lain dari orang yang ingin melihat Dayak menjadi "jip en kekinian", tidak lain dari "killer" Dayak itu sendiri atas nama ilmu pengetahuan. Kecuali jika si penuduh bisa mempertanggungjawabkan kata-katanya. Jika tidak, sungguh memalukan Havard University memproduksi sarjana "killer" kemanusiaan jenis ini. Paris, Februari 2005. ------------------- JJ.Kusni [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **