Fenomena apa yang terjadi di dalam dan di luar pikiran kita? Jawabannya
adalah bahasa.

Semua hal di luar diri kita, hanya dilambangkan dengan bahasa, baik bahasa
yang berupa simbol-simbol tertentu maupun dalam bentuk huruf, kata dan
kalimat hingga bahasa dalam bentuk isyarat dan musik. Semua benda asbrak dan
benda kongkrit dilambangkan dengan kata-kata (bahasa). Pikiran tidak akan
mampu mengenali dunia relaitas tanpa disimbolkan lebih dulu dalam bentuk
bahasa.

Penemuan huruf, mesin cetak dan revolusi industri di Eropa ditambah logika
gramatikal bahasa dalam penyusunan kata-kata menjadi kalimat logis merupakan
tonggak peradaban manusia di muka bumi. Bayangkan alam semesta dan seisinya
dapat diringkas atau dapat disederhanakan menjadi kata-kata dan symbol
kebahasaan lainnya.

 Penyerderhanaan ini menjadi penting dalam dunia NLP. Sebab, NLP pada
dasarnya bicara soal apa itu pikiran, cara kerja dan kondisinya yang di
dalam pikiran itu sendiri tidak lain dan tidak bukan adalah pemahaman dunia
ekternal melalui bahasa dalam bentuk internal representation. Pikiran bisa
bekerja bila ada bahasa. Yang dibicarakan dalam NLP adalah soal persepsi
hasil interaksi antara pikiran dan kemampuannya dengan dunia luar (dirinya)
melalui bahasa.

*PIKRAN: POTRET ALAM SEMESTA*

Kita mengenal diri kita dan alam sekitarnya baik fenomena alam maupun sosial
budaya, karena semua fenomena itu sudah diberi kode (codification), tanda,
atau nama melalui bahasa. Pikiran kita mampu membedakan antara satu benda
dangan benda lain, antara satu konsep dengan konsep lain dan antara satu
nama dengan dengan nama lainnya, tidak lain karena bahasa. Sehabat apa pun
kemampuan pikiran kita, tidak akan sanggup mengenali dunia sekitar bila
tidak dengan bahasa. Betapa sulitnya kita bila suatu benda belum dibuatkan
nama/konsepnya secara jelas, kongkrit dan spesifik. Contoh betapa kacaunya
pikiran bila untuk menyebut semua "zat cair" sama dengan "air". Pada hal
akan menjadi lebih mudah pikiran membedakan dan mengenali lebih detail bila
konsep zat cair itu dirinci lagi menjadi: minyak tanah, bensin, solar, air
putih, air gula dan masih banyak lagi nama-nama spesifik zat turunannya.

Sampai di sini kita menjadi semakin sadar bahwa otak kita mampu bekerja
(yang disebut berpikir) apa bila semua hal di luar pikiran telah diberi nama
atau telah dibedakan konsepnya melalui bahasa. Pembedaan tidak saja
memudahkan pikiran untuk mengenali, membandingkan, tetapi pembedaan itu
merupakan salah satu syarat penting otak bisa bekerja yang disebut berpikir.


Alam semesta di sekeliling kita adalah mosaik realitas dan mosaik konsep
(penamaan) dari realitas itu. Sebagai mosaik realitas adalah entitas dari
semua benda itu sendiri; mosaik konsep adalah penamaan dari benda-benda
tersebut.

Pertanyaannya adalah mosaik mana yang masuk ke dalam pikiran kita? Jawabnya
sudah sangat jelas yakni mosaik konsep atau mosaik nama-nama benda. Bukan
"benda zat cair" itu sendiri yang masuk ke dalam pikiran kita melalui
jaringan syaraf otak (neuron) melainkan "konsep (nama) zat cair" berikut
konsep turunan dan berbagai dimensinya.

Yang demikian itulah awal dari prinsip dasar NLP yakni map is not territory,
bahwa persepsi bukanlah realitas itu sendiri. Bahwa yang kita olah di dalam
syaraf otak (neuron) bukanlah mosaik realitas itu sendiri melainkan mosaik
konsep/nama. Tentu saja tidak sama antara persepsi dan realitas karena
terdapat distorsi antara realitas (dunia nyata) dengan konsep (penamaan).
Terdapat perbedaan dimensi antara realitas dengan dimensi konsepsi. Terdapat
distorsi antara realitas bahwa besi stainless yang secara atomik terjadi
karatan dengan "realitas" nama/konsepsi umum yang diterima oleh pikiran kita
bahwa stainless tidak terjadi karatan.

Pikiran, atau tepatnya hasil kerja syaraf otak (neuron), merupakan fungsi
dari mosaik konsep atau nama benda atau fenomena yang dikonsepsikan. Melalui
lima pintu masuk ke pikiran yakni panca indera, semua mosaik konsep terekam
menjadi realitas internal atau yang disebut persepsi. Dengan demikian, apa
yang kita simpan dalam pikiran kita adalah potret dari dunia luar (alam
semesta) khususnya mosaik konsep/nama dari realitas alam, sosial budaya dan
semua yang berada di luar pikiran kita.

Bahasa mampu meringkas semua peristiwa alam (termasuk sosial budaya) dengan
cara penamaan dan konsepsi. Sebuah Kitab Suci Al Qur'an yang di dalamnya
memuat aspek alam semesta, aspek keimanan, aspek ilmu pengetahuan hingga
aspek berita-berita ghaib, semuanya dipotret dengan bahasa. Dan hanya Dzat
Yang Maha Kuasa yang mampu memotret semua aspek itu secara komprehensif dan
indah bahasanya.

Semua yang sudah diringkas dalam bahasa itu, kita rekam, kita potret dengan
pikiran. Melalui cara kerja syaraf otak, kita mencoba mengenali, menganlisa,
membandingkan, menggabungkannya, dan membentuk simpulan sementara atau
persepsi. Dunia pikiran kita adalah pita rekaman (potret) semua fenomena di
luar pikiran kita. Dunia pikiran kita adalah protret dunia sekitar kita
(alam semesta).

*LAPIS DALAM DAN LAPIS LUAR*

Bahasa yang masuk ke dalam pikiran kita yakni konsep/nama, hingga persepsi
yang kita bangun, bahasa masih dapat dibagi lagi menjadi bahasa lapis atas
(surface structure) dan lapis dalam (deep structure)

*Lapisan dalam*

Untuk memudahkan kita dalam memahami bahasa lapis dalam, mari kita
membanyangkan sebuah konsep/nama atau kata "cokelat" misalnya. Ketika kita
mencoba membayangkan kata cokelat, yang terbayang dalam benak kita: warna,
rasa manis, decak, ketika dipatahkan terlihat kenyal, mulur, bikin perut
kenyang, bikin ketagihan, cokelat bisa dikunyah dan diemut, dan sejumlah
deskripsi yang sulit dijelaskan dengan bahasa.

Lapis dalam bahasa merupakan "ruh" dari sebuah kata (nama/konsep). Artinya
kalau kita mencoba mengaksesnya, akan membawa alam pikir kita memasuki
dimensi visual, auditory, dan kinestetik. Kombinasi dimensi-dimensi itu akan
memberikan gambaran utuh dan lengkap dalam ruang dan waktu tertentu sesuai
pengalaman subjektif kita. Semuanya itu tidak mungkin bila digambarkan
secara lengkap dengan satu kata saja. Itulah salah satu keterbatasan bahasa,
dalam banyak hal sangat membatasi sekpresi "ruh" dari sebuah kata. Apa yang
Anda lihat, dengar, rasakan dan alami tentang "kata" cokelat sulit
diungkapkan dengan satu kata saja.

Membayangkan dan mencoba memasuki wilayah dalam (deep structure) akan sebuah
kata (nama/konsep) berarti kita masuk ke dimensi-dimensi subjektif,
emosional, rasa, sensasi dan bahkan dimensi spiritual. Memasuki wilayah deep
structure adalah sama dengan masuk file sebuah filem kehidupan tertentu.
File ini berada di alam pikiran bawah sadar yang di dalamnya terdapat
nuansa-nuasa kehidupan masa lampau subjektif sesuai dengan "kata" sebagai
pintu masuknya. Keindahan (boleh jadi kepahitan) itu sulit diungkapkan
dengan satu "kata" saja.

*Lapisan luar*

Lapisan luar adalah reprensentasi dari pengalaman subjektif yang berdimensi
emosional, visual, rasa dan bahkan kinestetik dengan segala nuansanya.
Lapisan luar adalah wadahnya dari pengalaman subjektif tersebu. Jadi, bila
Anda memiliki pengalaman tentang suatu jenis makanan yang: rasanya manis,
decak, ketika dipatahkan terlihat kenyal, bikin perut kenyang, bikin
ketagihan, serta berwarna cokelat, maka deskripsi itu cukup diwadahi dengan
satu kata "cokelat".

Kata "cokelat" itulah yang menjadi alat komunikasi. Kata "cokelat" inilah
yang muncul di permukaan sebagai reprensentasi dari makna dan seluruh
pengertian dan dimensinya. Kemampuan manusia untuk membuat sebuah kata,
lambing, konsep atau nama inilah yang memudahkan manusia berkomunikasi.

Kalau lapisan dalam wilayahnya berada di pikiran bawah sadar, lapisan luar
berada di wilayah pikiran sadar. Pikiran sadar hanya mampu mengingat
lapiasan luar saja, hanya mampu mengenali dan mengingat kata 'cokelat" saja
tapi sulit –bahkan tidak mampu—mengakses sampai ke lapisan dalam (deep
structure) tanpa bantuan pikiran bawah sadar.

*Bahasa mempengaruhi kondisi pikiran*

Salah satu bahasan penting dalam manajemen kondisi pikiran (state of mind).
Bahwa kondisi pikiran dapat mempengaruhi perilaku. Bila seseorang dalam
keadaan depresi, langkahnya menunduk, dan pelan; seseorang yang kondisi
pikiran sedang senang, ia terlihat semangat, langkahnya mantap ke depan.

Kondisi menjadi hal yang sangat penting. Kecerdasan intelektual mungkin
sangat penting peranannya. Namun hemat saya, kecerdasan itu kurang berarti
manakala kondisi pikiran tidak kondusif untuk berpikir. Sehebat apa pun
kecerdasan kita, namun tidak dapat bekerja bila dalam keaadan stress, dan
emosional. Nalar sehat seringkali hilang bahkan menjadi khilaf manakala
pikiran lagi emosional yang memuncak.

Terapi pikiran menjadi sangat penting untuk mengembalikan pikiran. Motivasi
menjadi barang mahal ketika kondisi pikiran sedang loyo. Musik belakangan
menjadi alternative untuk keperluan terapi dan pembelajaran.

Sampai di sini saya ingin mengatakan bahwa bahasa menjadi hal yang sangat
esensial dalam hal mempengaruhi kondisi pikiran. Yang saya maksud bahasa di
sini tidak saja bahasa dalam bentuk kata-kata (lapisan dalam dan luar)
tetapi juga yang simbolik seperti: bahasa musik, bahasa terapis, hipnotis,
motivator, hingga bahasa NLP dalam bentuk sejumlah tool-tool NLP.

Bahasa mempengaruhi pikiran baik ke arah positif dan negatif . Positif bila
dengan bahasa verbal dan nonverbalnya (termasuk bahasa musik, bahasa ritual
dan bahkan mantera-mantera), seseorang menjadi berubah kondisi pikirannya
kearah optimisme positiff. Sebaliknya, ke rah negativf bila dengan bahasa
menjadi patah hati, loyo, dan bahkan bunuh diri.

Pantas kalau tokoh pendidikan Romo Mangun Wijaya pernah berpendapat bahwa
ilmu pengetahuan hanya ada satu yakni bahasa. Matematik pada dasarnya juga
bahasa dalam bentuk angka-angka. Logo, jimat, musik, dan artefak, pada
dasarnya adalah bahasa dalam pengertian deep structure dan surface
structure.

Bahasa tidak saja menjadikan pikiran bisa mengenali, menganalisis, dan
membuat generalisasi dan persepsi; bahasa juga dapat mempengaruhi kondisi
pikiran bila bahasa itu masuk ke pikiran bawah sadar. Siapa yang ahli bahasa
ia akan mampu menguasai orang lain.

*KOMUNIKASI EFEKTIF*

Komunikasi efektif terjadi bila antara komunikator kan komunikan saling
memahami makna yang terkadung dalam kata yang digunakan. Akan terjadi salah
pengertian bila tidak ada kesepahaman makna.

Komunikasi efektif tidak saja paham makna. Lebih dari itu, komunikasi
mempersyaratkan pemahaman lapisan luar (surface structure) dan "penghayatan"
lapisan dalam (deep structure).

Komunikasi bila hanya sampai pada level surface structure saja, hanya akan
menjebakkan pelaku komunikasidalam bentuk basa-basi. Sayangnya, kita lebih
banyak terjebak dalam level ini. Coba saja, kita sering menerima ucapan
salam, Assalamu' alaikum warrahmatullahi wa barrakatuh" . Secara otomatis,
kita akan membalasnya dengan, "Wa ala' ikum salam warrahmatullahi wa
barrakatuh". Apabila kita hanya memahami sampai pada level surface structure
saja, tanpa "penghayatan" makna dalamnya (deep structure) maka ucapan salam
ini hanya basa-basi saja. Tidak ada maknanya, alias pesan dalam ucapan salam
ini kabur di telan angin.

Berbeda apabila ucapan salam itu dihayati sampai ke deep structure, sampai
ke dimensi alam pikiran bawah sadar dengan cara menghayati makna dan
memasukkan dalam hati, maka efektifitas pesan yang terkadung di dalam ucapan
salam itu akan terasa manfaatnya. Akan terasa kedahsyatannya. Ucapan salam
itu yang artinya " Semoga keselamatan antar kamu sekalian, mendapat rahmat
dan barokah dari Allah", bila setiap kita mendapatkan ucapan itu berusaha
menghayati artinya dengan penuh rasa, dan cinta, maka ucapan itu menjadi
terasa indah. Siapa orangnya yang tidak menginginkan selamat, rahmat dan
barokah dari Allah? Ucapan itu –yang tidak lain dan tidak bukan adalah
kekuatan bahasa—sanggup menenangkan pikiran kita. Ditambah mendapat pahala
lagi, bila kita ikhlas mengucapkan dan memebalasnya.

---
Ir. Hendry Risjawan, MTC,EITC,CH,CHt,CHI
Ka. Trainers Club Indonesia
website: www.trainersclub.or.id
milis: [EMAIL PROTECTED]


[Non-text portions of this message have been removed]


------------------------------------

---------------------
Be Prepared
Sekali Pramuka tetap Pramuka
---------------------

Pramuka email addresses:
  Post message: Pramuka@yahoogroups.com
  Subscribe:    [EMAIL PROTECTED]
  Unsubscribe:  [EMAIL PROTECTED]

---------------------Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/pramuka/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/pramuka/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke