Apa yang dikeluhkan Ustadz Ahmad Sarwat dibawah perlu DIPERHATIKAN. Untuk yang 
muda-muda, suatu saat nanti jika jadi Pemimpin jangan SEENAKNYA SENDIRI ya.
 
Bagi saya pribadi, masalah Lebaran ini adalah HAL KECIL. Masalah UTAMA bagi 
orang Islam adalah MEMBERANTAS KEBODOHAN DAN KEMISKINAN.
 
Seberapa besar PENGARUH Muhammadiyah dalam MEMBERANTAS KEBODOHAN DAN KEMISKINAN 
yang NOTABENE didalamnya banyak orang-orang yang BERPENDIDIKAN??? 
---------------------------------

http://www.eramuslim.com/ustadz/pol/7a03092426-awal-syawal-1428-h.htm
 
Awal Syawal 1428 H
Rabu, 3 Okt 07 11:07 WIB
 
Assalamualikum Wr. Wb., 
 
Ustadz lansung saja ke pokok masalahnya, dua hari yang lalu saya baca di 
website Eramuslim bahwa para ilmuan di King Fahad University mengatakan bahwa 
tahun ini awal Syawal jatuh pada tanggal 13 Oktober 2007, yang artinya kita 
berpuasa lengkap 30 hari.
 
Namun saya bingung dengan sikap pimpinan Muhammadiyah yang tetap tidak mau 
merubah keputusannya, padahal kita tahu kebersamaan ummat jauh lebih utama 
daripada sikap mementingkan kelompok sendiri.
 
Mohon pendapat dari Ustadz mengenai hal ini.
 
Fauzi Thalib
 
Fauzi Thalib
[EMAIL PROTECTED]
Jawaban
 
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, 
 
Ilmuwan di King Fahad University itu pasti tidak menggunakan rukyatul hilal, 
melainkan menggunakan medote hisab. Metode hisab adalah metode penghitungan 
secara matematis dan oleh para penggunanya sering dianggap paling akurat.
 
Sehingga banyak orang yang lebih percaya kepada sistem hisab dari pada sistem 
lainnya. Dan yang bersikap seperti ini tidak sedikit memang.
 
Tapi yang banyak orangtidak tahu, ternyata meski sama-sama pakai medote hisab 
yang dipuja sebagai yang paling akurat, buktinya tetap saja berbeda hasilnya.
 
Saudara-saudra kita dari kalangan Muhammadiyah di negeri kita sejak awal 
bersikukuh untuk menggunakan hisab yang diyakininya paling benar. Bahkan meski 
harus berbeda dengan semua orang. Ternyata ilmuwan di King Faishal yang juga 
menggunakan hisab menegaskan hal yang berbeda.
 
Jadi mana yang benar?
 
Jawabnya wallahu a'lam. Tetapi yang pasti, apa yang dikatakan sebagai 
perhitungan hisab adalah yang paling akurat, terbukti tidak juga. Buktinya, 
meski sama-sama pakai hisab, hasilnya toh beda-beda juga.
 
Mengapa bisa berbeda hasilnya?
 
Konon kriteria yang digunakan untuk mengambil kesimpulan ternyata berbeda-beda. 
Metode hisab tidak identik dengan satu tambah satu sama dengan dua. Tetapi jauh 
lebih rumit perhitungannya, plus berbagai mazhab dan kubu di dalamnya. 
Masing-masing kubu itu merasa punya kriteria sendiri-sendiri yang diyakininya 
paling benar. Sambil yakin sekali bahwa kriteria orang lain pasti 100% salah.
 
Walhasil, meski menggunakan perhitungan hisab, sudah bisa dipastikan hasilnya 
akan tetap berbeda. Karena kriteria penghitungan yang digunakan pun berbeda.
 
Selama masih ada pihak yang tetap ingin menetapkan sendiri jatuhnya lebaran, 
maka selama itu pula kita akan tetap terus berbeda. Selama tidak ada yang mau 
mengalah, maka perbedaan itu akan tetap terus ada. Dan selama ormas-ormas 
Islammerasa berhak menetapkan lebaran sendiri-sendiri, selama itu pula kita 
akan selalu lebaran di hari-hari yang berlainan.
 
Masalahnya kembali kepada yang punya ormas, apakah mau duduk bersama dan 
menetapkan bersama, ataukah sekedar basa-basi kumpul-kumpul diundang pak 
Menteri, tetapi mereka sudah menetapkan harga mati untuk masalah lebaran.
 
Fenomena ini sebenarnya membantu kita untuk mendapatkan gambaran, kira-kira 
seperti itulah sikap para pemimpin umat ini. Maunya menang sendiri dan tidak 
peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Ada yang bilang, sikap seperti 
ini adalah sikap terlalu percaya diri.
 
Pantas saja umat Islam selalu kalah berhadapan dengan musuh yang sebenarnya 
lebih sedikit. Jumlah umat Islam di dunia ini mencapai angka yang fantastis, 1, 
5 milyar jiwa. Bandingkan dengan jumlah yahudi yang tidak sampai 20 juta.
 
Tapi karena kondisi batin para pemimpin umat Islam seperti ini, ya akhirnya 
kuantitas yang besar itu menjadi sia-sia. Musuh Islam tidak pernah takut 
berhadapan dengan jumlah yang banyak. Karena jumlah yang banyak itu tidak 
ubahnya seperti buih di lautan.
 
Jangankan memilih siapa yang jadi pemimpin atau khalifah, lha wong lebaran 
bareng saja jarang-jarang kok kejadiannya.
 
Sungguh mengharukan...
 
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, 
 
Ahmad Sarwat, Lc

       
---------------------------------
Be a better Globetrotter. Get better travel answers from someone who knows.
Yahoo! Answers - Check it out.

Kirim email ke