CATATAN MENYAMBUT MATAHARI PAGI:

SURAT TENTANG SASTRA KEPADA ANAS AGE [15]


Kusertakan tulisan di bawah ini sebagai contoh lain bagaimana para seniman, 
bukan hanya sastrawan tetapi juga seniman filem mengekplorasi bahkan 
mengeksploatasi "tubuh perempuan" dalam karya-karya mereka. Tulisan ini 
kusertakan sebagai contoh lain disertai pertanyaan: Apakah karya begini 
merupakan perlawanan terhadap "gempuran kapitalisme" ataukah sebagai barang 
dagangan yang dilemparkan ke pasar kapitalis, sesuai dengan tema awal tulisan 
ini? Kalau dikatakan bentuk perlawanan terhadap "gempuran kapitalisme", di mana 
letak perlawanannya dan bagaimana menjelaskannya? 



----- Original Message ----- 
From: Aswin-Gunther Sharif 
To: [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, November 10, 2004 11:31 AM
Subject: [politik-indonesia] (OOT) Eksploitasi kebobrokan mental sutradara dan 
pembuat sineas : Film Virgin



Mensikapi (bakal) munculnya film lokal berjudul VIRGIN:

Sebagai orang tua, kita perlu lebih ekstra hati-hati mendidik dan menjelaskan 
kepada anak-anak kita, bahwa banyak film-film tak bermutu yg tak layak tonton, 
yang mengeksploitasi vickiran kotor (victor) dari sutradara dan pembuat cerita 
sineas dengan membuat generalisasi sikap mental dan perilaku remaja pada 
umumnya yang dianggap bermental busuk, tapi dengan mengambil sampel remaja 
berkualitas rendah secara picik dan tidak representatif.

Komentar pribadi saya, mudah-mudahan tokoh-tokoh semacam Aa Gym dan tokoh-tokoh 
lintas agama lainnya segera bertindak untuk melayangkan surat protes ke LSF 
sehingga tidak muncul preseden bahwa kita adalah bangsa yang "ignorance" 
(cuek). Atau lebih parah lagi: mengatasnamakan kebebasan berekspresi seniman 
dengan memperjuangkan tumbuhnya film-film murahan .......ala Virgin...

Intinya, buat saya cukup membaca review dibawah ini saja, tapi tak perlu 
menonton filmnya, sehingga mimpi kotor sang sutradara untuk meraup uang panas 
akibat pro-kontra munculnya film murahan yg membuat orang berduyun-duyun 
menonton karena penasaran.........tidak kesampaian.



***




Film Virgin
Terlalu Vulgar Memotret Remaja
Reporter: Puteri Fatia

detikcom - Jakarta, Temannya jadi pekerja seks, satu lagi tampil di VCD porno, 
sedangkan dia menjadi pengarang sukses dengan mengangkat kisah temannya. Inilah 
yang menurut film "Virgin" potret remaja kini. Masa sih?

Virgin, film yang dirilis dengan lanjutan judul "Ketika Keperawanan 
Dipertanyakan" niatnya ingin menunjukkan potret remaja metropolitan yang 
didalamnya tumbuh fenomena "rusak bersama". Di tengah semua remaja-remaja yang 
rusak itu, ada seorang remaja yang digambarkan tetap teguh memegang nilai, 
dalam artian ini yang dimaksud adalah keperawanan.

"Bisa dibilang itulah potret remaja kita sekarang. Jaman sudah berubah, kita 
harus berani buka mata kita. Kita harus berani lihat luka kita, kalau 
realitasnya sekarang memang seperti ini," ujar sutradara Hanny R Saputra usai 
pemutaran perdana "Virgin" di Plaza Senayan, Selasa (9/11/2004).

Virgin mengangkat tiga orang tokoh. Stella, anak orang kaya, yang seperti di 
film-film lainnya digambarkan kurang perhatian dan akhirnya menjadi anak broken 
home. Temannya, Ketie adalah anak yang lahir dari hubungan di luar nikah. Dia 
berasal dari menengah kebawah. Terakhir sang tokoh baik, Biyan.

Ayah Biyan kerap bermain perempuan sehingga keluarganya hancur. Sedangkan 
Biyan, karena tak ingin seperti wanita-wanita yang kerap ditiduri papanya, 
memilih untuk mempertahakan keperawanannya.

"Bagi gue, kehilangan virgin (keperawanan) sama seperti kehilangan harga diri," 
tulis Biyan pada dirinya.

Untuk yang tak terlalu mengenal anak gaul dengan definisi Hanny Saputra 
penonton sangat mungkin terkaget-kaget melihat penggambaran remaja dalam film 
ini. Apa benar remaja kita sudah begitu jauh kebebasannya? Benarkah mereka 
sudah kebablasan?

Lihat saja ketika adegan dibuka dengan perbincangan ringan tiga orang sahabat 
di sebuah kafe di mal. Tanpa malu-malu pada pengunjung cafe lainnya, Stella 
memasukan ponsel berkameranya ke dalam seragam sekolahnya dan mengambil gambar 
dadanya. Kemudian dia melakukan hal yang sama kepada temannya, Biyan.

"Tuh kan punya lo lebih gede," lalu datang Ketie, Stella kembali melakukan hal 
yang sama. "Haha, ternyata Ketie yang paling gede," mereka pun tertawa.

Usai tertawa, Ketie mengejutkan temannya dengan sebuah pernyataan. "Gue ingin 
ngelepasin virgin gue!".

Untuk seks apa duit?" tanya Stella. Dengan tegas Ketie menjawab "Ya duit 
dong!"Kata-kata Ketie tersebut disambut gembira oleh Stella, "tuh kan gue tau 
lo nggak bertahan lama."

Sementara Stella dan Ketie menyusun rencana mencari om-om untuk melepas 
keperawanannya, Biyan hanya bisa terdiam. Walau dalam hati tak setuju ia hanya 
bisa diam dan membiarkan temannya itu melancarkan aksinya.

Tak lama seorang om pun ditemukan. Ketie datang menghampiri dua temannya, "dia 
mintanya 5 juta". "Minta 15, ya mentok-mentok 10 lah," ujar Stella tenang.

Negosiasi lancar, di toilet khusus orang cacat di mal tersebut hilanglah 
keperawanan Ketie demi sejumlah uang yang akan digunakan untuk membeli 
handphone kamera dan baju-baju cantik demi pergaulan.

Tak hanya dirayakan dengan belanja habis-habisan. Pulang dari mal, dengan muka 
bahagia Ketie yang duduk di kursi belakang mobil melepas BH nya. Lewat jendela 
mobil yang sedang berjalan di tengah jalan raya Ketie mengeluarkan badannya, 
melambai-lamaikan BH nya dan melemparkannya ke mobil belakang yang kebetulan 
diisi om-om. Tentu saja si om kegirangan melihat aksi tersebut.

"Fenomena remaja kini mudah terpengaruh sama trend. Nah untuk menenuhi 
kebutuhan itu mereka masih tergantung sama orang tua. Nggak mungkin semua 
kebutuhan tren itu minta sama orang tua, makanya biasanya mereka terjerumus 
dalam hal-hal yang nggak bener," ujar Hanny Saputra sang sutradara beralasan 
tentang adegan-adegan nakal di filmnya.

Makin Tidak Halus

Semakin ke belakang film ini tak semakin halus lagi. Ketie yang sudah resmi tak 
perawan semakin giat mencari pelanggan di usianya yang 16 tahun. Dia baru 
sedikit terhenyak ketika seorang om-om melakukan kesalahan.

Kepada Biyan ia mengadu. "Aduh. Om itu. om itu..,". Adegan dipotong sampai 
disitu, menurut sang sutradara harusnya kata-kata selanjutnya adalah, "om itu 
keluar di dalam".

Namun kata-kata tersebut tak lolos di LSF. Hanny sebenarnya mengaku berat 
menerima putusan LSF karena niatnya memperlihatkan keliaran remaja menjadi 
kurang tergambarkan dengan baik.

Usai kata-kata tadi, temannya Stella menyambut dengan tawa. "Gitu aja pusing, 
minum obat peluntur, terus loncat-loncat aja,"ujar Stella santai.

Lalu, loncat-loncatlah Ketie di kamar mandi sekolahnya yang sempit demi 
menghindari kehamilan.

Tema seks sangat kental dalam film ini. Tapi maksud dan tujuannya tidak jelas. 
Semata-mata hanya ingin menunjukan potret remaja sekarang yang demi uang dan 
gaya hidup rela mengorbankan harga diri. Sekolah sebagai lembaga pendidikan pun 
sepertinya diabaikan.

Berangkat ke sekolah dengan rok super mini dan kancing yang terbuka sampai dada 
merupakan hal yang lumrah di sekolah antah berantah dalam film ini. Belum lagi 
tindikan dan tatto yang sudah dianggap sebagai asesoris sehari-hari.

Ada pula adegan dimana ketika ingin memamerkan tatonya, para siswi tak malu 
membuka bagian belakang roknya di depan kelas dan memamerkan tato tersebut 
kepada semua temannya dari jarak dekat.

Pelajaran "bergaul" yang dipaparkan dalam film ini memang sangat lengkap. 
Selain rokok slim yang tak pernah lepas dari tangan para tokoh dan minuman 
keras yang menjadi penghias tetap film, kata-kata kasar juga hal yang sangat 
biasa. Tak terhitung berapa kali penggunaan kata "Anjing", "F***", "S***" dan 
kata-kata makian gaya barat lainnya.

Semua karakter dalam film Virgin juga dipukul rata, menjadikan seks sebagai 
tema utama. Dalam suatu adegan tampil Ari Sihasale sebagai sutradara. Ketika 
harus memainkan adegan low scene, sang aktris tampak kaku.

Ale sang sutradara dengan kesal berteriak. "Gimana sih, kayak nggak pernah ML 
aja, kaya nggak pernah ciuman." Bukannya kesal sang aktris menjawab," habis 
mulutnya bau om".

Lihat pula dialog berikut hingga perlu untuk memunculkan pertanyaan. Seperti 
inikah profil remaja saat ini? Sebuah botol diputar, yang ditunjuk oleh botol 
harus melepas pakaiannya. Ketika sudah mencapai puncak, melepas pakaian 
sepertinya mulai membosankan untuk mereka. Taruhan pun digandakan berkali-kali 
lipat.

"Lo pilih SP (oral sex) atau bugil," tantang Luna pada Stella. "Tanggung! ML 
aja sekalian," jawab Stella tak mau kalah. "Okey dua orang," Luna menjawab 
lagi. "Tiga sekalian," Stella menutup bursa taruhan.

Setelah botol menunjuk sang korban, para lelaki yang ada di lokasi pun 
menggila. Sang korban langsung dibawa masuk ke sebuah mobil untuk membayar 
taruhannya tersebut.


Tidak Memberi Pelajaran

Penggambaran emosi yang cepat berubah dalam film ini cukup sering. Usai 
ditimpai kemalangan tak perlu banyak waktu untuk mengembalikan mood mereka, 
uang atau pesta saja sudah cukup membuat senang. Waduh!

"Remaja memang gitu. Agak bias antara kepedihan dan kesenangan dan kemudaan, 
mereka gampang berubah," jelas sutradara Hanny Saputra.


Film yang lolos dengan label dewasa ini agaknya sudah lari dari niat memberi 
pelajaran bagi para remaja. Belajar bagaimana bergaul yang buruk. Belajar 
bagaimana berpakaian yang buruk di sekolah maupun di luar sekolah, belajar 
menggunakan kata- kata kasar, dan belajar mengikuti kehidupan barat yang bahkan 
lebih barat dari aslinya.

Tak pantas rasanya jika film ini mengklaim sebagai gambaran remaja Jakarta. 
Apalagi sutradara Hanny Saputra mengakui kalau ia hanya melakukan riset selama 
dua minggu, itupun hanya di kawasan parkiran Senayan saja.(fta)***



[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
$9.95 domain names from Yahoo!. Register anything.
http://us.click.yahoo.com/J8kdrA/y20IAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Posting: [EMAIL PROTECTED]
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke