*Nasihat Buat Para Dai yang Berselisih II * Syaikh Ibnu Baz
*Pertanyaan: * *Beberapa pekan yang lalu, Syaikh yang mulia telah mengeluarkan pernyataan tentang metode koreksi/evaluasi antar para dai. Pernyataan ini ditafsirkan oleh sebagian orang dengan bermacam-macam persepsi. Bagaimana menurut Syaikh?* *Jawaban:* Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam atas Rasulullah dan yang mengikuti petunjuknya. Amma Ba'du: Pernyataan yang dimaksud oleh penanya ini adalah yang saya maksud sebagai saran untuk saudara-saudara para ulama dan para dai, agar koreksian mereka terhadap saudara-saudara-nya sehubungan dengan makalah-makalah, seminar-seminar atau ceramah-ceramahnya, hendaknya merupakan koreksi yang mem-bangun, jauh dari menghujat dan menyebut-nyebut pribadi-pribadi, karena hal ini bisa menyebabkan kebencian dan permusuhan. Kebiasaan dan cara Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam , jika mendengar sesuatu tentang para sahabatnya yang tidak sesuai dengan syari'at, beliau menegurnya dengan ungkapan, مَا بَالُ أَقْوَامٍ قَالُوْا كَذَا وَكَذَا *"Kenapa ada orang-orang yang mengatakan demikian dan demikian." *(HR. Muslim dalam an-Nikah (1401)). Kemudian beliau menjelaskan perkaranya. Pernah suatu kali, sampai kepada beliau bahwa ada orang yang mengatakan, "Kalau begitu, aku akan terus shalat (malam) dan tidak tidur." Yang lain mengatakan, "Dan aku akan terus berpuasa dan tidak berbuka." Yang lainnya lagi mengatakan, "Dan aku tidak akan menikahi wanita." Maka beliau langsung berkhutbah di hadapan orang-orang. Setelah memanjatkan pujian kepada Allah, beliau bersabda, مَا بَالُ أَقْوَامٍ قَالُوْا كَذَا وَكَذَا. لَكِنيِّ أُصَلِّيْ وَأَنَامُ، وَأَصُوْمُ وَأُفْطِرُ، وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ. فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّيْ. *"Kenapa ada orang-orang yang mengatakan demikian dan demi-kian. Padahal aku sendiri shalat (malam) dan juga tidur, aku berpuasa dan juga berbuka, dan aku pun menikahi wanita. Barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, maka bukan dari golonganku." *(HR. Muslim dalam an-Nikah (1401)) Maksudnya, hendaknya koreksian itu dengan ungkapan seperti ungkapan atau teguran Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tersebut. Misalnya: Ada orang yang mengatakan begini, ada juga yang mengatakan begini, padahal yang disyari'atkan adalah begini dan yang wajib adalah begini. Jadi, koreksian itu tanpa menyebutkan orang tertentu, tapi cukup menjelaskan perkara syar'inya, sehingga kecintaan antar sesama saudara, antar sesama dai dan ulama tetap utuh. Saya tidak memaksudkan pada orang-orang tertentu, tapi yang saya maksud adalah umum, semua dai dan ulama, baik di dalam negeri ataupun di luar negeri. Saran saya untuk semua, hendaknya pembicaraan yang berkaitan dengan nasehat dan koreksi diungkapkan dalam bentuk global, bukan dalam bentuk menunjuk perorangan, karena yang dimaksud adalah mengingkatkan kesalahan dan menjelaskan yang benar. Jadi, tidak perlu dengan menghujat fulan dan fulan. Semoga Allah memberikan petunjuk kepada semuanya. *Rujukan:* Majmu' Fatawa wa Maqalat Mutanawwi'ah, Syaikh Ibnu Baz (7/315-316). Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 2, penerbit Darul Haq. -- www.adanipermana.co.cc www.computer-knowledge.biz