:) kengin ti antawisna millist tatanggi: duka atuh pelacuran dibanding sareng 
perzinahan nya sami mawon panginten.
   
   
  "ATM KONDOM"=LEGALISASI SEKS BEBAS 
Buletin al-Islam Edisi 287
  Belumlah reda perdebatan seputar rencana Pemerintah untuk melakukan 
legalisasi (pengesahan) aborsi atau pengguguran kehamilan melalui revisi UU 
Kesehatan, yang dikhawatirkan oleh sejumlah kalangan hanya akan semakin 
menyuburkan praktik pergaulan bebas, kini kita dibombardir oleh perdebatan 
seputar agenda Pemerintah melalui BKKBN untuk melaksanakan program 
"kondomisasi", yang kali ini antara lain diwujudkan dengan pendirian sejumlah 
ATM (Anjungan Tunai Mandiri/Automatic Teller Machine) Kondom di sejumlah kota 
besar dan daerah, di samping pembagian kondom secara cuma-cuma alias gratis 
kepada sejumlah kalangan masyarakat.

  Sampai saat ini BKKBN menyediakan 200.000 gross kondom gratis (1 gross berisi 
144 kondom), yang sekitar 80%-nya telah dikirim ke semua provinsi. Di Bogor 
Jawa Barat, misalnya, pembagian kondom gratis telah dilakukan bertepatan dengan 
Hari AIDS se-dunia bulan Desember lalu. Sebanyak 282 boks kondom dibagi-bagikan 
secara gratis oleh Dinas Kesehatan bekerjasama dengan Global Pant serta Dinas 
Informasi Kepariwistaan dan Kebudayaan Kota Bogor kepada hotel, losmen, serta 
wisma. Kondom gratis juga dibagikan kepada kelompok waria dan kaum gay di Kota 
Bogor. Disebutkan, pembagian kondom itu juga sesuai dengan keputusan Menteri 
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia melalui Surat keputusan Skep 
68/MEN/IV/2004 tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV AIDS di tempat kerja. 
(Media-indonesia.com, 26/12/2005). 

  Di samping itu, Pemerintah melalui BKKBN telah dan sedang berencana 
mendirikan ATM Kondom di Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, 
NTB, Lampung, Riau, Papua dan Papua/Jaya Irian Barat. Khusus di Jawa Barat, 
rencananya dipasang 10 ATM Kondom, yang salah satunya di tempat pelacuran 
sekelas Saritem, sebagai upaya meningkatkan partisipasi pria terhadap KB 
sekaligus menekan penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS. (Bkkbn.go.id, 
27/11/2005). 

  ATM Kondom yang dibangun oleh BKKBN ini merupakan sumbangan dari sebuah 
produsen kondom. Cara kerja alat ini mirip dengan sebuah telepon umum; setiap 
calon pembeli kondom diwajibkan untuk memasukkan tiga keping uang logam Rp 
500,- untuk mendapatkan tiga kotak kondom dengan tiga jenis rasa. 
(Beritajakarta.com, 19/12/2005).

  Pemerintah punya alasan. Program "kondomisasi" yang diwujudkan dengan 
pembagian kondom gratis dan pendirian sejumlah ATM Kondom adalah dalam rangka 
mencegah penyebaran virus HIV/AIDS. Untuk itu, BKKBN terus-menerus melakukan 
kampanye penggunaan kondom yang dikenal dengan sebutan "Promosi Kondom Dual 
Proteksi". Intinya, selain mencegah kehamilan, kondom juga dipromosikan dapat 
mencegah penularan HIV/AIDS. "Tujuan kami jelas, untuk mencegah penularan 
HIV/AIDS," ujar Kepala BKKBN Pusat Dr. Sumarjati Arjoso SKM dalam peringatan 
Hari AIDS Sedunia beberapa waktu lalu. (Cybermed.cbn.com, 4/12/2005).

  Tak urung, sejumlah ulama di Tanah Air telah mengajukan penolakannya terhadap 
keberadaan ATM Kondom. MUI Jawa Barat dan PP Persis, misalnya, kembali 
menegaskan sikap penolakannya terhadap keberadaan ATM Kondom, karena khawatir 
disalahgunakan untuk pelacuran; sebab sarana itu bisa bebas diakses siapa saja. 
Pernyataan sama juga dikemukakan Kabid Tarbiyah Pengurus Pusat (PP) Persis, Dr. 
H.M. Abdurrahman, yang mendampingi Kiai Hafizh. (Pikiran Rakyat, 5/1/2006).
  Fakta Penyebaran HIV/AIDS

  Data United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) menyebutkan, pada akhir 
tahun 2004, terdapat 39,4 juta orang dengan HIV/AIDS di seluruh dunia. Sebanyak 
17,6 juta (45%) adalah perempuan dan 2,2 juta adalah anak-anak berusia kurang 
dari 15 tahun. Adapun Indonesia yang berpenduduk 220 juta jiwa, hingga akhir 
September 2005 sudah memiliki 8.251 kasus HIV/AIDS, terdiri dari 4.065 kasus 
HIV dan 4.186 kasus AIDS. (Cybermed.cbn.com, 4/12/2005). 

  UNAIDS melaporkan bahwa Indonesia memasuki tahap awal epidemi (wabah) AIDS. 
Menurut lembaga itu, penyebaran tercepat penyakit itu melalui pertukaran jarum 
suntik pada pengguna narkotika, serta pelacur dan para pelanggannya. 
(Tempointeraktif.com, 28/11/2005).

  Menurut Armyn Nurdin, Wakil Ketua Komisi Penanggulangan AIDS, banyak lembaga 
dan para pakar telah memperkirakan skenario terburuk jika Indonesia tidak dapat 
menanggulangi penyakit ini. "Tahun 2010 diperkirakan 5 hingga 10 juta orang 
akan terinfeksi HIV/AIDS," kata Armyn. Sejak kasus pertama di Bali 18 tahun 
lalu, kata Armyn, peningkatan jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Indonesia 
sangat cepat. Hingga akhir September lalu, Departemen Kesehatan melaporkan 
8.251 ODHA yang terdeteksi, sebanyak 4.065 orang terinfeksi HIV dan 4.186 telah 
dinyatakan AIDS. "Kebanyakan adalah PSK (pekerja seks komersil)," ujarnya. 
(Tempointeraktif.com, 18/11/2005).
  Logika Keliru

  Katakanlah niat Pemerintah benar, program "kondomisasi" adalah didasarkan 
pada alasan untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS. Namun demikian, alasan seperti 
ini tidak sepenuhnya logis karena beberapa hal. Pertama: Akar penyebab 
penyebaran HIV/AIDS adalah seks bebas (pelacuran, gonta-ganti pasangan, 
pergaulan bebas, homoseksualitas/lesbianisme). Karena itu, perang terhadap seks 
bebas inilah yang seharusnya dilakukan Pemerintah, bukan dengan program 
"kondominasi" yang lebih banyak ditujukan kepada pasangan yang bukan 
suami-istri. 

  Kedua: Program "kondomisasi" belum terbukti ampuh dalam mengurangi penyebaran 
HIV/AIDS. Di negara-negara Barat, meski program serupa sudah lama berlangsung, 
penyebaran HIV/AIDS di sana tetap tinggi dan terus meningkat. 

  Ketiga: sebagaimana legalisasi (pengesahan) aborsi, program "kondomisasi" 
yang antara lain diwujudkan dengan pendirian sejumah ATM Kondom hanya akan 
menyuburkan perilaku seks bebas, khususnya di kalangan anak-anak muda. Dengan 
berbagai kemudahan mendapatkan kondom, anak-anak muda akan merasa lebih "aman" 
melakukan seks bebas. Para remaja putri, misalnya, yang terjerumus ke dalam 
pergaulan bebas tidak akan lagi merasa khawatir hamil atau tertular HIV/AIDS, 
karena toh kondom-yang dipropagandakan sebagai dapat mencegah HIV/AIDS, di 
samping mencegah kehamilan-kini mudah mereka dapatkan. Bahkan boleh jadi, 
anak-anak muda yang tadinya tidak pernah melakukan seks bebas pun akan tergoda 
dan mulai coba-coba melakukan seks bebas dengan berbekal kondom yang sudah bisa 
didapatkan secara mudah dan bebas. 

  Keempat: Sebagian pakar kedokteran masih meragukan efektivitas kondom dalam 
mencegah HIV/AIDS. Alasannya, pori-pori karet lateks yang menjadi bahan 
pembuatan kondom adalah 0,003 mm, sedangkan ukuran virus AIDS adalah 0,000001 
mm. Perbandingan keduanya adalah seperti pintu gerbang yang besar dengan seekor 
tikus. Logikanya, "tikus'' dengan sangat mudah bisa mondar-mandir di "pintu 
gerbang" yang sangat besar itu tanpa halangan sedikit pun. Memang, konon bahan 
lateks untuk kondom dibuat lebih baik sehingga pori-porinya bisa lebih kecil 
daripada virus AIDS. Namun, dengan adanya tekanan saat dipakai, atau akibat 
gesekan, kondom tetap saja bisa kebobolan. Apalagi sejak awal kondom memang 
hanya efektif untuk mencegah masuknya sperma ke dalam rahim, dan belum terbukti 
efektif untuk mencegah berbagai penyakit kelamin, apalagi HIV/AIDS yang sampai 
saat ini belum diketahui serum untuk mengatasinya. 
  Liberalisasi Budaya Barat (Seks Bebas) 

  Sebagaimana legalisasi aborsi, program "kondomisasi" disinyalir hanya 
merupakan alat untuk menyuburkan liberalisasi budaya Barat, khususnya seks 
bebas, di Indonesia. Program ini seolah berjalan seiring dengan semakin 
bebasnya pornografi dan pornoaksi di tengah-tengah masyarakat kita. Kita tahu, 
VCD porno, majalah porno, dan film-film/sinetron semi porno sudah lama menyapa 
masyarakat. Pemerintah pun seolah membiarkan fakta-fakta tersebut. Bahkan RUU 
tentang Pornografi dan Pornoaksi pun sampai kini urung disahkan. Sekarang, 
bermunculan ATM Kondom. Kloplah sudah. Jika sudah begitu, bagaimana masyarakat 
tidak menyimpulkan bahwa semua itu pada akhirnya hanya akan mengarah pada 
semakin liberalnya seks bebas di tengah-tengah masyarakat kita, khususnya 
generasi muda. 
  Wahai kaum Muslim:

  Kita harus berani mengatakan, bahwa gagasan ATM Kondom secara tidak langsung 
sama artinya dengan menyuruh atau membenarkan orang berbuat zina. Kita jangan 
sampai terjebak dengan program "kondomisasi" melalui ATM. Sebab, cara seperti 
itu tidak akan pernah efektif mencegah penyebaran HIV/AIDS. Kita justru harus 
berani mengatakan, bahwa wabah penyebaran HIV/AIDS adalah akibat seks bebas 
yang memang telah menjadi budaya Barat sekular, yang sengaja tengah disebarkan 
ke Dunia Islam, bukan karena tidak digunakannya kondom dalam hubungan seks. Di 
Dunia Barat, para orangtua tidak pernah melarang anaknya untuk melakukan 
hubungan seks bebas, dengan catatan, harus menggunakan kondom atau sejenisnya. 
Sebab, seks bebas memang telah menjadi bagian dari gaya hidup Barat sekular. 
Gaya hidup seperti ini pula sesungguhnya yang ingin disebarluaskan oleh mereka 
ke Dunia Islam. Caranya antara lain dengan dibukanya lebar-lebar pintu 
pornografi dan pornoaksi, legalisasi aborsi, dan program
 "kondomisasi"-termasuk pendirian sejumah ATM Kondom-yang lebih banyak 
ditujukan kepada mereka yang bukan pasangan suami-istri. 
  Wahai kaum Muslim:

  Ingatlah, maraknya pornografi dan pornoaksi serta seks bebas sekarang ini 
adalah akibat diterapkannya sistem sekular, yang mengadopsi demokrasi dan HAM, 
yang memang telah menjamin kebebasan manusia dalam segala bidang, khususnya 
kebebasan berperilaku. Karena itu, sudah selayaknya umat Islam mencabut sistem 
sekular seperti saat ini, yang nyata-nyata telah menimbulkan banyak persoalan 
kemanusiaan. Kita harus sadar, bahwa sistem sekular telah gagal dalam 
menyelesaikan berbagai persoalan kemanusiaan, termasuk mewabahnya HIV/AIDS. 
Karena itu, sudah saat kaum Muslim segera kembali pada sistem kehidupan islami; 
sudah saatnya kita kembali pada tatanan kehidupan yang didasarkan pada pada 
syariat Islam. Sebab, hanya Islamlah satu-satunya solusi bagi seluruh persoalan 
kehidupan manusia; hanya sistem hukum Islamlah yang terbaik bagi umat manusia. 
Renungkanlah kembali firman Allah SWT:
  ]أَفَحُكْمَ 
الْجَاهِلِيَّةِ
 يَبْغُونَ 
وَمَنْ 
أَحْسَنُ 
مِنَ اللهِ 
حُكْمًا 
لِقَوْمٍ 
يُوقِنُونَ[
  Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki. Siapakah yang lebih baik 
hukumnya daripada Allah bagi orang-orang yang yakin? (QS al-Maidah [5]: 50).

Karena itu, marilah kita segera mematuhi seruan Allah SWT, sebagaimana 
firman-Nya:
  
]اسْتَجِيبُوا
 لِرَبِّكُمْ 
مِنْ قَبْلِ 
أَنْ 
يَأْتِيَ 
يَوْمٌ لاَ 
مَرَدَّ لَهُ 
مِنَ اللهِ 
مَا لَكُمْ 
مِنْ 
مَلْجَأٍ 
يَوْمَئِذٍ 
وَمَا لَكُمْ 
مِنْ نَكِيرٍ[
  Patuhilah seruan Tuhan kalian sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak 
dapat ditolak kedatangannya. Kalian tidak memperoleh tempat berlindung pada 
hari itu dan tidak pula dapat mengingkari (dosa-dosa kalian). (QS asy-Syura 
[42]: 47). []

Mae West <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
          Baruk pelacuran "dilegalkeun" Patwa? Ti iraha jeung di mana?

Patwa Nugraha <[EMAIL PROTECTED]> wrote:         Sok mararodel diurangmah, ari 
poligami diseungseurikeun, tapi pelacuran "dilegalkeun". Mugia urang tiasa 
langkung paham ngeunaan islam..!
   
  Wawa
    
---------------------------------
  Everyone is raving about the all-new Yahoo! Mail beta.   




    
---------------------------------
  Want to start your own business? Learn how on Yahoo! Small Business.  

         

 
---------------------------------
Cheap Talk? Check out Yahoo! Messenger's low PC-to-Phone call rates.

Kirim email ke