http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=246931


BENCANA ALAM
Luapan Sungai Citarum Kembali Telan Korban 



Jumat, 19 Februari 2010

BANDUNG (Suara Karya): Luapan air Sungai Citarum kembali menelan korban nyawa 
seorang bocah laki-laki bernama Yadi (4 tahun). Akibat kemarahan alam, daerah 
aliran sungai (DAS) Citarum porak-poranda. Sementara di Lampung dan Jambi, 
banjir juga mengganas. Ribuan hektare tanaman padi hampir panen luluh lantak 
digerus banjir. 

Di Jakarta, banjir kiriman juga melanda delapan wilayah yang mengakibatkan 
warga kalang-kabut mengungsi. Ketinggian air di daerah itu mencapai 50-100 cm 
meliputi Bidara China, Kampung Pulo, Cawang (Jakarta Timur). 

Sedangkan di wilayah Jakarta Selatan meliputi Kalibata, Rawajati, dan Bukit 
Duri. Di kawasan Jakarta Pusat adalah Petamburan di RW 02 dan RW 09. Pemprov 
DKI sebelumnya telah mengeluarkan peringatan dini agar masyarakat mewaspadai 
banjir kiriman sehingga tidak ada korban jiwa. 

Yadi, anak semata wayang pasangan Yayan Suharna (46)-Cicih Diniarti (26) 
penduduk Sindangsari RT 06/ RW 16 Kelurahan Manggahang, Baleendah, Bandung 
Selatan, hanyut saat kedua orangtuanya berupaya menyelamatkan barang-barang 
berharga. 

Suami-istri ini mengaku bukan lalai terhadap anak semata wayangnya. Sebab, 
menurut Yayan, air mengepung rumahnya begitu cepat, "Saya pikir, air tidak akan 
cepat menggenangi rumah saya. Anak saya tengah tidur saat saya dan istri 
menyelamatkan beberapa barang," kata Yayan. 

Jasad Yadi, Kamis (18/2) siang, baru ditemukan tak jauh dari rumahnya yang kini 
tergenang air hingga 2 meter. 

Ketua Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana Alam (Satlak PBA) Kabupaten 
Bandung Sofian Nataprawira memperkirakan banjir masih akan terus berlangsung. 
Paling tidak hingga akhir Maret. Berdasarkan prakiraan cuaca Badan Meteorologi, 
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), curah hujan dalam tiga hingga empat bulan ke 
depan, khususnya di daerah Bandung dan sekitarnya, potensial tinggi. 

Sementara itu, Surasmi, petani di Desa Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, 
Lampung, mengatakan, padi di persawahan tersebut sulit diselamatkan karena 
sudah terendam air dan pasir Sungai Way Ratai. 

Banjir bandang yang terjadi pada Kamis (18/2) di Kecamatan Padang Cermin, 
Pesawaran, itu, selain merusak tanaman padi juga merusak puluhan rumah. 

"Saya sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa, rumah sudah rusak, tanaman padi 
gagal panen semua," kata dia. Rahmanto, petani setempat, menyebutkan, sebelum 
banjir bandang datang, dirinya khawatir dengan curah hujan yang tinggi 
sementara musim panen sudah mulai dekat. "Saya cuma berdoa saja, tapi 
kenyataannya sawah terendam banjir," ujar dia. 

Area persawahan ini berada di sekitar bantaran aliran Sungai Way Ratai, 
sehingga ketika air meluap, areal persawahan itu lebih dulu terendam banjir. 
Bahkan, ketinggian air mencapai hingga 1,5 meter dan saat air mulai surut, 
padi-padi yang siap panen itu terlihat layu serta bulir-bulir padi yang 
seharusnya siap dipanen juga ikut hanyut terbawa air. 

Terkait kemungkinan masih adanya ancaman banjir kiriman, Posko Banjir Dinas 
Pekerjaan Umum (PU) DKI Jakarta memperingatkan, ada delapan lokasi rawan banjir 
di wilayah Jakarta, meliputi Rawajati, Kalibata, Pengadegan, Kebonbaru, Bidara 
China, Kampung Melayu, Bukit Duri, serta Jatipinggir. 

Di wilayah itu, warga diminta waspada karena ketinggian air Kali Ciliwung dan 
Kali Kanal Banjir Barat sewaktu-waktu bisa meningkat dan membahayakan. Kamis 
malam ketinggian air sudah turun. 

"Jadi, meskipun peningkatan ketinggian air di Kali Ciliwung dan Kanal Banjir 
Barat tidak signifikan, namun masyarakat diharapkan dapat menyesuaikan diri dan 
waspada," ujar Kepala Bidang Informasi Publik, Dinas Kominfomas DKI Jakarta 
Cucu Ahmad Kurnia. (Agus Dinar/Dina/Yon P) 

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke