Masyarakat Kembali Pakai Kayu Bakar Rabu, 14/07/2010 - 02:24 [image: NURHANDOKO/"PRLM"] NURHANDOKO/"PRLM" Nasiwan (64) warga Desa Mekarjaya, Kecamatan Baregbeg, Kabupaten Ciamis sejak beberapa minggu terakhir mulai kembali mempergunakan kayu bakar untuk memasak nasi. Hal itu dilakukan karena ia khawatir kompor gas saat l konversi minyak tanah yang diterimanya meledak. Terlebih dengan maraknya maraknya pemberitaan mengenai banyaknya kompor gas yang meledak. foto diambil Selasa (13/7).*
CIAMIS, (PRLM).- Banyaknya kasus tabung gas meledak membuat sejumlah warga Desa Mekarjaya, Kecamatan Baregbeg, Kabupaten Ciamis mulai kembali beralih memakai kayu bakar. Mereka khawatir kompor gas pemberian pemerintah saat konversi minyak tanah beberapa waktu lalu, bocor dan meledak. Peningkatan pemakaian kayu bakar untuk memasak tersebut mulai berlangsung sejak munculnya pemberitaan mengenai banyaknya tabung gas yang meledak di beberapa tempat. Kekhawatiran itu semakin bertambah, karena sebagian besar tabung gas yang meledak ukuran 3 kilogram (kg). "Saya takut pakai kompor gas jika meledak seperti yang banyak diberitakan. Apalagi tabung gas yang kami miliki juga sama, pemberian pemerintah waktu konversi minyak tanah," ungkap Nasiwan (64) warga Desa Mekarjaya, Kecamatan Baregbeg, Selasa (13/7). Dia mengungkapkan sebelum ada konversi minyak tanah diganti gas, keluarga dan warga di sekitaranya memasak dengan kompor minyak tanah dan tungku kayu bakar. Namun setelah menerima kompor gas berikut tabung ukuran 3 kg, banyak yang beralih memakai piranti dapur yang baru tersebut. Meskip sudah berlangsung lama, tetapi sebagian di antara mereka masih takut apabla menyalakan kompor gas. "Sampai saat ini saya juga masih merasa takut menyalakan kompor gas. Dari pada terus khawatir lebih baik kembali pakai tungku kayu bakar dan hanya sesekali saja pakai kompor gas," tuturnya. Disela kesibukannya membelah kayu bakar dari kayu yang didapat dari kebun, lebih lanjut Nasiwan mengungkapkan, beberapa tetangganya juga mulai mengurangi pemakaian kompor gas. Mereka kembali mempergunakan kayu bakar. Untuk memenuhi kebutuhan kayu bakar, suami dari Ny. Enah (54) sempat menebang beberapa pohon untuk dijadikan kayu bakar. Ternyata beberapa tetangganya juga mulai membeli kayu bakar. Akhirnya selain untuk memenuhi kebutuhan sendiri, Nasiwan mulai menjual kayu bakar. Bahkan menjual kayu bakar menjadi sumber penghasilan yang baru. Satu ikat kayu bakar, dijual Rp 5.000,00. "Lebih irit pakai kayu bakar. Satu ikat bisa untuk memasak tiga hari. Bandingkan dengaan tabung gas 3 kg harganya Rp 17.000 untuk memasak 3-4 hari. Yang pasti kalau pakai kayu bakar tidak khawatir meledak," ujarnya. Nasiwan yang didampingi putranya Eli Welung mengaku sesekali masih mempergunakan kompor gas. Hanya saja kompor tersebut untuk memasak yang tidak membutuhkan waktu lama, seperti menggoreng tempe atau tahu. "Tapi kalau untuk menanak nasi atau sayuran, pakai tungku kayu bakar," tuturnya. . (A-101/A-26).*** web: http://www.pikiran-rakyat.com/node/117688 2010/6/23 mh <khs...@gmail.com> > Balad uing ngadongeng, yen manehna keur kuriak, kulantaran kitu sementara > dapur rek dijadikeun > keur rohangan kulawarga. Nu jadi masalah di dapur aya tabung gas elpiji, > mangkaning ampir unggal > poe dina TV sok wae aya beja tabung gas ngabeledug. > > Beu, lamun ngurus tabung gas wae urang teh teu bisa, kumaha rek ngurus > nuklir atuh? > > ========= > Tak Usah Malu Akui Gagal Soal Elpiji > > Korban ledakan gas elpiji, Muhammad Jidan Gibran (4) menjalani perawatan > intensif di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih, Jakarta Pusat, > Sabtu (17/4/2010). Ledakan yang terjadi di pemukiman padat penduduk Jalan > Sukamulya II, RT 02 RW 01, Kelurahan Harapan Mulya membawa korban luka bakar > sebanyak 10 orang dan satu orang luka ringan. > Selasa, 22 Juni 2010 | 20:30 WIB > >