Kanggo anu panasaran... ku abdi di korowot tina PR online, leres nu ieu mang
J ?


 


Upaya Digitalisasi "Ki Sunda"


 
<http://newspaper.pikiran-rakyat.co.id/foto/tgl_15_10_2008/kampus-utama.jpg>


BERBAGAI cara melestarikan keberadaan aksara Sunda, antara lain pada
penamaan gedung-gedung di kampus Itenas, Jln. P.H.H. Mustofa 23 Bandung
serta pada karya seni rupa peserta pameran "Masa Sunda Aksara muda" yang
menampilkan aksara Sunda sebagai objek utama di Galeri Kita Bandung, medio
2008.* HEYKAL SYA'BAN

"Kaganga Cajanya tadana pabama yarala wasaha" adalah alfabetis aksara Sunda.
Aksara ini akan dikenal dunia sebentar lagi!

AKSARA merupakan rekaman sejarah. Simbol-simbol dan cara penulisannya
menandai tahap kehidupan manusia, sejarah. Di sana ada cerita manusia dengan
manusia, manusia dengan alamnya, dan manusia dengan Tuhannya.

Ada ribuan aksara di dunia. Misal, orang Jepang masih mempergunakan aksara
Hiragana dan Katakana. Begitu juga dengan aksara Hangul oleh bangsa Korea
dan tentu saja, aksara Arab di Timur Tengah. Namun di sisi lain dunia, ada
banyak aksara yang hampir hilang ditinggal pemakainya atau terdesak suatu
aksara yang telah mendunia, Latin.

Itu termasuk aksara-aksara dari suku-suku tradisional Indonesia yang
mengalami stagnasi atau bahkan hampir punah. Nyaris punah karena aksara
tersebut akan hilang bersama melapuknya media yang didiaminya. Media tulis,
yang terbuat dari kertas, kulit, dan daun apakah bisa bertahan lama?

Juga, pembacanya. Berapa banyak masyarakat modern dari etnis Sunda, Jawa,
Bugis, Bali, dan Rejang yang bisa membaca aksara kuno masing-masing
etnisnya? Ambil contoh di Sunda, tinggal sedikit yang bisa membaca. "Aksara
orang Sunda tidak lebih dari sepuluh jari yang bisa membaca dan
menerjemahkannya," ujar Undang Ahmad Darsa, dosen dan peneliti pada Fakultas
Sastra Universitas Padjadjaran.

"Loka jagatdita"

"Tempat mempelajari kesejahteraan dunia" inilah arti Loka Jagatdita. Istilah
ini tertera di papan nama Gedung Jurusan Planologi, Institut Teknologi
Nasional. Tahun 2005, papan nama gedung Itenas mulai mengambil istilah dari
bahasa Sunda Kuno. Hampir semua gedung dinamai dengan istilah dari bahasa
Sunda kuno. Aksara yang tertera juga bukan hanya Latin. Ada aksara Sunda
kuno tertera di dalamnya.

Ekspresi untuk memasyarakatkan aksara Sunda ini juga dilakukan oleh
komunitas Mahanagari lewat produk kaus mereka. Eskpresi kaus mereka
mencantumkan alfabet sunda kuno Ka-Ga-Nga. Oktober tahun lalu, ungkapan
cinta budaya lokal tecermin lewat pameran lukisan "Aksara Sunda" di Yayasan
Pusat Kebudayaan, Jln. Naripan, Kota Bandung. Masyarakat Kuningan, Jawa
Barat, menghiasi papan nama jalan mereka dengan aksara Sunda kuno.

"Inilah kreativitas dan juga upaya melestarikan aksara yang menjadi milik
orang Sunda," ujar Tedi Permadi, pengajar di Universitas Pendidikan
Indonesia. Tedi juga salah seorang anggota termuda saat menjadi bagian Tim
Pengkajian Aksara Sunda.

Tiga abad. Selama itulah aksara ini tenggelam. Aksara ini hanya tercantum
dalam naskah-naskah lama juga di batu-batu prasasti. Aksara yang menandakan
kreasi orang Sunda mengabadikan pengetahuan dan pengalaman manusia,
tenggelam setelah abad ke-16. "Ada yang menyebut aksara Sunda itu meminjam
aksara Jawa yang disebut hanacaraka/cacarakan," ujar Undang yang
bertahun-tahun menerjemahkan naskah kuno Sunda. Orang Sunda memang tidak
murni memiliki aksaranya sendiri. Campur dan pengaruh dari aksara budaya
bangsa lain turut memengaruhi. Katakanlah aksara Pallawa dari India. Menurut
data sejarah, orang Sunda melewati tujuh jenis aksara yang terbagi dalam
beberapa masa.

Dari bukti-bukti itu, orang Sunda diketahui punya budaya tulis sejak abad
ke-5 Masehi, pada masa Kerajaan Tarumanagara. Hal itu tampak pada prasasti
yang dimuat dalam buku berjudul Versvreide Geschriften; Inschripties vanden
Indichen Archipel.

Sekitar zaman Kerajaan Sunda, antara abad ke-8 sampai dengan abad ke-16,
ditemukan peninggalan berupa naskah berbahan lontar, nipah, kepala, dan
belahan bambu. Naskah-naskah yang diketemukan saat ini usianya cukup tua.
Berasal dari abad ke-14 hingga abad ke-16 Masehi. "Jumlah naskah itu ribuan
yang tersebar di masyarakat. Baru sedikit yang baru bisa dibaca dan
diterjemahkan," tutur Undang.

Bahwa orang Sunda memiliki karakter aksaranya sendiri diungkapkan oleh Karel
Frederik Holle. Dia seorang Belanda yang memiliki perkebunan di daerah
Garut. Dia juga seorang konsultan untuk pemerintah Hindia-Belanda. Jasa
Holle terhadap Sunda dimulai ketika ia bekerja sebagai juru tulis pada 1846.
Sambil mempelajari bahasa dan budaya Sunda, ia membuka-buka naskah kuno dan
mempelajari prasasti. Ia bisa mengumpulkan sekitar 171 naskah berbahasa
Sunda.

Elis Suryani N.S., mantan Ketua Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra Unpad,
menjelaskan Holle mula-mula merintis penggarapan naskah-naskah lontar dari
wilayah Sunda. Holle mengatakan lontar-lontar yang diteliti berisi teks
dalam aksara dan bahasa Sunda buhun. Salah satunya, Carita Parahyangan
(1882).

Sejak itu, mulai abad ke-19, upaya transliterasi, terjemahan, kajian isi,
dan linguistik diteruskan oleh banyak ahli. Sebut saja nama-nama seperti,
C.M. Pleyte dan Dr. J. Noorduyn dari Belanda. Seterusnya nama-nama ilmuwan
lokal seperti, Poerbatjaraka, Atja, Saleh Danasasmita, Ayatrohaedi, Edi. S.
Ekadjati, Undang A. Darsa, dan Tien Wartini.

Dari buku Direktori Aksara Sunda untuk Unicode, terbitan Balai Pengembangan
Bahasa Daerah Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, penemuan naskah-naskah
Sunda selanjutnya hingga abad ke-20 telah dicatat dalam beberapa laporan
berupa buku katalog naskah yang dikerjakan oleh Juynboll (1899, 1912),
Poerbatjaraka (1933), Pigeaud (1967-1968, 1970), Sutaarga (1973), Ekadjati
dkk. (1988), Viviane Sukanda-Tessier & Hasan Muarif Ambary (1990), dan
Ekadjati &Undang A. Darsa (1999).

Naskah dan aksara ini memiliki keterhubungan. Tanpa jasa ilmuwan menggali
naskah-naskah berbahasa Sunda, aksara Sunda kuno bisa jadi tidak ditemukan.
Dari data Undang, ada 12 naskah lontar dan nipah Sunda kuno yang ditangani
menggunakan aksara dan bahasa Sunda kuno. Ada 8 lainnya yang memakai aksara
Buda dengan bahasa Sunda kuno dan Jawa kuno. Masih ada sekitar 2.000 naskah
yang berhasil dikumpulkan tapi belum terbaca. 

Dikomputerisasi

April 2008, aksara Sunda resmi masuk ke standardisasi Unicode versi 5.1.
Unicode ini adalah sebuah konsorsium, yang membuat standar encoding
character set pada sistem komputer. Lewat ini aksara sudah bisa dikenal luas
di seluruh dunia lewat komputer, apa pun platform, program, dan bahasa yang
digunakan.

Sebelum ada Unicode, tiap aksara tradisional mempunyai standar sendiri dan
berbeda untuk masing-masing sistem komputer. Tidak setiap komputer mampu
membaca aksara. "Manfaat terbesar adalah interaksi berbagai informasi dari
berbagai bangsa secara langsung," ujar Dian Tresna Nugraha. Sejak 2004, ia
bekerja di perusahaan semikonduktor Infineon sebagai insinyur elektronika
kendaraan di Jerman.

Tahun 2005, wacana memasukkan aksara ke Unicode dimulai di mailing list
Komunitas Urang Sunda di Internet (Kusnet). Diskusi berupa jenis, jumlah,
dan tata penulisan aksara berlangsung seru. Namun tidak ada aksi ke Unicode.
Dian Tresna Nugraha yang saat itu tinggal di Jerman, mencari tahu keberadaan
font aksara Sunda di internet. Karena tidak menemukan, ia mencoba
membuatnya. Versi awal itu dikirim ke milis Kusnet. "Sambutannya cukup
lumayan. Ada masukan dan koreksi. Bahkan saya dikirimi tambahan buku," kata
Dian, membalas surat elektronik milik Kampus.

Kebetulan ada seseorang dari konsorsium yang ikut minat terhadap Sunda,
Michael Everson. Dia adalah ahli aksara dunia dari Irlandia. Tahun 2006,
Everson mengirim proposal aksara Sunda ke Unicode Technical Committee (UTC)
untuk bisa mendapat pengakuan dari Konsorsium Unicode. Orang Jawa Barat
sendiri tidak tahu ada proposal yang masuk.

"Lalu kami berkomunikasi dengan Everson. Dari situ kami mulai kirim
bukti-bukti foto berupa naskah kuno dan prasasti yang terbuat dari aksara
Sunda," ujar Oman Abdurahman, Ketua Tim Aksara Sunda untuk Unicode yang
dibentuk atas SK Gubernur tahun 2008.

Proses panjang itu bisa direguk hasilnya. Selangkah lagi aksara Sunda mulai
dibuat variasi font-nya dan penyempurnaan lainnya. "Sasaran pertama adalah
para guru. Ada 6.000 guru yang telah mendapat sosialisasi. Selanjutnya masuk
muatan lokal pengajaran bahasa Sunda," ujar Idin Baidillah, Kepala Balai
Pengembangan Bahasa Daerah, Dinas Pendidikan Jawa Barat. Tugas itu merupakan
kewajiban yang disyaratkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5/2003
tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah.

Pembakuan aksara Sunda sudah tercantum dalam SK Gubernur No. 434/1999. Surat
ini keluar setelah Tim Pengkajian Aksara Sunda merumuskan hasil-hasil
lokakarya 1997 di Kampus Unpad, Jatinangor, Sumedang. Misi ini adalah misi
identitas yang telah lama dikampanyekan. 

Aksara merupakan salah satu untuk menampilkan ciri suatu etnis.
Mengomputerisasi aksara Sunda, selain untuk pengajaran, juga penting untuk
pendokumentasian naskah kuno. Membongkar naskah-naskah itu nantinya bisa
menjawab sejarah panjang Sunda. Di mana selama ini naskah-naskah yang
ditulis dari naskah-naskah kuno didokumentasikan dalam mikrofilm. ***

agus rakasiwi
[EMAIL PROTECTED]

Penulis

-----Original Message-----
From: urangsunda@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Behalf Of mangjamal
Sent: Thursday, October 16, 2008 2:49 PM
To: urangsunda@yahoogroups.com
Subject: [Urang Sunda] Re: Kusnet dina PR



teu gaduh iber salengkepna karuh. da eta mah wawancara kang agus
rakasiswi,wartawan rubrik kampus. di toong di www.pikiran-rakyat.com,
nuju rada kedul internetna, lami pisan mucunghulna.

jejerna perkara basa & aksara sunda. janten ngabahas nu patali eta, di
dunya nyata sareng di internet sigana.

mj

--- In [EMAIL PROTECTED] <mailto:urangsunda%40yahoogroups.com> ups.com,
"Roro Rohmah" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Wilujeng enjing baraya...
> 
> Nembe noong na PR, aya iber perkawis Kusnet di koran Pikiran Rakyat,
kaca 26, lumayan badags... � kaca.
> Aya poto MJ nuju imut na korsi, hiji deui poto Kang Dadan. Iber
salengkepna mah biasana MJ kagunganeun...
> 
> Wilujeng Kusnet.
> ro2
>



 

IMPORTANT NOTICE: 
The information in this email (and any attachments) is confidential. If you are 
not the intended recipient, you must not use or disseminate the information. If 
you have received this email in error, please immediately notify me by "Reply" 
command and permanently delete the original and any copies or printouts 
thereof.  Although this email and any attachments are believed to be free of 
any virus or other defect that might affect any computer system into which it 
is received and opened, it is the responsibility of the recipient to ensure 
that it is virus free and no responsibility is accepted by American 
International Group, Inc. or its subsidiaries or affiliates either jointly or 
severally, for any loss or damage arising in any way from its use.

Kirim email ke